Liputan6.com, Jakarta - Pasukan Amerika Serikat di Kabul bersiap menghadapi serangan tambahan ISIS, sambil menyelesaikan misi evakuasi warga mereka di Afghanistan.
Dikutip dari Channel News Asia, Jumat (27/8/2021), 13 tentara AS tewas dalam serangan bom bunuh diri pada Kamis (26/7) di bandara Kabul.
Advertisement
Seorang pejabat AS mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa jumlah tentara AS yang tewas kemungkinan akan naik lagi.
Jenderal AS Frank McKenzie, kepala Komando Pusat militer AS, mengatakan bahwa ledakan itu terjadi menyusul insiden baku tembak di bandara.
"Kami percaya itu adalah keinginan mereka untuk melanjutkan serangan ini dan kami memperkirakan serangan itu berlanjut - kami berusaha melakukan segala upaya yang kami bisa untuk bersiap," kata McKenzie.
McKenzie menyebut potensi serangan kemungkinan termasuk serangan roket di bandara atau bom mobil.
Serangan itu menandai korban militer AS pertama di Afghanistan sejak Februari 2020 dan merupakan insiden paling mematikan bagi pasukan Amerika di Afghanistan dalam satu dekade.
Satu ledakan terjadi di gerbang Bandara Internasional Hamid Karzai, sementara satu ledakan lainnya terjadi di dekat sebuah hotel yang menampung sejumlah warga Afghanistan dan warga asing yang masih menunggu untuk dievakuasi.
Dalam sebuah pernyataan, ISIS-K mengaku bertanggung jawab atas ledakan tersebut.
Kelompok militan itu juga mengakui salah satu bom bunuh diri menargetkan "penerjemah dan kolaborator dengan tentara AS."
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
AS Masih Lanjut Evakuasi Warga dari Afghanistan
Meki terjadi serangan bom, AS tak berhenti berusaha untuk melakukan pengangkutan udara sebelum militernya meninggalkan Afghanistan pada 31 Agustus mendatang.
Hal itu dikonfirmasi oleh Jenderal McKenzie.
"Saya pikir kita masih bisa melanjutkan misi kita, bahkan ketika menerima serangan seperti ini," kata McKenzie, menambahkan bahwa pasukan AS akan "mengejar" para pelaku bom bunuh diri tersebut.
McKenzie mengatakan ada sekitar 1.000 warga AS yang diperkirakan masih berada di Afghanistan.
Selain itu, seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS juga mengatakan lebih dari dua pertiga warga Amerika tersebu telah mengkonfirmasi ingin meninggalkan Afghanistan.
Advertisement