Liputan6.com, Jakarta Berbagai merek vaksin Covid-19 terus bermunculan. Apapun jenis merek yang digunakan saat vaksinasi, fungsi utamanya hanya satu, yaitu menghentikan penyebaran virus Covid-19 di masyarakat.
Di Indonesia, data yang dipublikasikan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada Rabu (25/8/2021), mencatat sebanyak 59 juta orang sudah menerima vaksinasi dosis pertama. Sementara itu, sebanyak 33 juta orang sudah menerima vaksinasi dosis kedua.
Advertisement
Negara-negara di dunia, seperti Amerika Serikat, China, hingga Rusia mendistribusikan vaksin buatannya untuk membantu memenuhi kebutuhan vaksinasi di Indonesia.
Tak ketinggalan, Indonesia juga tengah memproduksi vaksin buatan sendiri, seperti Merah Putih dan Nusantara.
Berikut rangkuman Liputan6.com dari sejumlah laman resmi produsen vaksin terkait atau Kementerian Kesehatan, covid19.go.id, hingga Forbes perihal produsen vaksin Covid-19 yang beredar ataupun akan segera digunakan di Indonesia, Kamis (26/8/2021). Apa saja?
1. Sinovac
Sinovac adalah vaksin yang diproduksi oleh Sinovac Biotech yang berdiri pada 1993 dan berlokasi di Beijing, China. Perusahaan ini bergerak dalam bidang penelitian, pengembangan, pembuatan, dan komersialisasi vaksin yang melindungi manusia dari penyakit menular.
Pada 2009, Sinovac adalah perusahaan pertama di dunia yang menerima persetujuan untuk vaksin influenza H1N1, yang telah dipasok untuk pemerintah pusat China.
Beberapa produk vaksin yang juga dihasilkan, seperti Enterovirus Type 71 (EV71), Hepatitis A dan B, Flu Burung H5N1, Varicella, dan Penyakit Gondok.
Umumnya, Sinovac lebih banyak menjual vaksinnya di China. Namun, perusahaan sedang dalam proses pengembangan pasar untuk menjual produknya kepada 40 lebih negara di luar China. Sinovac telah menjadi pemasok utama penjualan vaksin sebesar 551 juta dosis.
Sebelumnya, keraguan sempat muncul di masyarakat terkait efektivitas vaksin ini. Akan tetapi, sebuah studi terbaru di China sudah menunjukkan bahwa vaksin Sinovac juga ampuh untuk melawan varian Delta.
Vaksin Sinovac sudah mendapatkan izin untuk digunakan pada anak berusia 12-17 tahun.
2. Moderna
National Institutes of Health (NIH) berhasil mengembangkan vaksin Moderna yang menggunakan mRNA untuk membuat tubuh mengenali SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19.
Keuntungan dari penggunaan vaksin mRNA ini adalah memudahkan para ilmuwan untuk membuat vaksin secara cepat dan efektif.
NIH yang merupakan bagian dari Departemen Kesehatan dan Kemanusiaan AS adalah lembaga penelitian medis nasional yang membuat penemuan penting untuk meningkatkan kesehatan dan menyelamatkan nyawa masyarakat.
Penelitian medis yang didanai oleh NIH berhasil membuat harapan hidup di Amerika Serikat melonjak dari 47 tahun pada 1900 menjadi 78 tahun pada 2009. Kemudian, diagnosis dan kematian akibat kanker telah menurun secara signifikan.
Pemerintah Indonesia telah menerima vaksin Moderna dari Covax Facility sebanyak 8 juta dosis. Vaksin ini dapat digunakan pada orang berusia 18 tahun ke atas.
Berdasarkan rekomendasi Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI), Moderna diperuntukkan bagi tenaga kesehatan sebagai dosis ketiga.
Selain itu, Moderna juga digunakan bagi kelompok masyarakat yang belum menerima vaksinasi sama sekali, khususnya ibu hamil atau masyarakat dengan penyakit bawaan.
Advertisement
3. AstraZeneca
AstraZeneca melakukan kerja sama dengan Oxford University untuk mengembangkan vaksin AstraZeneca.
Pada Januari 2021 lalu, perusahaan tersebut berkolaborasi dengan lebih dari 15 negara untuk mempercepat distribusi vaksin ke seluruh negara di dunia.
Ketika vaksin Sinovac menggunakan virus Covid-19 yang tidak aktif untuk menghasilkan antibodi, AstraZeneca menggunakan virus yang sudah dimodifikasi untuk menghasilkan antibodi.
Vaksin AstraZeneca banyak digunakan di benua Eropa, Australia, Afrika, dan Asia, seperti Vietnam, India, Malaysia, Filipina, Taiwan, Korea Selatan, dan Indonesia.
Negara yang menggunakan vaksin ini merasakan manfaat dari AstraZeneca yang dapat mengurangi gejala bagi penderita Covid-19 .
Indonesia baru saja menerima kembali vaksin AstraZeneca tahap ke-40 pada 20 Agustus 2021 sebanyak 567.500 dosis. Vaksin ini dapat digunakan pada orang berusia 18 tahun ke atas.
Melansir dari Forbes, AstraZeneca adalah perusahaan yang bergerak di bidang penelitian, pengembangan, dan pembuatan produk farmasi. Perusahaan ini didirikan pada 17 Juni 1992 dan berlokasi di Cambridge, Inggris.
Produk-produk dari AstraZeneca banyak digunakan dalam terapi, seperti onkologi, kardiovaskular, ginjal, metabolisme, dan pernapasan.
4. Pfizer
Pfizer adalah perusahaan obat-obatan medis yang berbasis di Amerika Serikat. Perusahaan tersebut juga memberikan terapi untuk meningkatkan dan memperpanjang kehidupan masyarakat. Pfizer memiliki perusahaan multinasional di Indonesia yang berdiri sejak 1969.
Melansir dari laman Pfizer, perusahaan tersebut mengoperasikan fasilitas manufaktur untuk memproduksi beragam jenis obat medis, guna memenuhi kebutuhan dalam negeri serta negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara.
Pfizer Indonesia bekerja sama dengan BioNTech telah mengumumkan perjanjian untuk menyediakan 50 juta dosis vaksin COVID-19 untuk Indonesia pada 14 Juli lalu. Pfizer dan BioNTech memiliki target untuk meghasilkan 3 miliar dosis vaksin secara global hingga akhir 2021.
BioNTech adalah pemegang izin edar di Uni Eropa dan pemegang otorisasi penggunaan dalam kondisi darurat di Amerika Serikat (bersama dengan Pfizer), Kanada, dan negara-negara lain sebelum nantinya diajukan permohonan izin edar penuh.
Indonesia telah menerima vaksin Pfizer tahap ke-38 sebanyak 1.560.780 dosis pada 19 Agustus 2021. Hal tersebut menjadi kedatangan vaksin Pfizer pertama kalinya di Indonesia dan telah menerima Penerbitan Persetujuan Penggunaan dalam Kondisi Darurat atau Emergency Use of Authorization (EUA) dari BPOM pada Juli 2021.
Vaksin ini dapat digunakan pada orang berusia 12 tahun ke atas.
Advertisement
5. Merah Putih
Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) bersama dengan Kemenkes melakukan kerja sama dalam riset dan inovasi vaksin Merah Putih.
Adapun tujuan kerja sama ini adalah mendorong penguatan dan percepatan penerapan dalam riset dan inovasi vaksin Merah Putih melalui kemitraan yang sinergis, kolaboratif, dan berkesinambungan dengan melibatkan Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 di bawah koordinasi Kemenristek/BRIN.
Bio Farma, perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang farmasi, mengatakan bahwa vaksin sedang berada dalam tahap uji praklinik dan harus melewati tahap uji klinis. Diharapkan vaksin Merah Putih memperoleh EUA pada Maret 2022 mendatang.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, mengatakan bahwa produksi vaksin Merah Putih ditargetkan dimulai pada Mei 2022.
Selain itu, Universitas Airlangga (Unair) dan Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman juga termasuk lembaga yang sedang mengembangkan Vaksin Merah Putih. Kedua lembaga riset itu sudah menghasilkan bibit vaksin.
Selain Unair dan Eijkman, ada lima institusi lain yang mengembangkan vaksin Merah Putih, di antaranya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Universitas Padjadjaran (Unpad).
Diketahui jika Unair dengan platform inactivated virus vaccine; Eijkman dengan dua platform protein rekombinan; ITB dengan adenovirus dan protein rekombinan; UI tiga platform, yakni DNA, mRNA, dan virus-like particles; UGM protein; Unpad protein rekombinan.
6. Novavax
Vaksin Novavax dibuat oleh perusahaan bioteknologi dari Amerika Serikat yang menawarkan peningkatan kesehatan secara global melalui penemuan, pengembangan, dan komersialisasi vaksin inovatif untuk mencegah penyakit menular yang serius.
Sebelumnya, perusahaan tersebut juga sudah memiliki pengalaman untuk menangani penyakit Influenza, RSV, Ebola, MERS, dan SARS.
Vaksin ini menggunakan subunit protein yang mengandung protein lonjakan virus COVID-19. Kemudian, vaksin ini juga dibantu oleh Matrix-M untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan antibodi.
Kemenkes menerangkan vaksin Novavax akan digunakan untuk program vaksinasi gelombang ketiga dari pemerintah. Adapun kelompok masyarakat yang ditargetkan menerima vaksin ini adalah kelompok lanjut usia, pemberi pelayanan publik, dan masyarakat umum rentan.
Diharapkan pengiriman 50 juta dosis vaksin Novavax ke Indonesia akan berlangsung secara bertahap mulai dari September 2021 mendatang.
Advertisement
7. Nusantara
Pembuatan vaksin Nusantara dikemukakan oleh mantan Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto. Vaksin ini menggunakan teknologi sel dendritik.
Namun, sel dendritik dikembangkan secara individu. Sementara itu, penularan Covid-19 bersifat massal. Sel dendritik dinilai lebih sesuai untuk digunakan dalam terapi penyakit tertentu, misalnya kanker yang sudah berkategori berat.
Selain itu, sel dendritik untuk massal akan membutuhkan waktu yang lama sehingga mengeluarkan banyak biaya.
Pengawasan Vaksin Nusantara pun kini sudah dipegang Kementerian Kesehatan, bukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI. Hal ini dari hasil penandatanganan Nota Kesepahaman, Penelitian Berbasis Pelayanan Menggunakan Sel Dendritik untuk Meningkatkan Imunitas Terhadap Virus SARS-CoV-2 pada Senin, 19 April 2021 di Markas Besar TNI Angkatan Darat, Jakarta.
Penandatangan Nota Kesepahaman Vaksin Nusantara yang menggunakan sel dendritik dilakukan Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin, Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Andika Perkasa, dan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K. Lukito.
Adanya Nota Kesepahaman Penelitian Berbasis Pelayanan Menggunakan Sel Dendritik untuk Meningkatkan Imunitas Terhadap Virus SARS-CoV-2 membuat uji klinik fase 3 belum bisa dilanjutkan.
8. Sputnik
Vaksin Sputnik dikembangkan oleh Gamaleya National Center of Epidemiology and Microbiology, sebuah lembaga penelitian swasta yang berlokasi di Rusia sejak 1981.
Sebelumnya, lembaga ini juga pernah menangani penyakit kolera, difteri, dan tifus, serta mengatur kampanye vaksinasi massal di Uni Soviet.
Vaksin ini menggunakan dua jenis vektor adenovirus berbeda, yaitu rAd26 dan rAd5 untuk meningkatkan efektivitas vaksin. Laporan mencatat Sputnik berkhasiat terhadap Covid-19 19 sebesar 91,6 persen. Angka tersebut didapatkan dari analisis data yang dilakukan pada 19.866 sukarelawan.
Efek samping yang disebabkan oleh vaksin ini memiliki tingkatan yang ringan atau sedang. Beberapa gejala yang terjadi setelah mendapatkan vaksin ini menyerupai flu yang ditandai dengan demam, menggigil, nyeri sendi (arthralgia), nyeri otot (myalgia), badan lemas (asthenia), ketidaknyamanan, sakit kepala, hipertermia, atau reaksi lokal pada lokasi injeksi.
Oleh karena itu, BPOM sudah mengeluarkan izin penggunaan darurat vaksin Sputnik pada Selasa, 24 Agustus 2021. Nantinya, vaksin ini dapat digunakan pada orang berusia 18 tahun ke atas.
Reporter: Shania
Advertisement