Liputan6.com, Jakarta - Militer Amerika Serikat melumpuhkan sejumlah pesawat dan kendaraan lapis baja serta sistem pertahanan roket berteknologi tinggi di bandara Kabul, sebelum meninggalkan Afghanistan pada Senin (30/8).
Dikutip dari AFP, Selasa (31/8/2021), Kepala Komando Pusat AS, Jenderal Kenneth McKenzie mengatakan bahwa 73 pesawat yang sudah berada di Bandara Internasional Hamid Karzai "demiliterisasi," atau sudah tidak bisa dipakai oleh pasukan AS sebelum mereka menyelesaikan evakuasi di Afghanistan, yang kini dikuasai Taliban.
Advertisement
"Pesawat-pesawat itu tidak akan pernah terbang lagi... Mereka tidak akan pernah bisa dioperasikan oleh siapa pun," kata McKenzie.
"Sebagian besar dari mereka tidak mampu melakukan misi sejak awal. Tapi yang pasti mereka tidak akan pernah bisa diterbangkan lagi," terangnya.
McKenzie juga mengatakan bahwa Pentagon, yang mengerahkan hampir 6.000 tentara untuk bertugas di bandara Kabul ketika pengangkutan udara dimulai pada 14 Agustus, meninggalkan sekitar 70 kendaraan taktis lapis baja MRAP - yang masing-masing senilai US$ 1 juta, termasuk 27 Humvee.
Semua kendaraan tersebut pun sudah dinonaktifkan sebelum militer AS meninggalkan Kabul.
"Kendaraan itu tidak akan pernah digunakan lagi oleh siapa pun," ujarnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tentara AS Juga Tinggalkan Sistem Penangkal Roket di Bandara Afghanistan
Selain kendaraan militer, tentara AS juga meninggalkan sistem C-RAM - roket penangkal, artileri, dan mortir - yang digunakan untuk melindungi bandara dari serangan roket.
Sistem ini membantu menangkis serangan lima roket dari ISIS-K pada Senin (30/8).
"Kami memilih untuk menjaga sistem itu tetap beroperasi hingga menit terakhir, sebelum pesawat AS terakhir pergi," kata McKenzie.
"Ini adalah prosedur yang rumit dan prosedur yang memakan waktu lama untuk menghancurkan sistem itu. Jadi kami mendemiliterisasi sistem itu sehingga tidak akan pernah digunakan lagi," jelas McKenzie.
Advertisement