Tengok Potensi Perdagangan Indonesia-India Selama Pandemi Covid-19

Perjanjian Kerjasama Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Perdana Menteri India Narendra Modi pada 2018 menargetkan nilai perdagangan kedua negara sebesar USD 50 miliar pada 2025.

oleh Tira Santia diperbarui 31 Agu 2021, 15:50 WIB
Aktivitas bongkar muat kontainer di dermaga ekspor impor Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Menurut BPS, pandemi COVID-19 mengkibatkan impor barang dan jasa kontraksi -16,96 persen merosot dari kuartal II/2019 yang terkontraksi -6,84 persen yoy. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia dan India terus berkomitmen untuk menciptakan kemitraan strategis yang komprehensif. Hal itu terbukti dengan Perjanjian Kerjasama Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Perdana Menteri India Narendra Modi pada tahun 2018 yang menargetkan nilai perdagangan kedua negara sebesar USD 50 miliar pada 2025.

"Salah satu momen paling penting dalam hubungan antara kedua negara adalah pada tahun 2018,  ketika pemimpin Perdana Menteri Modi dan Presiden Jokowi setuju membuat janji bahwa kedua negara harus mencapai perdagangan bilateral dengan nilai USD 50 miliar hingga 2025,” kata Kuasa Usaha KBRI di New Delhi, India Mochammad Rizki Safary dalam Indonesia x India virtual Business Meeting 2021, Selasa (31/8/2021).

Tidak bisa dipungkiri memang hubungan antara Indonesia dan India sebenarnya sudah berlangsung berabad-abad lalu. Oleh karena itu, hubungan kedua negara ini sangat kuat dan semakin komprehensif.

“Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa India dan Indonesia memiliki hubungan yang sangat kuat dari berabad-abad yang lalu. Latar belakang inilah yang membuat kedua negara memiliki hubungan yang sangat kuat di zaman modern ini,”  ujarnya.

Namun, sejak dua tahun terakhir, Indonesia maupun India sama-sama sedang menghadapi dan berjuang untuk menangani ekonomi dampak pandemi covid-19. Tentunya, pandemi ini memiliki dampak yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi bagi kedua negara.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Peluang di Balik Pandemi

Pekerja membuat mebel di kawasan Tangerang, Selasa (3/11/2020). Generalized System of Preference (GSP) atau fasilitas perdagangan berupa pembebasan tarif bea masuk memungkinkan produk UMKM lebih banyak diekspor ke Amerika Serikat. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menurutnya, di masa pandemi ini, kedua negara harus melihat peluang di balik pandemi. Meski banyak sektor ekonomi yang terdampak, namun ada sektor lainnya yang berpotensi bisa dikembangkan kedua negara.

“Pemenang di masa pandemi ini antara lain sektor pertanian, farmasi dan alat kesehatan. Sektor Itulah yang akan menjadi potensial,” ujarnya.

Selain itu, kedua negara juga penting untuk menggunakan perdagangan digital dengan memanfaatkan berbagai platform e-commerce sebagai upaya untuk meningkatkan rantai pasokan dan jaminan produk.

“Perlu memanfaatkan lebih lanjut, munculnya perdagangan digital, berbagai platform e-commerce, dan saya percaya bahwa dengan dukungan dari mitra perdagangan digital yang tersedia untuk meningkatkan rantai pasokan dan jaminan produk,” pungkasnya. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya