Liputan6.com, Jakarta - Pembentukan holding BUMN Ultra Mikro (UMi) dengan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) atau BRI sebagai induknya dinilai akan menjadi suntikan optimisme bagi investor untuk lebih mengapresiasi saham bank dengan jaringan terluas di Tanah Air tersebut.
Head of Equity Trading MNC Sekuritas Frankie Wijoyo Prasetyo menuturkan, penerbitan saham baru BBRI akan dipandang lebih menarik oleh investor publik. Dengan demikian, dia optimistis hal itu akan mendorong penghimpunan modal yang lebih optimal.
Advertisement
Frankie menuturkan, melalui aksi korporasi ini ke depan bukan hanya mampu mendorong kinerja pembiayaan segmen ultra mikro. Namun, juga sekaligus mengangkat profitabilitas perseroan. Dengan demikian tentunya akan semakin meningkatkan kepercayaan investor kepada saham bank terbesar di Tanah Air itu.
BRI mendapatkan persetujuan rights issue dengan mekanisme Penambahan Modal Dengan Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD), dari mayoritas pemegang saham pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 22 Juli 2021. Dalam aksi korporasi ini, BRI menawarkan sebanyak-banyaknya 28,677 miliar saham baru Seri B.
Pemerintah akan melaksanakan seluruh haknya sesuai dengan porsi kepemilikan sahamnya dalam BRI dengan cara penyetoran saham dalam bentuk lain selain uang (Inbreng) sesuai PP No. 73/2021. Seluruh saham Seri B milik Pemerintah dalam PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM akan dialihkan kepada BRI melalui mekanisme inbreng.
Bila di total hasil inbreng dan optimalisasi dana segar yang diraup dari publik, aksi korporasi BRI diperkirakan bernilai hampir Rp100 triliun. Dana hasil dari aksi korporasi itu di antaranya akan dimanfaatkan oleh BRI untuk pembentukan Holding BUMN UMi bersama kedua BUMN tersebut.
Di sisi lain Frankie mengakui isu holding BUMN UMi semula dipandang hal yang negatif oleh kalangan investor. Lantaran akan menyebabkan efek dilusi saham, sehingga sempat membuat harga saham BBRI anjlok dari kisaran Rp4.200 menjadi Rp3.700-an.
"Namun dari paparan tujuan rights issue dan prospek holding ultra mikro secara jangka panjang, investor melihat prospek yang cukup cerah sehingga mendorong kinerja saham BBRI bergairah kembali," kata dia, dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (25/8/2021).
Hal itu sangat beralasan jika melihat sumbangsih UMKM termasuk UMi di dalamnya terhadap perekonomian nasional. Frankie menuturkan kontribusinya terhadap PDB memiliki porsi 61 persen. Mengutip data sangat sementara Kementerian Koperasi dan UKM, hingga 2019 tercatat pelaku UMKM di Tanah Air mencapai 65,46 juta unit atau sekitar 99,99 persen dari total usaha nasional.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Serap Tenaga Kerja
Jumlah tersebut mampu menyerap sekitar 119,5 juta tenaga kerja atau setara 96,92 persen dari total tenaga kerja di Indonesia. Hal ini, kata Frankie, membuat holding BUMN UMi memiliki ruang cukup besar untuk tumbuh.
"Apalagi di tengah pemulihan ekonomi saat ini, segmen ini akan semakin kuat sehingga akan mendorong peningkatan kinerja lebih kuat lagi," imbuhnya.
Frankie menyampaikan sentimen tersebut akan membuat investor publik lebih tertarik akan rights issue BBRI yang telah diketok palu. Terlebih, pemerintah selaku pemegang saham terbesar di BBRI memenuhi haknya dalam aksi korporasi itu dengan inbreng Pegadaian dan PNM yang sama-sama kuat dalam pembiayaan dan pemberdayaan usaha wong cilik.
Dia pun menilai holding mendorong efisiensi sekaligus memperluas jangkauan ketiga BUMN dalam pemberdayaan. Proses penyaluran dana pun dinilai akan semakin tepat sasaran dalam ekosistem usaha UMi nasional yang semakin kuat.
"Di sisi lain, dana yang berhasil dihimpun dari investor publik melalui rights issue tentu sangat membantu struktur permodalan dan ekspansi kinerja lebih kuat dari holding ultra mikro ini," jelasnya.
Advertisement
Kinerja Saham Solid
Head of Research PT Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma menyatakan, kehadiran dan prospek holding akan membuat kinerja saham BBRI semakin solid ke depan. Hal itu karena kinerja fundamental ketiga perseroan yang memang kokoh, bahkan sebelum holding terbentuk.
Setelah holding, cost of fund atau biaya dana dia menuturkan, akan bisa ditekan menjadi lebih rendah karena ketiga perseroan menjadi satu ekosistem. Dengan demikian, lanjut dia, kemungkinan laba bersih konsolidasian BRI akan meningkat sebagai induknya.
“Investor melihat kinerja fundamental yang positif tersebut. Jadi kinerja itu akan tetap baik. Jadi saya pikir secara jangka panjang masih cukup optimistis dengan saham BRI karena beberapa kelebihannya yang tidak dimiliki oleh bank lain,” ujar dia.
Dia pun menilai total value dari holding BUMN UMi sangat baik. Suria menganalisis inbreng PNM dan Pegadaian terhadap BRI ditambah dana dari publik membuat holding memiliki total value hingga Rp 95 triliun dengan perkiraan price to book value (PBV) 1,75 kali.
Perkuat Ekosistem
Senada, Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan investor memiliki keyakinan terhadap prospek bisnis Holding BUMN UMi ke depan. BRI berperan sebagai induk bakal memperkuat ekosistem usaha UMi bersama Pegadaian dan PNM.
"Bagaimana pun kinerja historis dan prospeknya ini sangat besar dan lebih pasti. Holding pun akan menambah optimisme investor untuk terus mengapresiasi saham BBRI lebih lanjut. Apalagi harga saham Bank BRI saat ini masih dalam kondisi yang tergolong murah. Potensi peningkatan harganya juga sangat tinggi," kata Reza.
Sebagai gambaran, memasuki Agustus 2021 harga saham terendah BBRI mencapai Rp3.740 pada 2 Agustus 2021. Adapun harga tertinggi mencapai Rp4.070 pada 18 Agustus 2021. Sedangkan pada perdagangan Rabu, 25 Agustus 2021 harga saham BRI dibuka pada level harga Rp3.800-an.
Advertisement