5 Pesan Ahli Terkait Perjuangan Mengatasi Pandemi COVID-19 di Penghujung Agustus

Di penghujung Agustus, Mantan Direktur WHO Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama memberikan pesan terkait perjuangan melawan COVID-19.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 31 Agu 2021, 13:00 WIB
Seorang pengendara motor melewati mural anjuran kebiasan hidup baru dengan 3 M di Stasiun Cawang, Jakarta, Sabtu (26/12/2020). Pemerintah terus berupaya melakukan imbauan kepada warga untuk melaksanakan kebiasaan baru 3M guna memutus penyebaran virus corona (COVID-19). (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Pada penghujung Agustus, Mantan Direktur WHO Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama memberikan pesan terkait perjuangan melawan COVID-19.

Menurutnya, setidaknya ada lima semangat memperjuangkan kemerdekaan 1945 yang dapat diterapkan dalam situasi menangani COVID-19 pada 2021 ini, yaitu:

Pertama, kemerdekaan dapat direbut pada 1945 karena semua komponen bangsa berjuang bersama. Sejalan dengan itu, sekarang semua masyarakat harus terus meningkatkan kesadaran bahwa pandemi ini adalah masalah bersama, dan hanya dapat diselesaikan dengan upaya bersama pula.

Komunikasi publik yang dibangun juga akan lebih baik kalau dilakukan bukan antara pemerintah dan masyarakat tetapi merupakan kegiatan bersama, informasi bersama dengan pesan tanggung jawab bersama.

Perjuangan kedua adalah kegigihan, sebagaimana para pejuang yang gagah perkasa tidak berhenti berjuang merebut kemerdekaan, walaupun tantangan waktu itu amatlah besar.

“Pandemi COVID-19 kini juga merupakan masalah amat besar yang dapat dilihat dari tiga sisi yakni diagnosis masih terbatas ditambah obat pembunuh virus belum ada dan vaksin belum 100 persen, munculnya varian baru, dan dampak pada berbagai sisi kehidupan,” ujar Tjandra melalui pesan tertulis dikutip Selasa (31/8/2021).


Ilmu Pengetahuan Jadi Senjata

Perjuangan penting ketiga adalah tentang senjata yang digunakan, lanjut Tjandra.

“Kalau pejuang dulu antara lain menggunakan bambu runcing maka kini kita menggunakan senjata utama kita, yaitu ilmu pengetahuan.”

Modal ilmu pengetahuan menjadi acuan dalam menyelesaikan COVID-19. Dalam hal ini maka data yang valid, surveilans yang baik serta keterbukaan informasi dan pengolahan secara ilmiah yang akurat menjadi amat penting.

“Keputusan dan kebijakan yang diambil tentu harus berdasar ilmu pengetahuan yang valid, evidence-based decision making process.”


Hubungan Internasional

Keempat adalah pentingnya hubungan internasional. Pada masa awal proklamasi kemerdekaan maka Indonesia langsung berhubungan dengan negara-negara lain di dunia.

Seperti, menjalin kerja sama internasional dan bergabung menjadi anggota badan dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan “World Health Organization (WHO)”.

“Pandemi adalah wabah yang mendunia. Pandemi tidak akan dapat diselesaikan oleh satu atau beberapa negara saja, no one is safe until Everyone is safe.”

Karena itu perjuangan penting keempat adalah berperan amat aktif dalam dunia internasional dan kerja sama antar bangsa untuk menanggulangi pandemi.

“Indonesia sudah memperlihatkan kepemimpinannya dalam berbagai forum dunia dan regional, dan ini harus terus ditingkatkan. Kerjasama internasional ini amat penting bukan hanya bagi kepentingan dunia tetapi juga bagi kepentingan bangsa dan negara kita sendiri.”


Mewujudkan Target

Profesor Tjandra Yoga AditamaDirektur Pasca Sarjana Universitas YARSI yang juga Guru Besar FKUI soal lanjut atau tidaknya PPKM. (Dok: Pribadi)

Perjuangan keblima, yang lebih praktis adalah upaya keras untuk mewujudkan target dan program pengendalian COVID-19.

Sudah jelas dari pengalaman berbagai negara bahwa COVID-19 dapat dikendalikan dengan tiga program utama, pertama pembatasan sosial, kedua tes, telusur dan terapi serta ketiga vaksinasi.

Untuk pembatasan sosial maka seluruh masyarakat harus melaksanakan protokol kesehatan dengan ketat, yang dikenal dengan pesan Ibu 3 M (memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan).

Protokol ini kemudian berkembang menjadi 5 M dengan penambahan menghindari kerumunan dan mengurangi mobilisasi. Dari sudut pemerintah maka kebijakan pembatasan sosial juga harus dilakukan dengan konsisten, baik dalam bentuk PPKM, PSBB atau bentuk-bentuk yang lain, katanya.

Dalam hal tes dan telusur maka anggota masyarakat yang ada gejala dan atau ada riwayat kontak maka harus melakukan tes, dan kalau positif perlu ditangani dengan baik. Dalam hal ini target yang sudah cukup lama dicanangkan untuk melakukan sekitar 400 ribu test sehari dan melakukan telusur 15 orang untuk setiap kasus haruslah segera diwujudkan untuk menjadi kenyataan, tambahnya.

Sedang, terkait vaksinasi, target yang sudah disebutkan untuk memvaksinasi 2 juta orang per hari harus benar-benar diimplementasikan di lapangan.

“Dalam hal ini akan amat baik kalau masyarakat dipermudah mendapatkan vaksin, misalnya dengan dilakukan vaksinasi COVID-19 di semua Puskesmas dan Rumah Sakit yang ada di negara kita. Jadi, orang dapat di vaksin di dekat rumah dan atau tempat kerjanya secara mudah,” pungkasnya.

 


Infografis Sudah Vaksinasi COVID-19? Jangan Kendor 5M!

Infografis Sudah Vaksinasi Covid-19? Jangan Kendor 5M! (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya