Liputan6.com, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa mereka hanya memiliki pasokan medis di Afghanistan untuk sepekan.
Keterbatasan pasokan medis itu terjadi setelah pengiriman peralatan medis dari luar negeri terhalang oleh pembatasan di bandara Kabul.
Advertisement
WHO juga khawatir bahwa masalah saat ini di Afghanistan dapat mendorong infeksi Virus Corona, dengan peserta tes COVID-19 yang turun 77 persen dalam sepekan terakhir, termasuk vaksinasi, menurut pejabat dari kantor WHO Mediterania Timur, seperti dikutip dari Channel News Asia, Rabu (25/8/2021).
Dalam sebuah press briefing secara online, pejabat WHO tersebut mengatakan bahwa 95 persen fasilitas kesehatan di Afghanistan tetap beroperasi tetapi beberapa staf perempuan belum kembali ke pos mereka.
Beberapa pasien perempuan juga dilaporkan sekarang khawatir untuk meninggalkan rumah mereka.
"Kami dengan cepat mendistribusikan pasokan penyelamat ke fasilitas kesehatan dan mitra kami di Kabul, Kandahar dan Kunduz tetapi WHO sekarang hanya memiliki persediaan yang cukup di negara itu untuk bertahan selama satu pekan," kata seorang direktur regional WHO, Ahmed Al-Mandhari.
"Kemarin 70 persen dari pasokan ini sudah diberikan ke fasilitas kesehatan," ungkapnya.
Sebelumnya, WHO telah mengatakan bahwa pengiriman lebih dari 500 ton pasokan medis dari Dubai, termasuk peralatan bedah dan kit malnutrisi tertunda karena pembatasan di bandara Kabul.
"Kami sedang dalam negosiasi dengan tiga atau empat negara ... Saya pikir kami akan dapat mengamankan penerbangan," terang direktur darurat regional WHO, Richard Brennan.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
WHO Terus Optimis Bisa Bantu Warga Afghanistan Fasilitasi Kebutuhan Medis
Setelah penurunan besar-besaran, WHO terus berusaha untuk menstabilkan operasinya di Afghanistan, kata Brennan.
"Kami memiliki beberapa tanda yang menggembirakan dan Kemajuan komunikasi, di mana otoritas Taliban telah menjelaskan bahwa mereka ingin PBB tetap berada di Afghanistan, bahwa mereka menginginkan kesinambungan layanan kesehatan," katanya.
"Kami tetap optimis dengan hati-hati bahwa kami akan dapat beroperasi kembali pada skala yang meningkat selama beberapa pekan mendatang," tutur Brennan.
Bandara Kabul telah diliputi oleh kericuhan dan serangkaian peristiwa kekerasan sejak Taliban merebut ibu kota Afghanistan pada 15 Agustus 2021.
Lebih dari 18 juta orang, lebih dari setengah populasi Afghanistan, membutuhkan bantuan kemanusiaan untuk bertahan hidup, menurut PBB.
"Kebutuhan ini semakin hari semakin meningkat," tambah Ahmed Al-Mandhari.
Advertisement