Sama-Sama Ada Demam, Kenali Perbedaan Polanya pada DBD dan COVID-19

Demam berdarah dengue (DBD) dan COVID-19 harus diwaspadai, pasalnya kedua penyakit tersebut memiliki salah satu gejala yang sama, yakni demam.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 26 Agu 2021, 15:02 WIB
Petugas melakukan fogging untuk membasmi nyamuk DBD di kawasan Rumah Penduduk Simprug, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Senin (28/12/2019). Selain angka kematian yang tinggi disebabkan oleh virus Covid 19, DBD juga mengancam kehidupan manusia khususnya di Indonesia. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Demam berdarah dengue (DBD) dan COVID-19 harus diwaspadai, pasalnya kedua penyakit tersebut memiliki salah satu gejala yang sama, yakni demam.

Menurut perwakilan Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Dr. dr. Erni Juwita Nelwan, SpPD, KPTI, walaupun gejala demam terjadi pada kedua penyakit tersebut, tapi polanya berbeda.

“Pola demam antara DBD dan COVID-19 berbeda. Pada demam dengue, fase demam itu terjadi akibat diremia, artinya di dalam darah ada virus yang beredar,” kata Erni dalam konferensi pers Asean Dengue Day 2021 Kamis (10/6/2021) dikutip dari laman Kemkes.go.id Kamis (26/8/2021).

Demam seperti ini sulit diturunkan dengan obat karena penyebab demamn itu ada terus dalam darah sampai biasanya kurang lebih 3 hari, tambahnya.

''Jika pasien minum obat penurun panas, maka demam akan turun tapi tidak lama kemudian demam akan naik lagi. Jadi, demam pada DBD itu sulit diturunkan dengan obat turun panas.”

Pasien akan banyak berkeringat karena efek samping dari obat turun panas tersebut dia berusaha menurunkan panas tapi di satu sisi penyebab demam nya ada terus di dalam darah, imbuhnya.


Masa Inkubasi pada Demam Dengue

Berbeda dengan demam COVID-19, demam ini bisa disertai dengan gejala respirasi yang lebih dominan seperti sesak napas, batuk, susah menelan, dan anosmia (kondisi saat seseorang tidak bisa mencium bau).

''Bedanya dengan COVID-19 adalah pada dengue pola demamnya mendadak dan langsung tinggi,” lanjut Erni.

Ciri lainnya, sebelum seseorang mengalami demam dengue, maka orang tersebut akan melalui masa inkubasi terlebih dahulu. Jadi, penularan dengue tidak terjadi seketika tetapi ada masa inkubasinya selama 5-10 hari.

Masa inkubasi adalah fase saat virus masuk ke dalam darah tapi belum menimbulkan gejala sampai kemudian jumlah virus cukup banyak dan beredar di dalam darah. Jika sudah banyak, maka penyakit atau gejala demam akan timbul.

Erni menambahkan, pasien demam dengue biasanya mengalami sakit kepala yang khas yaitu sakit kepala di bagian depan kepala atau di belakang bola mata.

Bagi anak-anak, demam dengue biasanya terjadi akut mendadak dan muka mengalami merah khas, tapi pada COVID-19 gejala tidak membuat muka merah.


DBD Didominasi Demam

Dalam keterangan yang sama, perwakilan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Mulya Rahma Karyanti Sp.A(K) mengatakan yang dominan pada demam dengue adalah demam. Sedang, sakit kepala dan batuk pileknya lebih ringan dibanding pada COVID-19.

''Demam dengue di hari ketiga setelah gigitan nyamuk harus menjadi perhatian penting, karena secara umum pada demam dengue itu infeksi terjadi di hari ke-3 sampai hari ke-6, itu masuk fase kritis yang bisa rawan di mana bisa meninggal kalau tidak diberikan cairan obat yang cukup,'' katanya.

Sedang, demam pada COVID-19 bisa sampai 5 sampai 7 hari disertai batuk pilek yang lebih dominan dan makin tambah sesak, serta saturasi oksigen nya menurun.

Lebih lanjut ia menjelaskan fase demam dengue antara lain dari hari kesatu sampai hari ketiga adalah fase demam, kemudian fase kritis antara hari ke-3 sampai ke-6, kemudian fase penyembuhan dari fase setelah hari ke-6.

''Pada fase demam ini anak demam tinggi dan biasanya menjadi malas minum sehingga yang harus diperhatikan adalah harus dipantau minumnya jangan sampai anak dehidrasi,'' ucapnya.

Pada kasus COVID-19, pada minggu pertama terjadi demam, kemudian menjelang akhir minggu pertama ini antara hari ke-5 sampai hari ke-7 mulai ada gejala gejala respiratorik seperti sesak dan batuk pilek. Di sinilah tanda-tanda biasanya makin berat, tutupnya.


Infografis Virus Corona Berbahaya Vs DBD Mematikan

Infografis Virus Corona Berbahaya Vs DBD Mematikan. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya