Liputan6.com, Kabul - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada Kamis (26/8) mengatakan bahwa Inggris akan melanjutkan operasi evakuasi meski di bandara Kabul mengalami serangan bom.
Akibat insiden pemboman di sana, setidaknya telah menewaskan sedikitnya 60 orang Afghanistan, demikian dikutip dari laman Xinhua, Jumat (27/8/2021).
Advertisement
"Saya ingin menekankan bahwa ancaman serangan teroris ini adalah salah satu kendala yang kami hadapi dalam Operasi Pitting, dalam ekstraksi besar yang sedang berlangsung, dan kami sudah siap untuk itu; kami sudah bersiap untuk itu," kata Johnson kepada wartawan setelah pertemuan darurat.
"Dan saya ingin menekankan bahwa kami akan melanjutkan operasi itu -- dan kami sekarang mendekati akhir, sampai akhir, dalam hal apa pun," katanya.
Dua ledakan terjadi di bandara Kabul, Afghanistan pada Kamis (26/8) malam, dilaporkan disebabkan oleh pelaku bom bunuh diri.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Ledakan di Luar Bandara Kabul
Sedikitnya 60 orang tewas dan 140 lainnya luka-luka dalam ledakan itu, lapor BBC, mengutip seorang pejabat kesehatan senior di Afghanistan.
"Jelas, apa yang ditunjukkan serangan ini adalah pentingnya melanjutkan pekerjaan itu secepat dan seefisien mungkin dalam jam-jam yang tersisa bagi kita," jelas Johnson.
"Dan itulah yang akan kita lakukan," tambahnya mencatat bahwa Inggris akan terus berjalan sampai saat terakhir.
Kurang dari seminggu tersisa bagi pasukan pimpinan AS untuk mengungsi dari Afghanistan.
Selama KTT virtual Kelompok Tujuh (G7) pada Selasa (24/8), Johnson dan para pemimpin sekutu AS lainnya gagal membujuk Presiden AS Joe Biden untuk memperpanjang batas waktu evakuasi 31 Agustus.
Advertisement