Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 berdampak terhadap penurunan kualitas hidup khususnya kaum rentan. Survei internal Yayasan CARE Peduli (YCP) menunjukkan kaum perempuan menjadi kelompok kaum rentan yang paling mengalami dampak negatif pandemi Covid-19.
CEO Yayasan CARE Peduli Bonaria Siahaan gelombang demi gelombang Covid-19 menghadang, sementara bencana alam dan risiko perubahan iklim terhadap kemiskinan dan ketahanan hidup tetap berdatangan. Dalam kondisi itu secara umum perempuan menanggung beban berat.
"Karena beban tanggung jawab yang meningkat dan berlipat ketika ada pembatasan mobilitas dan kebijakan tinggal di rumah (stay at home) diberlakukan," katanya dalam keterangan tertulis.
Baca Juga
Advertisement
Hasil survei menunjukkan bahwa mayoritas beban school from home atau sekolah daring jatuh pada perempuan. Temuan Yayasan CARE Peduli, tanggung jawab tambahan dalam mengawasi studi anak-anak di rumah makin berat bagi perempuan pedesaan atau daerah perkotaan yang miskin, seiring tingkat pendidikan rendah.
Kondisi ini pun menimbulkan berbagai masalah baru di dalam keluarga, termasuk tindak kekerasan pada perempuan. Beban berlipat juga dialami perempuan hamil karena keterbatasan akses pada layanan kesehatan serta berkurangnya kapasitas rawat inap rumah sakit. Secara mental dan emosional, perempuan hamil dari kelompok rentan dan marjinal seringkali dipenuhi kekhawatiran akan keselamatan janin dan dirinya.
"Apalagi dengan keterbatasan akses informasi yang benar tentang Covid-19 dan keuangan yang semakin menipis," kata Bonaria.
Untuk itulah, kata dia, setiap program kemanusiaan yang dijalankan YCP selalu dimulai dengan Rapid Gender Assessment (RGA). YCP telah mengambil bagian dalam aksi kemanusiaan di tanah air, baik dalam penanganan bencana maupun Covid-19.
Selain penanganan bencana alam, sejak awal pandemi di tahun 2020, serangkaian kegiatan telah dilakukan untuk membantu masyarakat dan pemerintah daerah di Serang, Purwakarta, Sukabumi, Palu, Sigi, Donggala, Bone, Mamuju, dan Majene.
Merespon pandemi Covid-19, dengan total penerima manfaat lebih dari 161 ribu orang di periode Maret 2020 hingga pertengahan 2021, terdapat lebih dari 50 persen diberikan kepada kelompok rentan perempuan, yaitu 80,962 orang.
"Kami memiliki jaringan kuat hingga di tingkat akar rumput dalam mengimplementasikan program-program kemanusiaan, terutama bagi kelompok perempuan rentan di seluruh wilayah Indonesia. Program yang kami jalankan mencakup program unggulan yang didukung oleh donatur individu maupun institusi," jelas Bonaria.
Bentuk bantuan YCP untuk membantu program pemerintah antara lain Program WASH yang menyediakan materi komunikasi risiko, fasilitas cuci tangan, masker, sabun tangan dan pembersih. Di Majene dan Mamuju usai gempa Palu, YCP membangun kamar mandi khusus ramah perempuan, anak, dan penyandang disabilitas yang berlokasi dekat dari tempat penampungan korban gempa.
Program Menjamin Ketahanan Pangan yakni bantuan kepada kelompok rentan dalam bentuk voucher makanan, voucher tunai dan akses ke pertanian dan budidaya ikan air tawar. Program Uang untuk Bekerja dan Mata Pencaharian Alternatif, di mana YCP memberikan bantuan kepada masyarakat desa melalui skema cash-for-work yang berfokus pada pembangunan infrastruktur desa di NTT.
Di Sukabumi dan Purwakarta, YCP menyediakan modal, pelatihan dan uang tunai bagi pekerja garmen perempuan yang di-PHK untuk membuat pola, memproduksi dan menjual masker ke Dinas Kesehatan setempat dan masyarakat. Di Serang, YCP menyediakan tenda-tenda bertekanan negatif khusus bagi perempuan terpapar Covid-19 yang sedang hamil dan untuk bersalin di Puskesmas, serta tempat dan kebutuhan isolasi mandiri berbasis masyarakat di desa-desa yang jauh dari jangkauan pelayanan kesehatan.
Selain itu, dukungan diberikan dalam bentuk penyaluran paket alat pelindung khusus (APD), vitamin, susu, dan pembersih tangan bagi petugas kesehatan di Puskesmas. Serta paket isolasi mandiri berbasis masyarakat utamanya bagi perempuan, lansia, serta anak-anak di desa-desa yang jauh dari jangkauan pelayanan kesehatan.
Saksikan Video Pilihan Ini
Seribu Bencana Korban Berjuta-juta
Bonaria menandaskan bahwa dengan berbagai bencana di tengah pandemi yang menelan banyak korban dan melumpuhkan kehidupan manusia, tanggung jawab memelihara dan menumbuhkan kemanusiaan ada di pundak kita semua, baik secara kolektif maupun individual. Apalagi saat ini dunia memiliki tantangan terkait perubahan iklim yang berdampak pada kemiskinan.
Di samping pandemi, beragam bencana alam juga kian mengancam seiring perubahan iklim. Indonesia pun mengalami berbagai bencana alam sepanjang masa pandemi ini. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan pada Januari-Juli 2021 saja ada 1.638 kejadian bencana yang berdampak pada 5,6 juta orang.
Korbannya 499 orang wafat dan 69 hilang akibat banjir, kebakaran hutan dan lahan, longsor, angin puting beliung, maupun gempa. Adapun pada 2020 terjadi 4.650 bencana yang berdampak pada 6,8 juta jiwa, menghilangkan nyawa 418 orang, serta membawa kerugian material yang sangat besar.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam Global Humanitarian Overview 2021 mencatat pagebluk ini memicu resesi global terburuk sejak 1930-an. Bank Dunia memperkirakan 60 juta orang jatuh dalam kemiskinan sejak pandemi. Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik (BPS) , pandemi Covid-19 menyebabkan jumlah orang miskin pada Maret 2021 sebesar 10,14% atau 27,54 juta, meningkat 0,36% atau 1,12 juta dibanding Maret 2020.
Persentase penduduk miskin per Maret 2021 di perdesaan masih lebih besar dibanding di perkotaan, yaitu 15,37 juta dibanding 12,18 juta jiwa. Dari perspektif gender, total penduduk 271 juta pada 2020, populasi perempuan sebanyak 134,27 juta. Pekerja perempuan berusia 15-49 tahun di sektor informal menjadi kelompok masyarakat yang paling terpukul di tengah pandemi.
Terkait aksi kemanusiaan, YCP mengajak semua pihak sebagai warga negara untuk mengambil peran penting, setidaknya dengan empat langkah.
Pertama, kita wajib melaksanakan protokol kesehatan ketat untuk menghindari penularan baik untuk diri kita sendiri maupun orang lain, sehingga dapat menghindarkan terjadinya lonjakan kasus. Kedua, kita perlu lebih peka dan dapat membantu orang terdekat yang memerlukan, baik itu anggota keluarga maupun tetangga di lingkungan sekitar.
Ketiga, kita dapat melawan misinformasi dengan membantu memberikan informasi yang benar dan edukasi kepada masyarakat soal pandemi. Keempat, kita bisa memilih berdonasi baik secara langsung kepada yang membutuhkan atau melalui lembaga-lembaga sosial dan kemanusiaan.
Advertisement
Kolaborasi Kemanusiaan
Dalam diskusi yang digelar YCP, beberapa narasumber memberikan pemikirannya terkait aksi kemanusiaan. Alissa Wahid, Direktur Nasional Gusdurian Network Indonesia (GNI), menyampaikan semangat kemanusiaan ada di hati, pikiran, dan dituangkan dalam aksi nyata kita bersama. Kesigapan, kecekatan, dan gotong royong memegang peran kunci dalam memperkuat efektivitas dukungan kita bagi masyarakat rentan di Indonesia.
Kelompok perempuan rentan di bawah garis kemiskinan patut diberikan perhatian dan bantuan nyata yang dapat mengubah kehidupannya menjadi lebih baik dan berkelanjutan. Dengan beban tanggungjawab yang berat dan berlipat di masa pandemi, keberhasilan kita dalam meningkatkan kualitas hidup perempuan rentan dapat secara signifikan membantu juga meringankan kesulitan bagi seluruh anggota keluarganya.
"Sebesar itulah pengaruh perempuan bagi pasangan dan anak-anaknya."
Pangarso Suryotomo, Plt Direktur Kesiapsiagaan Kedeputian Pencegahan BNPB menyatakan pihaknya mendukung dan menyambut baik atas segala daya dan upaya yang dilakukan Yayasan CARE Indonesia dalam ketangguhan membantu penanggulangan pandemi Covid-19 dan bencana alam yang terjadi di Indonesia. Keselarasan dengan misi BNPB dalam aksi nyata bagi kelompok rentan, ditunjang dengan keterlibatan dan keahlian dalam mitigasi risiko bencana, memperkuat efektivitas bangsa ini dalam mengatasi pandemi berkepanjangan.
Nelwan Harahap, Asisten Deputi Kedaruratan dan Manajemen Pasca Bencana, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), mengatakan pemerintah bekerja keras tanpa henti untuk menanggulangi bencana termasuk pandemi Covid-19. Kunci utama penanganan bencana dan operasi tanggap darurat adalah kajian data yang lengkap dan akurat terkait kelompok rentan terdampak.
"Kami memberikan apresiasi kepada Yayasan CARE Peduli yang selama ini telah melakukan fokus respons kepada kelompok rentan terutama perempuan, di mana dalam kelompok ini juga termasuk ibu hamil, ibu menyusui, juga kelompok rentan balita, lansia dan penyandang disabilitas," katanya.
Sesuai arahan Presiden RI, kata dia, Menko PMK diamanahkan sebagai koordinator Aksi Solidaritas dan Kedermawanan Masyarakat Dalam Penanganan Dampak Covid-19 yang inklusif melibatkan berbagai pihak termasuk media dan masyarakat luas. Gerakan Solidaritas dan Gotong Royong kemanusiaan dalam rangka penanganan Covid-19 dan berbagai dampak yang ditimbulkannya akan dioperasikan dan dikendalikan melalui Sekretariat Bersama.
Harapannya, aktivitas kolaborasi ini dapat membantu percepatan penangulangan Covid-19 dan penanganan dampak lainnya termasuk penanggulangan bencana selama masa pandemi Covid-19. Gerakan Solidaritas ini diharapkan dapat berjalan secara efektif memperkuat dukungan bagi masyarakat terpapar dan kelompok rentan di Indonesia."