Liputan6.com, Jakarta - Olahraga merupakan salah satu cara untuk hidup sehat. Namun ternyata perjalanan untuk berolahraga tidaklah selalu mulus seperti yang dialami Ajeng dan Dwi.
Ajeng dan Dwi merupakan pasangan suami istri asal Indonesia yang kini berada di Singapura. Melalui layanan konferensi video, mereka membagikan pengalaman jatuh bangun dalam dunia olahraga.
"Dulu coba olahraga sehabis lahiran, setiap hari lari lima sampai 10 km. Sempat berhasil terus bulging disc. Jadinya enggak bisa olahraga, mau olahraga takut. Nyoba apa sedikit, sakit pinggangnya, dan masuk rumah sakit lagi," ujar Ajeng kepada Health Liputan6.com belum lama ini.
Baca Juga
Advertisement
Ajeng, mengungkapkan, sebelum memiliki pemahaman yang cukup di dunia olahraga, dia selalu mengalami cedera saat berolahraga guna menyembuhkan bulging disc yang dideritanya.
"Salah satu cara supaya enggak kumat lagi adalah dengan bikin string daerah core dan glutes. Tapi setiap kali olahraga yang bertujuan ngencengin core itu, selalu berakhir cedera lagi," ujar Ajeng.
Namun, tak hanya Ajeng, Dwi pun sempat mengalami cedera saat berolahraga. Dwi, mengaku, cedera yang dialami cukup parah akibat tidak memiliki teori yang cukup atas olahraga yang dilakukannya.
"Cedera pertama itu parah banget, sih. Kita enggak tahu teorinya, kita enggak ngerti. Dari situ tuh lebih aware sama badan, jadi tahu," ujar Dwi.
"Aku dikirimin video dia lagi deadlift dengan berat 60kg. Terus pas aku lihat videonya, kok ini serem banget karena back-nya round banget. Enggak lama setelah itu dia cedera," Ajeng menambahkan.
Kekhawatiran satu sama lain
Sebagai pasangan suami istri, Ajeng dan Dwi memiliki kekhawatiran terhadap satu sama lain setiap kali berolahraga karena sepak terjang yang ada.
Dwi mengaku bahwa dia merasa khawatir setiap melihat istrinya Ajeng berolahraga. Mengingat istrinya tersebut selalu berakhir pergi ke rumah sakit setiap kali bulging disc yang dideritanya kambuh.
"Dulu Ajeng itu tiap tahun ada masuk rumah sakit karena harus disuntik tulang belakangnya," kata Dwi.
"Dia itu kan paling takut kalau aku kumat. Karena kalau aku kumat, benar-benar enggak bisa ngapa-ngapain kan, masuk rumah sakit segala macem. Jadi mungkin dia juga khawatir," kata Ajeng.
Advertisement
Gunakan personal trainer
Setelah melalui berbagai lika-liku untuk berolahraga, Ajeng dan Dwi menjatuhkan pilihannya pada seorang personal trainer bersertifikat Asosiasi Pelatih Kebugaran Indonesia (APKI) di tanah air, Dinda Utami Sasetyo.
"Suatu hari temanku ada yang kenal coach Dinda. Dia bilang suruh hubungi sekarang karena dia buka kelas online. Karena temanku juga tahu kalau mau olahraga, ujung-ujungnya cedera. Kebetulan aku lihat coach Dinda latihannya seru, engga mengintimidasi," ujar Ajeng.
Selama proses latihan, Dinda menggunakan gerakan-gerakan sederhana atau basic untuk Ajeng dan Dwi. Dinda pun membuat assessment untuk melihat perkembangan pasutri tersebut.
"Yang selalu aku pegang itu kalau strength training (latihan kekuatan) itu kuncinya basic. Karena ada gerakan yang memang basic dan ini semua bisa dimodifikasi. Jadi, bisa lihat kemampuannya sampai mana," ujar Dinda yang ikut hadir dalam konferensi video bersama Health Liputan6.com.
Dinda, menjelaskan, penting untuk memberikan pemahaman untuk memulai olahraga dari yang paling sederhana. Menurutnya, apabila seseorang mampu menguasai gerakan yang sederhana, nantinya juga akan bisa melakukan gerakan yang lebih berat.
"Aku selalu bilang movement first, if you can't do it slow, you can't do it fast. If you can't do it light, you can't do it heavy. Kita mulai dari situ aja, gitu," ujar Dinda.
Infografis
Advertisement