Liputan6.com, Mataram - Rendahnya budaya literasi berawal dari rendahnya budaya baca. Penghakiman dunia internasional terhadap rendahnya budaya baca orang Indonesia seakan sudah menjadi pembenaran. Ironisnya, banyak pihak malah 'memamerkan' kondisi tersebut dalam berbagai forum, sehingga kondisi ini seolah menjadi kutukan yang tak dapat diubah. Tak ada jalan lain, penguatan peran sisi hulu bagi peningkatan literasi mutlak dilakukan sesegera mungkin.
Baca Juga
Advertisement
Jangan lagi menyalahkan masyarakat sebagai pihak yang dikambinghitamkan atas rendahnya budaya literasi. Justru, penguatan dari para eksekutif, pelaku seni, sastrawan, dosen, budayawan inilah yang mesti diperkuat untuk pertumbuhan ekosistem literasi di Tanah Air.
"Mereka harus membantu Indonesia lepas dari stigma tersebut," ujar Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando pada kegiatan Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM) yang digelar di Kota Mataram, NTB, Rabu (25/8/2021).
Indonesia harus bangga, mengingat bangsa ini memiliki keturunan nenek moyang pembaca, karena sejarah membuktikan, tidak kurang dari 100 aksara daerah berhasil ditemukan sejak era kejayaan Nusantara.
Persoalan literasi bisa selesai jika para pelaku di sisi hulu mampu berkolaborasi kebijakan, bersinergi mengembangkan potensi kedaerahan (local wisdom) yang ditulis oleh orang lokal.
Jika ini mampu dioptimalkan, Indonesia tidak akan mengalami kekurangan bahan bacaan dan rasio buku dengan jumlah penduduk secara bertahap teratasi.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Peningkatan Kualitas SDM
Dukungan penuh juga ditunjukkan Perpustakaan Nasional di hadapan Gubernur NTB Zulkiefli Firmansyah. Perpusnas secara khusus memberikan dana alokasi khusus (DAK) untuk pembangunan gedung layanan perpustakaan modern senilai Rp15 miliar, bantuan pojok baca digital (POCADI) di tiga kabupaten/kota, dan bantuan koleksi bahan bacaan bagi 10 perpustakaan desa sebanyak masing-masing 500 eksemplar.
Melihat dukungan penuh dari Perpusnas bagi pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM) di NTB, Zulkiefli juga menunjukkan kebanggaan serupa dengan meluncurkan kafe perpustakaan keliling (feeling). Feeling adalah bukti kolaborasi dinas perpustakaan NTB dengan Bank NTB Syariah.
Feeling sejenis armada minibus perpustakaan yang sudah dilengkapi dengan digital library (NTB e-lib).
Dukungan senada juga disuarakan Ketua DPRD Provinsi NTB Baiq Isvie Rupaedah. Pihaknya akan mengawal program kerja. pemerintah NTB yang berhubungan dengan peningkatan kualitas SDM. Menurutnya, melatih orang cerdas itu perlu ketekunan. Dan parameter SDM yang cerdas berkualitas adalah dari kebiasaan membaca.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Perpusnas juga mengukuhkan Bunda Literasi Provinsi NTB Niken Saptarini Widyawati periode 2021-2024, yang diharapkan mampu menjadi role model dalam menumbuhkan kegemaran membaca khususnya di kalangan keluarga.
Bunda Literasi berpendapat bahwa uppeningkatan literasi harus melibatkan seluruh elemen. Budaya baca yang kuat diawali dengan minat baca yang kuat pula. Dan itu harus timbul dari dirinya sendiri sehingga pada akhirnya menjadi kebiasaan.
Advertisement