Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelaskan, pemulihan ekonomi dunia di tengah pandemi Covid-19 sudah mulai terasa. Hal tersebut terbukti dengan aktivitas manufaktur yang mulai tumbuh, ekspor-impor menggeliat, serta kenaikan harga komoditas.
"Sinyal pemulihan ekonomi global sudah sangat terasa baik dari aktivitas manufaktur global yang tumbuh positif, ekspor impor yang menggeliat hingga harga komoditas yang mengalami peningkatan," kata Jokowi di acara Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), Jakarta, Selasa (31/8).
Advertisement
Pemulihan ekonomi global tersebut tak lain karena sinergi yang dilakukan oleh berbagai pihak. "Kita beryukur sinergi berbagai pihak untuk pain sharing, baik kebijakan fiskal maupun moneter maupun kebijakan rem dan gas antara ekonomi dan kesehatan," jelasnya.
Presiden Jokowi berharap, perekonomian nasional dan global akan terus membaik dalam waktu dekat. Mengingat sejumlah lembaga ekonomi dunia juga sudah merevisi proyeksi pertumbuhan ke arah positif.
Satu di antaranya adalah International Monetary Fund (IMF). Lembaga dunia ini memproyeksi pertumbuhan ekonomi di tingkat global sebesar 6,0 persen dan 4,9 persen untuk tahun 2021 dan 2022.
"Kita berharap perekonomian nasional dan global akan terus membaik dalam waktu dekat ini. Berbagai proyeksi lembaga internasional memperkirakan bahwa ekonomi global tahun ini dan tahun depan akan membaik," jelasnya.
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
IMF Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia Sentuh 6 Persen di 2021
Sebelumnya, IMF mengumumkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global. Ekonomi global diperkirakan tumbuh 6 persen di 2021, dan berkurang jadi 4,4 persen pada 2022. Proyeksi ini berubah drastis dari perkiraan kontraksi -3,3 persen pada 2020 ketika dunia terserang pandemi Covid-19.
"Ini mencerminkan dukungan fiskal tambahan yang diberikan Amerika Serikat, program vaksinasi yang akan memperkuat masa pemulihan dalam setengah tahun ini, dan juga berlanjutnya ketahanan aktivitas ekonomi terhadap pandemi di banyak bagian dunia," kata Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath, Rabu (7/4/2021).
Gopinath menekankan, ketidakpastian tinggi turut mempengaruhi proyeksi IMF lantaran wabah pandemi belum berhasil dikalahkan, dan kasus positif justru semakin cepat menyebar di banyak negara.
Hal tersebut membuat proses pemulihan di tiap negara jadi berbeda, sebagaimana ekonomi bergantung pada proses vaksinasi yang lambat, dukungan kebijakan yang lebih terbatas, dan harapan pada sektor pariwisata yang kurang berhasil.
"Risiko terbesar saat ini masih tetap pandemi. Jika ada varian virus baru yang tak terjangkau vaksin, itu bisa menyebabkan penurunan tajam. Tapi di sisi lain, jika program vaksinasi dapat dipercepat, itu bakal meningkatkan prospek," tutur Gopinath.
Dia juga menyoroti proses pemulihan supercepat dapat menimbulkan risiko keuangan jika suku bunga yang ditetapkan Amerika Serikat meningkat jauh dengan cara tak terduga.
Hal itu dapat menyebabkan peningkatan valuasi aset yang turun secara tak teratur, kondisi keuangan yang sangat mengetat, dan prospek pemulihan memburuk, utamanya untuk pasar negara berkembang yang memiliki leverage tinggi.
Advertisement