Kematian COVID-19 Anak Naik, Terlambat Diobati karena Disangka Flu Biasa

Kematian COVID-19 pada anak di Indonesia naik, penyebabnya keterlambatan pengobatan karena disangka flu biasa.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 31 Agu 2021, 20:04 WIB
Petugas bersiap memakamkan jenazah dengan protokol COVID-19 di TPU Bambu Apus, Jakarta, Kamis (28/1/2021). Setiap harinya, TPU Bambu Apus melayani rata-rata 30 hingga 50 pemakaman jenazah dengan protokol COVID-19. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Kematian COVID-19 pada anak yang sedikit meningkat, menurut Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono, disebabkan adanya keterlambatan pengobatan. Ini karena gejala COVID-19 pada anak seringkali disangka flu biasa.

Dari data Bersatu Lawan COVID-19 per 26 Agustus 2021, persentase kematian COVID-19 anak dalam dua bulan terakhir masih belum menunjukkan penurunan. Sejak Juni 2021, persentase kematian anak di angka 1 persen, lalu Juli-Agustus di angka 2 persen.

 

"Bahkan kematian akibat Corona pada anak semakin meningkat pada beberapa daerah. Ini disebabkan karena keterlambatan orang tua membawa anak ke tempat pengobatan yang baik," ungkap Dante saat Rakornas KPAI, Persiapan PTM dan Program Vaksinasi Anak Usia 12-17 Tahun Berbasis Sentra Sekolah, Senin (30/8/2021).

"Tadinya, disangka hanya flu biasa. Kemudian anaknya mungkin anosmia atau kehilangan indra penciuman. Biasanya ini tidak terlalu banyak dikeluhkan oleh anak."

Gejala yang sering terlihat pada anak, kata Dante, mereka susah makan. Tatkala mereka susah makan, mulai muncul gejala mirip flu.

"Ya, mereka diobati sebagai sakit flu, tetapi kondisinya semakin parah, baru orang tuanya sadar," lanjutnya.

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua


Case Fatality Rate COVID-19 Anak Sedikit Meningkat

Anggota keluarga menabur bunga di makam kerabat yang dimakamkan dengan protokol COVID-19 di TPU Bambu Apus, Jakarta, Kamis (28/1/2021). TPU Bambu Apus merupakan satu dari enam lokasi pemakaman jenazah dengan protokol COVID-19 yang disediakan Pemprov DKI Jakarta. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Jika melihat pada Case Fatality Rate (CFR) per 26 Agustus 2021, kematian COVID-19 anak mengalami sedikit peningkatan. CFR adalah jumlah orang yang meninggal dunia dari total orang yang sakit atau mempunyai gejala suatu penyakit.

"Kalau CFR dewasa memang meningkatnya pada masa pandemi cukup tajam sampai 6,45 persen (Agustus 2021), sedangkan pada anak-anak 1 persen (0,68 persen)," lanjut Dante Saksono Harbuwono.

"Saat lonjakan pada Juli 2021 terjadi, CFR dewasa 3,27 persen dan anak-anak 0,33 persen."

Oleh karena itu, Dante menekankan, gejala-gejala COVID-19 pada anak-anak juga penting diketahui orang tua. Sehingga tren kasus konfirmasi dan kematian COVID-19 pada anak tidak terjadi.

"Peran orang tua sangat penting sekali untuk menekan kasus kematian COVID-19 pada anak. Tidak menunggu anak sampai kelihatan sesak dahulu, baru dibawa ke rumah sakit," ucapnya.

"Tetapi dari awal sudah diperiksakan ketika anaknya demam, susah makan, langsung diperiksakan ke dokter, dibawa ke instalasi kesehatan setempat."


Infografis Waspada 5 Gejala Covid-19 pada Anak

Infografis Waspada 5 Gejala Covid-19 pada Anak. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya