Presiden Joe Biden Janji Akan Buru Pelaku Bom Kabul Afghanistan

Presiden Joe Biden janji akan memburu pelaku bom kabul dan mengeluarkan warga AS dari Afghanistan.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Agu 2021, 21:37 WIB
Asap mengepul dari ledakan mematikan di luar bandara di Kabul, Afghanistan, Kamis, 26 Agustus 2021 (AP Photo)

Liputan6.com, Kabul - Presiden Amerika Serikat, Joe Biden memperingatkan dalang di balik serangan bom bunuh diri Kabul yang menewaskan 13 tentara AS dan 60 warga sipil Afghanistan.

"Kami akan memburu Anda dan membuat Anda membayar," tegas Biden.

Di hari tergelap masa kepresidenannya, Biden menolak untuk memperpanjang tengat waktu hingga 31 Agustus untuk penarikan pasukan AS dari Afghanistan, tetapi berjanji akan mengevakuasi setiap warga Amerika Serikat yang ingin pergi dari sana.

Satu pelaku bom bunuh diri dan pria bersenjata api menyerang kerumunan warga Afghanistan yang berbondong-bondong ke bandara Kabul pada Kamis (26/8), seperti yang dilansir dari laman The Guardian, Jumat (27/8).

Satu ledakan terjadi di dekat pintu masuk bandara, dan satunya lagi di hotel terdekat. ISIS kemudian mengaku bertanggung jawab atas serangan yang terjadi.

Biden dilaporkan berada di The Situation Room bersama tim kemanan nasionalnya ketika rincian serangan teoris muncul. Hal ini membuat Gedung Putih masuk ke mode krisis penuh.

Dalam pidato yang disiarkan televisi pada warga AS, Joe Biden memberikan penghormatan kepada yang gugur sebagai pahlawan yang "terlibat dalam misi berbahaya tanpa pamrih untuk menyelamatkan nyawa orang lain", kemudian bersumpah akan melakukan pembalasan dengan kekerasan yang setimpal terhadap para pemimpin Negara Islam yang bertanggung jawab.

Dengan penuh kemarahan, Biden berkata: "Kepada mereka yang melakukan serangan ini hari ini – serta siapa pun yang ingin membahayakan Amerika – ketahuilah ini: kami tidak akan memaafkan. Kami tidak akan lupa. Kami akan memburu Anda dan harus membayarnya."

Ia mengatakan telah memberi perintah pada Pentagon untuk "mengembangkan rencana operasional guna menyerang aset, kepemimpinan, dan fasilitas Isis-K", dan menambahkan "Kami akan menanggapi dengan kekuatan dan ketepatan pada waktu kami, di tempat yang kami pilih dan saat yang kami pilih."

"Sehubungan dengan menemukan dan melacak para pemimpin ISIS yang memerintahkan ini, kami memiliki beberapa alasan untuk percaya bahwa kami tahu siapa mereka – tidak pasti – dan kami akan menemukan cara yang kami pilih, tanpa operasi militer besar,  untuk menangkap mereka. Dimana pun mereka berada," tambah Biden.

Presiden tidak memberikan tanda-tanda bahwa ia bermaksud untuk menghentikan evakuasi lebih awal dari yang direncanakan atau memperpanjangnya lebih dari akhir bulan.

Pada Rabu departemen luar negerti mengatakan ada sebanyak 4.500 warga Amerika telah diterbangkan, dengan sekitar 1.500 masih harus pergi.

Ia berjanji untuk menyelamatkan warga AS yang masih ada di Afghanistan.

"Kita bisa dan kita harus menyelesaikan misi ini dan kita akan melakukannya. Kami tidak akan dihalangi oleh teroris," ujar Presiden Biden.

Pemerintah percaya bahwa mereka mulai mengarah pada narasi yang menguntungkan setelah mengevakuasi lebih dari 95.000 orang sejak 14 Agustus, sehari sebelum ibu kota jatuh ke tangan Taliban.

Mencatat bahwa itu bisa jadi pengangkutan udara terbesar dalam sejarah Amerika, mengangkut warga negara AS, mitra dan sekutu Afghanistan, Jen Psaki selaku sekretaris pers Gedung Putih pada hari selasa berkata, "Saya tidak akan mengatakan ini sebagai apapun selain sebuah kesuksesan."

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Biden Diminta Mengundurkan Diri

Presiden Amerika Serikat Joe Biden (AP)

Namun, kematian personel layanan AS kemungkinan akan menyinggung publik dan menambah tekanan politik domestik pada Biden, yang dimana keputusannya untuk menarik pasukan AS pada 31 Agustus menyebabkan runtuhnya pemerintah dan tentara nasional.

Kevin McCarthy, pemimpin Partai Republik di Dewan Perwakilan Rakyat, memanggil pembicara, Nancy Pelosi, untuk mempertimbangkan undang-undang yang akan melarang penarikan AS sampai semua orang Amerika keluar dari Afghanistan.

"Musuh kita telah mengambil keuntungan dari sifat penarikan yang kacau ini," ujar McCarthy. "Sudah waktunya bagi kongres untuk bertindak cepat untuk menyelamatkan nyawa."

Juru bicara Pelosi, Drew Hammill, mengatakan di Twitter: "Saat ini, pahlawan Amerika mempertaruhkan dan memberikan hidup mereka untuk melakukan evakuasi yang sangat berbahaya. Apa yang tidak akan membantu evakuasi warga Amerika adalah lebih banyak aksi penghalang dan gangguan."

Gedung Putih telah memperingatkan selama berhari-hari bahwa bahaya serangan dari Negara Islam merupakan faktor pendorong dalam upaya untuk menyelesaikan evakuasi pada akhir bulan.

Dengan terpecah-pecahnya Afghanistan dan kebangkitan COVID-19, keseluruhan peringkat persetujuan terhadap pekerjaan Biden sekarang adalah 41% yang menyetujui dan 55% yang tidak setuju, menurut sebuah berita di USA Today/ Suffolk University opinion poll.

Di hari tragedi, anggota partai Republik berduka atas hilangnya nyawa dan menahan kritik pedas mereka terhadap Biden. Donald Trump, mantan presiden, mengatakan dalam sebuah pernyataan: "Melania dan saya mengirimkan belasungkawa terdalam kami kepada keluarga Anggota Tentara yang brilian dan pemberani. Belasungkawa juga dengan keluarga dari warga sipil tak berdosa yang tewas hari ini dalam serangan kabul yang biadab."

"Tragedi ini seharusnya tidak pernah dibiarkan terjadi, yang membuat kesedihan kami semakin dalam dan semakin sulit untuk dipahami."

Namun, ada beberapa anggota partai Republikan dalam retorika mereka dan bahkan meminta Biden untuk mengundurkan diri.

Josh Hawley, seorang senator untuk Missouri, mengatakan: "Sekarang sangat jelas bahwa ia tidak memiliki keinginan atau kapasitas untuk memimpin. Ia harus mengundurkan diri."

 

Reporter: Ielyfia Prasetio

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya