Niat Berobat Flu Batuk, Autisme Anak Asal Sidoarjo Ini Terdeteksi di Puskesmas

Muhammad Aqil Muzakki adalah penyandang Autism Spectrum Disorder (ASD/spektrum autisme) asal Sidoarjo, Jawa Timur.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 01 Sep 2021, 10:07 WIB
Muhammad Aqil Muzakki adalah penyandang Autism Spectrum Disorder (ASD/spektrum autisme) asal Sidoarjo, Jawa Timur. Foto: Doc Pribadi.

Liputan6.com, Jakarta Muhammad Aqil Muzakki adalah penyandang Autism Spectrum Disorder (ASD/spektrum autisme) asal Sidoarjo, Jawa Timur.

Menurut sang ibu, Muniroh (50), Aqil lahir pada 30 April 2009 secara caesar dikarenakan jalan kelahiran terganggu oleh varises.

Alhamdulillah terlahir sehat, tapi setelah minum ASI 2 hari harus berpisah dengan saya, karena saya terjangkit penyakit typus. Otomatis putra saya minum susu formula selama 10 hari, dan kembali minum ASI setelah saya sembuh,” kata Muniroh dalam keterangan tertulis dikutip Selasa (31/8/2021).

Sejak bayi, semua berjalan seperti biasa, tidak ada tanda-tanda aneh pada Aqil hingga umur 2 tahun 8 bulan. Di usia tersebut, bocah yang gemar menyanyi itu mengalami sakit flu dan batuk sehingga harus pergi ke Puskesmas.

“Inilah awal badai bagi saya, di Puskesmas inilah Aqil terdeteksi sebagai anak Autis. Awal yang sangat sederhana tetapi bisa dideteksi oleh ahlinya.”


Tidak Responsif

Saat itu, lanjut Muniroh, Aqil dipanggil namanya berkali-kali oleh dokter di Puskesmas, tapi ia tidak merespons melainkan hanya lari dan lari.

“Apalagi Aqil belum bisa komunikasi tetapi bisa nyanyi walau belum jelas verbalnya. Akhirnya Aqil dirujuk oleh dokter tersebut ke RSUD hingga bertemulah dengan psikolog.”

Aqil pun menjalani terapi di RSUD hingga usia 5. Psikolog menyarankan untuk terapi seminggu 3 kali. Namun, masalah ekonomi menjadi hambatan. Akhirnya, terapi pun dilakukan seminggu sekali.

“Dalam waktu yang singkat tersebut, saya tidak hanya diam di rumah. Setiap setelah terapi saya bertanya ke Psikolognya, maupun ke terapis wicaranya tentang pelajaran apa yang diberikan hari ini, dan apa yang harus saya lakukan di rumah.”

Terapi pun membuahkan hasil, di usia 3 Aqil bisa membaca walau hanya beberapa kata.


Kehidupan Sekolah

Aqil sudah sekolah sejak usia 4, tambah Muniroh. Di usia 7 ia masuk sekolah dasar.

Terapi pun dilanjutkan di Pusat Layanan Autis (PLA) Sidoarjo/ UPTD ABK Sidoarjo sampai saat ini. Di usia 7 itu dilakukan tes IQ di RSUD dengan hasil Intellectually Superior.

Di sekolah, tak jarang hinaan dan gunjingan diterima keduanya. Maka dari itu, kesabaran ekstra, tahan emosi, tahan hinaan dimana-mana menjadi hal yang selalu diterapkan Muniroh dalam dirinya.

“Saat ditolak dalam belajar di sekolah maupun mengaji, saya cukup diam dan tetap saya ajari di rumah dengan berdoa kepada Allah.”

“Di dalam hinaan dan gunjingan, saya tetap berada di sekolah tersebut dengan memberi pengertian pada orang-orang sekitar,” katanya.

Kini di usia 12, Aqil tumbuh dengan baik. Ia bisa membaca bahkan mengaji dengan tartil.


Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya