NASA Deteksi Es Mencair di Greenland, Sinyal Memburuknya Perubahan Iklim

Melihat dari catatan selama 25 tahun terakhir di atas pulau Greenland, para ilmuwan Arktika merasa prihatin dengan situasi di Greenland, di mana titik es di sana mencair.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Agu 2021, 19:35 WIB
Pulau Greenland (Sumber: Wikimedia Commons)

Liputan6.com, Greenland - Pekan ini, ilmuwan NASA Josh Willis mengudara di atas Greenland, Denmark. Josh menatap dunia kutub utara yang luas. Namun, bukannya es dan salju yang beku, ia justru menemukan es yang mencair dan genangan air di tempat yangg seharusnya menjadi salah satu lokasi terdingin di Bumi tersebut.

Pada pertengahan Agustus 2021, gelombang panas yang kuat melelehkan sebagian besar lapisan es Greenland. Es Greenland mencair sekitar tiga kali ukuran Texas, AS. Tentunya ini menjadi bukti jelas dari dampak perubahan iklim dan pemanasan global.

Sepuluh tahun terakhir, para ilmuwan Arktik telah mengamati peristiwa pencairan yang memecahkan rekor di Greenland. Hal itu mengakibatkan air mengalir ke laut dan berkontribusi pada kenaikan permukaan laut.

Sepanjang tahun 2021, area yang mencair besarnya mencapai 8,2 juta mil persegi. Angka ini jauh di atas rata-rata dari sebelumnya di tahun 1981- 2010 yaitu sekitar 1 juta mil persegi.

"Sebenarnya yang harus disadari adalah terjadinya pencairan besar Greenland di setiap tahun dalam dua dekade terakhir, akibat campur tangan manusia yang memicu perubahan iklim." Willis, peneliti lapisan es dan lautan di NASA's Jet Propulsion Laboratory.

Ilmuwan Arktika mengungkapkan selama beberapa dekade terakhir, Greenland mencair lebih cepat daripada setidaknya 350 tahun lapisan es yang menyusut. Saat iklim menghangat dan gelombang panas menjadi semakin ekstrem, mengakibatkan fenomena besar es mencair. Bahkan mempengaruhi puncak pulau yang biasanya dingin.

 

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Fenomena Hujan yang Belum Pernah Terjadi

Danau Purba di Greenland (Michael Studinger/NASA).

Ted Scambos, ahli permukaan es di University of Boulder Colorado mengatakan bahwa musim panas ini Greenland dihantam beberapa gelombang panas yang sangat dahsyat. Bahkan, telah terjadi hujan di atas Greenland pada ketinggian 10.551 kaki. Padahal menurut ilmuwan, belum pernah ada fenomena turunnya hujan di sana.

Scambos menambahkan sebelumnya pada 1995, berabad-abad akan berlalu antara peristiwa pencairan besar di puncak. Ini merujuk pada bukti dari inti es Greenland kuno. Di mana saat ini terjadi beberapa kali dalam beberapa dekade terakhir.

Willis dari NASA dan timnya belum sepenuhnya mengelilingi untuk mengamati pencairan di daratan. Namun, sebagai bagian dari misi Oceans Melting Greenland NASA adalah menyelamkan sensor ke laut di sekitar pantai Greenland.

Upaya itu dilakukan untuk mengukur bagaimana lautan yang memanas tanpa henti menggerogoti beberapa gletser es terbesar di Bumi. Pencairan di sepanjang pantai sangat signifikan dan diperkirakan akan meningkat seiring dengan pemanasan laut yang terus berlanjut.

Sementara itu saat pengambilan objek penemuan di atas pulau Greenland, Willis dan timnya sungguh terkejut oleh pencairan di pulau Greenland. Jim Haffey sebagai kapten dalam misi ini mengatakan dia belum pernah melihat skala pencairan ini sebelumnya.

"Tim telah menelusuri di atas lapisan es selama 25 tahun dan telah melihat hampir semua hal. Sebagai seorang ilmuwan, saya harus melihat data dan fakta yang terjadi sebelum mengambil kesimpulan dari yang mereka lihat. Ternyata catatan data memang menceritakan kisah yang sama dengan apa yang pilot sampaikan."

Ilmuwan Arktik lainnya baru-baru ini melihat dataran luas disertai air lelehan di atas Greenland. Sebagaimana seperti yang ditunjukkan oleh video yang diambil oleh seorang ilmuwan dengan program Monitoring of the Greenland Ice Sheet Denmark.


Bukti Kuat Perubahan Iklim dan Pemanasan Global

Greenland, Denmark (Wikimedia Commons)

Pada akhir Juli dan pertengahan Agustus tahun ini, peristiwa mencairnya es seluas lebih dari 800.000 kilometer persegi (309.000 mil persegi) terjadi di Greenland.

Menurut National Snow and Ice Data Center, sebuah lembaga yang meneliti wilayah kutub dan es di Bumi. Dalam satu musim panas, beberapa peristiwa pencairan ekstrem seperti itu hanya terjadi dua kali dalam catatan, yaitu pada tahun 2021 dan 2012 (rekor tahun pencairan saat ini).

Perubahan iklim adalah tentang tren, dan pola berkelanjutan Greenland dari pencairan skala besar yang lebih sering merupakan perwakilan dari ekstrem yang menjadi lebih ekstrem saat planet ini terus memanas.

Hilangnya es yang semakin cepat di Greenland mirip dengan banjir bandang yang lebih parah, kekeringan yang lebih intens, dan peningkatan frekuensi dan tingkat kebakaran hutan yang parah seperti neraka.

Mencairnya Greenland dan Antarktika sebagai dua lapisan es terbesar di Bumi menjadi implikasi global yang penting. Selama 30 tahun terakhir, hilangnya es di Greenland dan Antarktika telah meningkat enam kali lipat.

Tanah terpencil yang tertutup es ini sangat mengkhawatirkan para ilmuwan soal masa depan bumi. Pada abad ini saja, para peneliti lapisan es dan lautan memperkirakan permukaan laut akan naik 1,5 hingga 2,5 kaki lagi (0,4-0,7 meter).

Sementara itu, kenaikan permukaan laut sudah banyak terjadi. Sehingga perlunya pengurangan emisi karbon yang berdampak buruk terhadap kenaikan permukaan laut. Lantaran massa es yang luas ini juga berpotensi menyumbangkan kenaikan permukaan laut setinggi beberapa kaki di abad-abad mendatang dan seterusnya.

 

Reporter: Bunga Ruth

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya