Jadi Negara Maju di 2045, Indonesia Harus Kembangkan Ekonomi Berbasis Inovasi

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebut ekonomi berbasis inovasi akan jadi kunci pertumbuhan Indonesia

oleh Arief Rahman H diperbarui 26 Agu 2021, 13:10 WIB
Pemandangan gedung-gedung bertingkat di Ibukota Jakarta, Sabtu (14/1). Hal tersebut tercermin dari perbaikan harga komoditas di pasar global. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebut ekonomi berbasis inovasi akan jadi kunci pertumbuhan guna mencapai target visi Indonesia di 2045. Sementara kesuksesan riset dan inovasi bergantung pada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai peneliti.

Plt. Deputi Bidang Penguatan Riset dan Pengembangan BRIN, Ismunandar memaparkan empat kunci peningkatan pertumbuhan dalam mengejar visi pembangunan nasional pada 2045.

Pertama, perbaikan kualitas SDM, Peningkatan Produktivitas, Peningkatan Investasi, dan Perbaikan Pasar Tenaga Kerja. Dengan begitu perlu ada perubahan paradigma ekonomi untuk mencapai tujuan tersebut.

Paradigma yang dimaksud yakni ekonomi berbasis SDM menjadi ekonomi berbasis Inovasi. Selanjutnya, ia menuturkan upaya-upaya yang akan dilakukan oleh BRIN kedepannya.

“Inilah tugas BRIN yang pertama adalah untuk mengintegrasikan SDM, Anggaran dan Infrastruktur,” katanya dalam sesi diskusi Peran Generasi Muda dalam Penguatan Riset dan Inovasi di Indonesia, Kamis (26/8/2021).

Namun, ia menekankan bahwa kunci sukses dari riset dan invasi itu bertumpu pada kualitas SDM atau peneliti. Ia menyebut, kualitas peneliti memiliki peran sebesar 70 persen, sementara infrastruktur berperan 20 persen dan anggaran hanya 10 persen.

“Tapi yang maha penting adalah penelitinya. Nah adik-adik (mahasiswa) ini sudah bagus dengan minat ke bidang riset penelitian,” katanya kepada peserta lomba riset sawit tingkat mahasiswa 2021.

Kendati demikian, Ismunandar mengatakan BRIN berharap bisa melakukan kerja sama dengan peneliti global dengan SDM, infrastruktur, dan anggaran yang dimilikinya.

Tak hanya itu, ia juga berharap bisa menjalin kerja sama dengan pihak swasta baik industri dalam negeri atau luar negeri, kemudian bekerja sama dengan start-up.

“(dan) Bekerja sama dengan universitas, jadi dosen dan mahasiswa bisa menggunakan infrastruktur yang ada di BRIN,” katanya.

Dengan demikian, dengan kerja sama yang dijalin tersebut, akan mempu menghasilkan riset-riset dan inovasi yang lebih baik kedepannya.

“Inilah yang akan kita kerjakan kedepan, kita berharap kita sama-sama bisa meningkatkan riset dan inovasi,” katanya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Faktor Pendukung

Deretan gedung perkantoran di Jakarta, Senin (27/7/2020). Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta mengalami penurunan sekitar 5,6 persen akibat wabah Covid-19. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Lebih lanjut ia menuturkan dalam membangun ekosistem inovasi untuk pertumbuhan ekonomi ada faktor langsung dan faktor tidak langsung. Ia menekankan bahwa kebijakan pemerintah dan dukungan pihak swasta hanyalah sebagai faktor pendukung.

Kebijakan yang dimaksud diantaranya kebijakan fiskal, pajak, dan moneter, kebijakan perdagangan, standar teknologi,kebijakan transfer teknologi, dan pengadaan pemerintah.

Lalu, perlindungan kekayaan intelektual, sistem hukum dan kewajiban, kontrol regulasi, standar akuntansi dan kontrol ekspor.

Di segi swasta atau industri, diantaranya modal investasi, ventura, IPO, ekuitas, dan pinjaman, market, prinsip manajemen dan organisasi, kompensasi dan penghargaan SDM, serta kualitas pabrik dan peralatan juga hanya sebagai pendukung.

“Di negara kita berbagai peraturan dari pemerintah mulai kebijakan fiskal moneter, insentif pajak bagi yang melakukan riset, dll. Ini semua faktor pendukung, begitupun swasta,” katanya.

Ismunandar menekankan, kata kunci kesuksesannya ada ada inovatir atau penelitinya. “Kata kuncinya harus ada inovator dan penelitinya yang kompeten,” kata pria yang telah mempublikasikan lebih dari 60 paper jurnal internasional itu.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya