Liputan6.com, Jakarta Autisme tak menghalangi Johans Imaliano Gandana untuk mengukir prestasi di bidang yang ia sukai yakni menggambar dan melukis.
Remaja asal Tangerang Selatan, Banten ini lahir pada 26 Juli 2006. Kini di usia 15, ia tumbuh dengan berbagai talenta. Di antaranya, pandai menggambar dengan krayon, melukis dengan cat akrilik, main piano, pandai membaca partitur, suka matematika, suka membaca, dan olahraga.
Menurut sang ibu, Liana Chandra, anak tunggalnya itu sudah menghasilkan puluhan gambar krayon dan beberapa lukisan yang 90 persen laku terjual.
“Sampai saat ini, Hans (sapaan akrabnya) masih melukis biarpun tidak produktif tiap bulan,” kata Liana melalui pesan tertulis kepada kanal Disabilitas Liputan6.com, Kamis (26/8/2021).
Baca Juga
Advertisement
Selain laku terjual, lukisan Hans pun sempat menjadi juara di beberapa ajang, salah satunya RWH Award 2021 gagasan dokter dan figur publik Sonia Wibisono.
Gali Potensi Anak
Bakat Hans dalam dunia seni lukis dan gambar tak serta-merta ditemukan begitu saja. Untuk menemukannya, Liana melakukan pengamatan di setiap perkembangan buah hatinya.
“Saya suka sekali mengamati anak saya, saya cari tahu terus bakatnya apa, apa yang dia suka dan tidak suka, apa keinginan hati Hans dan lain-lain.”
“Saya juga tidak takut membawa Hans ke mana saja, karena saya ingin Hans maju dalam bersosialisasi, berkomunikasi, percaya diri. Saya ingin Hans menjadi dirinya sendiri, dan bahagia selalu,” tambahnya.
Liana menyadari cara belajar anak berkebutuhan khusus berbeda dengan anak pada umumnya. Namun, bukan berarti mereka tidak dapat memiliki wawasan yang luas.
Menurutnya, cara belajar anak autisme adalah dengan visual. Cara berpikirnya pun dengan visual atau visual learner. Kata-kata sifat yang sifatnya abstrak juga harus dialihkan menjadi sesuatu yang visual atau konkret.
“Dan itu sangat tidak mudah bagi kami sebagai orangtuanya, pengasuhnya, juga sekaligus guru pribadi yang terdekat dengan Hans. Namun, kami selalu belajar tiap hari, satu sama lain saling belajar memahami, mengerti satu sama lain.”
Advertisement
Tempuh Pendidikan Anak Usia Dini
Tak tanggung-tanggung, guna memberikan pendidikan terbaik untuk Hans, Liana rela menempuh pendidikan anak usia dini.
“Saya bersyukur kepada Tuhan diberi kesempatan belajar di CAE Indonesia (Cipta Aliansi Edukasi Indonesia di Jakarta). Saya ambil program pelatihan kompetensi guru anak usia dini.”
“Saya ingin belajar banyak hal tentang anak berkebutuhan khusus supaya saya juga bisa membantu anak saya dalam proses tumbuh kembangnya, saya juga ingin membantu anak lain, orangtua lain melalui buku-buku yang akan saya tulis nanti rencananya. Saya ingin juga menjadi motivator tingkat internasional.”
Dengan segala usaha tersebut, Liana berharap Hans cepat mandiri, cakap melakukan segala sesuatu seperti rutinitas sehari-hari di rumah, dan bisa mencari uang untuk hidupnya nanti, pungkasnya.
Baca Juga
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Advertisement