Liputan6.com, Yogyakarta - Siapa sangka pantai dengan ombak besar khas laut selatan di pesisir Yogyakarta menyimpan segudang potensi flora dan fauna, salah satunya adalah Pantai Gua Cemara. Pantai yang terletak di Sanden, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta ini menjadi rumah bagi ratusan penyu hijau atau Green Sea Turtle dan penyu lekang atau Olive Ridley Sea.
Pantai ini sering dikunjungi para penyu untuk bertelur. Lebar pantai dan kemiringan yang landai serta tumbuhnya pohon cemara udang sebagai pelindung dari terpaan angin kencang, menjadikan Pantai Gua Cemara Yogyakarta sebagai tempat favorit para penyu bertelur.
Baca Juga
Advertisement
Lantaran banyak penyu yang singgah, pantai ini kemudian dikembangkan menjadi tempat konservasi penyu yang terancam punah tersebut. Kelompok Konservasi Mino Raharjo yang beranggotakan beberapa nelayan pantai Gua Cemara membentuk tim untuk mengawasi perkembangan penyu hijau yang bertelur di pantai ini agar tidak diburu.
Setelah menyadari langkanya penyu hijau di kawasan pantai selatan saat ini membuat kelompok konservasi ini sepakat untuk berbuat sesuatu untuk mendukung kelestarian penyu hijau. Kesadaran tersebut diwujudkan dengan memulai kegiatan pelestarian penyu di kawasan sekitar Pantai Gua Cemara pada 2009.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Proses Penangkaran Penyu
Proses penangkaran penyu di balai konservasi ini dimulai dari penyelamatan telur-telur penyu ketika musim migrasi, antara Mei hingga September. Tujuannya agar telur-telur penyu ini tak diburu manusia maupun predator lainnya, seperti hewan liar maupun burung pemangsa. Selain itu agar anak-anak penyu atau tukik ini tak mati karena tak bisa keluar dari pasir maupun kepanasan.
Dalam satu kali membuat sarang, penyu hijau mampu bertelur antara 50 hingga 130 butir telur. Jumlah ini tergantung seberapa besar ukuran badan dan umur penyu.
Setelah dipindahkan, telur akan dieram dalam pasir di penangkaran selama 50 hari. Tak semua telur penyu dapat menetas, kelainan genetik dalam telur sering menjadi penyebab anak penyu mati dalam cangkang.
Setelah berumur tiga hari anak penyu baru dapat dilepaskan kembali kelautan. Selain tempat penangkaran dan penetasan telur penyu, balai konservasi ini juga tempat penyelamatan penyu-penyu yang terdampar di tepi Pantai Gua Cemara. Lebih dari itu, balai ini juga merawat penyu tesebut apabila ditemukan dalam keadaan sakit, sehingga penyu dapat dilepas kembali dengan kondisi yang sehat.
Meski konservasi masih dilakukan dalam skala kecil dan dengan cara sederhana, Kelompok Konservasi Mino Raharjo sudah berhasil melepas liarkan ribuan anak penyu setiap tahun. Saat ini Pantai Gua Cemara maupun balai konservasi ini berkembang menjadi eduwisata yang menyenangkan. Tujuannya untuk kampanye pelestarian lingkungan terutama flora dan fauna yang ada di Pantai Gua Cemara Yogyakarta.
(Tifani)
Advertisement