Energi Mega Persada Harap Blok Buzi Beroperasi Komersial pada 2022

PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) menyatakan, Blok Buzi dalam tahap penyelesaian driling sumur dua.

oleh Agustina Melani diperbarui 31 Agu 2021, 08:16 WIB
Pekerja melintasi layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Meski terjebak di zona merah, IHSG berhasil mengakhiri perdagangan di level 5.841. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) mengharapkan Blok Buzi EPCC di Mozambique, Afrika dapat beroperasi komersial pada 2022-2023.

Direktur PT Energi Mega Persada Tbk, Edoardus Windoe menuturkan, Blok Buzi dalam tahap penyelesaian drilling sumur dua, kemudian akan dilakukan sertifikasi dan pembangunan fasilitas.

"Kami harapkan ini bisa beroperasi komersial pada 2022-2023," ujar dia saat paparan publik virtual, ditulis Selasa (31/8/2021).Buzi EPCC, salah satu aset yang dimiliki PT Energi Mega Persada Tbk dari delapan wilayah kerja minyak, gas dan gas metana batu bara yang tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Mozambique (Afrika).

Perseroan memiliki partisipasi 75 persen di blok tersebut dan menggandeng Empressa Nacional de Hidrocarnetos (ENH) dalam blok Buzi. ENH memiliki 25 persen partisipasi. PT Energi Mega Persada Tbk akusisi blok tersebut sekitar USD 175 juta.Selain itu, perseroan juga telah akuisisi tambahan 25 persen di Blok Kangean PSC di Jawa Timur.

Senior Advisor Investor Relations Energi Mega Persada, Herwin Hidayat mengatakan, bentuk kontrak kerja sama di Blok Kangean berlaku hingga 2030 dan hak partisipasi bertambah menjadi 75 persen. Dana akusisi tambahan 25 persen saham itu sebesar USD 43,50 juta yang berasal dari hasil rights issue.Dampak akuisisi terhadap perseroan, cadangan 2 P akan meningkat 50 persen dari 88,4 juta kaki kubik gas menjadi 132 juta kaki kubik gas.

"Produksi gas akan meningkat 50 persen dari sekitar 89 juta kaki kubik per hari menjadi 133 juta kaki kubik per hari," ujar dia.

Selain itu, perseroan mengembangkan Blok Bentu PSC di Riau, Sumatera yang memiliki kontrak kerja sama atau cost recovery berlaku hingga 2041. Hak partisipasinya 100 persen.

"Kami telah berhasil tingkatkan produksi secara organik dari 2018 hanya 38,3 juta kaki kubik gas per hari menjadi 80,3 juta pada kuartal I 2021," ujar dia.

Perseroan juga mengembangkan Malacca Strait PSC di Riau, Sumatera dengan kontrak kerja sama atau gross split berlaku hingga 2040. Hak partisipasi 100 persen. Herwin menuturkan, pihaknya menambah hak partisipasi dari 61 persen menjadi 100 persen pada 2020 di blok tersebut.

"Blok Malacca sebagian besar produksinya adalah minyak. Rata-rata produksi Malacca meningkat dari 1.830 barel per hari menjadi 5.102 barel per hari sepanjang kuartal I 2021," ujar dia.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Blok Sengkang

Saat ini perseroan juga sedang proses rencana akuisisi 49 persen hak partisipasi. Perseroan telah teken perjanjian jual beli bersyarat untuk mengambil alih 100 persen kepemilikan di PT Energi Maju Abadi yang memiliki 49 persen hak partisipasi pada wilayah kerja Sengkang PSC di Sulawesi Selatan.

Edoardus menuturkan, pihaknya belum dapat jelaskan detil transaksi selesai mengingat transaksi akan efektif setelah ada persetujuan dari pemerintah.

"Tergantung dari approval government saat ini proses untuk dapat persetujuan sudah dimulai, secepatnya dapat approval, sampaikan ke regulator dan publik," kata dia.

Adapun Blok Sengkang memiliki produksi sekitar 40 juta kaki kubik gas per hari dengan pembeli antara lain PT Energy Sengkang, PLN dan Pertamina Jargas.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya