CDC AS: Ivermectin Bukan Obat COVID-19, Waspadai Efek Sampingnya

Ivermectin, yang disebut sebagai obat cacing dan anti-parasit oleh CDC, tidak dapat mengobati COVID-19. Cara efektif hanya dengan vaksinasi.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Agu 2021, 18:00 WIB
Ketiga apotek itu menjual obat ivermectin dua kali lipat di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah. (Foto:Liputan6/Achmad Sudarno)

Liputan6.com, Washington DC - Ribuan orang Amerika Serikat mungkin telah menggunakan dosis obat anti-parasit yang berpotensi berbahaya karena informasi yang salah bahwa obat itu bisa mencegah atau mengobati COVID-19. Peringatan itu disampaikan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS.

Pada Kamis 26 Agustus, CDC memperingatkan dokter bahwa ada lonjakan resep obat, yang disebut Ivermectin. Lonjakan tersebut berlangsung sejak pandemi dimulai, bersama dengan peningkatan lima kali lipat untuk pengendalian racun mengenai efek samping dari obat tersebut, seperti dikutip dari Live Science, Sabtu (28/08/2021).

Orang-orang bahkan mengambil obat Ivermectin untuk digunakan pada hewan, yang dapat dibeli tanpa resep, tetapi tidak aman untuk digunakan manusia. Lalu, obat tersebut dapat menyebabkan efek samping yang serius, menurut CDC.

Pada manusia, Ivermectin disetujui untuk mengobati penyakit parasit tertentu, misalnya untuk mengobati kutu kepala. Pada hewan, Ivermectin dapat mengobati atau mencegah penyakit parasit seperti cacing hati, menurut Food and Drug Administration (FDA) atau badan pengawas obat dan makanan AS.


Jangan Sembarang Pakai Obat untuk COVID-19

Ilustrasi COVID-19 Foto oleh cottonbro dari Pexels

Namun, baru-baru ini informasi salah tentang Ivermectin telah menyebabkan beberapa orang menggunakan obat untuk COVID-19, meskipun tidak disetujui untuk penggunaan ini, Live Science sebelumnya melaporkan.

Institut Kesehatan Nasional AS mengatakan bahwa saat ini tidak ada cukup bukti untuk merekomendasikan obat itu sebagai pengobatan COVID-19. 

Sebuah studi bulan Maret tentang penggunaan Ivermectin dalam kasus COVID-19 ringan tidak ditemukan kandungan manfaatnya.

Sebelum pandemi COVID-19, apotek ritel AS mengeluarkan rata-rata 3.600 resep manusia per minggu untuk Ivermectin. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, resep telah melonjak, mencapai lebih dari 88.000 resep per minggu pada pertengahan Agustus 2021, menurut CDC.

Pada Januari 2021, paparan Ivermectin di AS meningkat tiga kali lipat, dan lima kali lipat pada Juli 2021, dibandingkan dengan tingkat pra-pandemi.

Pasalanya, penggunaan Ivermectin untuk hewan berfokus pada hewan besar seperti kuda dan sapi, di mana sangat berbahaya bagi manusia. Dosis obat itu lebih besar yang dapat mengakibatkan overdosis. Lalu, produk hewani juga dapat mengandung bahan tidak aktif yang berlum pernah diteliti pada manusia.


Memiliki Efek Samping Berbahaya Bagi Tubuh

Ilustrasi vaksin COVID-19 (Source: Pexels/Artem Podres)

Overdosis Ivermectin dapat menyebabkan mual, muntah, diare, tekanan darah rendah, penurunan kesadaran, kebingungan, halusinasi, kejang, koma dan bahkan kematian.

CDC menyebutkan salah satu insiden seorang pria yang meminum formulasi Ivermectin suntik yang digunakan pada ternaknya untuk mencegah COVID-19. Namun, pria itu pergi ke rumah sakit dengan gejala pusing, kantuk, halusinasi, dan gemetar. Dia baru pulih setelah dirawat di rumah sakit selama sembilan hari.

Badan pengawas obat dan makanan AS, FDA, mengeluarkan peringatan serupa tentang Ivermectin awal tahun ini. Pada Sabtu 21 Agustus, akun Twitter media resmi mengatakan: “Kamu bukan kuda, kamu bukan sapi. Serius, kalian semua, hentikan pemakaian obat ini.”

CDC memperingatkan bahwa orang-orang harus sadar bahwa Ivermectin tidak mengobati atau mencegah COVID-19, dan mereka pasti tidak boleh makan Ivermectin yang digunakan pada kulit atau digunakan pada hewan.

Jika sudah terlanjur mengonsumsi Ivermectin dan mengalami efek samping, harus segera mencari pertolongan medis. CDC menegaskan bahwa cara efektif dan aman untuk mencegah COVID-19 hanya dengan vaksinasi.

 

Reporter: Cindy Damara

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya