Warga Sri Lanka Pilih Peti Mati dari Kardus di Tengah Lonjakan Kasus COVID-19

Angka kasus COVID-19 di Sri Lanka kembali melonjak.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 25 Agu 2021, 20:10 WIB
Seorang pemilih membersihkan tangan sebelum memasuki tempat pemungutan suara di Kolombo, Sri Lanka, Rabu (5/8/2020). Sri Lanka menggelar pemilihan parlemen di tengah pandemi COVID-19. (Ishara S. KODIKARA/AFP)

Liputan6.com, Colombo - Di sebuah pabrik di kota Dehiwala-Mount Lavinia, Sri Lanka, para pekerja menggunakan staples dan lem untuk merakit kotak kardus panjang, yang akan digunakan sebagai peti mati untuk beberapa korban virus corona di negara itu.

Mengutip Al Jazeera, Selasa (24/8/2021), peti mati itu terbuat dari kertas daur ulang dan harganya seperenam dari peti kayu termurah, menurut Priyantha Sahabandu (51), pejabat pemerintah setempat yang pertama kali mengemukakan gagasan itu.

Ketika angka kematian Sri Lanka akibat COVID-19 melonjak, beberapa orang memilih peti mati kardus ini ketika mereka mengkremasi orang yang mereka cintai.

Negara ini mencatat angka kematian harian tertinggi 198 pada hari Jumat, dengan total kematian mencapai 7.560.

Saat ini, rata-rata sekitar 400 orang meninggal per hari di Sri Lanka karena berbagai penyebab, termasuk COVID-19, kata Sahabandu, anggota dewan kota untuk Dehiwala-Mount Lavinia, sebuah kota di distrik Kolombo.

“Untuk membuat 400 peti mati, Anda harus menebang sekitar 250 hingga 300 pohon. Untuk mencegah kerusakan lingkungan itu saya mengajukan konsep ini ke komite kesehatan dewan,” katanya.

“Dengan merebaknya virus corona, masyarakat kesulitan membayar peti mati kayu yang mahal,” katanya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Peti Mati Kayu Lebih Mahal

Pekerja menyelesaikan pembuatan peti jenazah untuk pasien Covid-19 di TPU Pondok Kelapa, Jakarta, Selasa (13/7/2021). Menurut pekerja, dalam sehari mampu membuat hingga 50 peti jenazah dari ratusan pesanan dari pihak rumah sakit, baik di Jakarta maupun luar kota. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Setiap peti mati berharga sekitar 4.500 rupee Sri Lanka (Rp 330.000), dibandingkan dengan 30.000 rupee (Rp 2,1 juta) untuk peti kayu yang murah, kata Sahabandu. Ini dapat menampung hingga 100kg.

Peti mati pada awalnya sebagian besar digunakan untuk korban COVID-19 tetapi menjadi lebih populer di kalangan mereka yang peduli dengan lingkungan.

Sekitar 350 peti mati kardus telah dikirim sejak awal 2020 dan pabrik sedang mengerjakan 150 peti lagi yang dipesan oleh dewan.

“Mayoritas orang di negara ini mendukung ini. Masalahnya hari ini adalah memasoknya. Kami sedang mengerjakannya,” kata Sahabandu.

Presiden Gotabaya Rajapaksa mengumumkan penguncian total mulai Jumat (20/8) selama 10 hari untuk mengekang lonjakan baru dalam kasus COVID-19 yang didorong oleh penyebaran varian Delta yang sangat menular.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya