SKK Migas: 3 Proyek Beroperasi Sesuai Target, Investasi Rp 946 Miliar

SKK Migas memyatakan, tiga proyek hulu migas beroperasi sesuai target pada tahun 2021

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 01 Sep 2021, 12:50 WIB
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memyatakan, tiga proyek hulu migas beroperasi sesuai target pada tahun 2021, dengan total nilai investasi mencapai USD 66,3 juta atau setara Rp 946 miliar.

Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno mengatakan, beroperasinya tiga proyek tersebut adalah capaian luar biasa di tengah pandemic Covid-19, yang sempat meningkat di berbagai wilayah di Indonesia, namun SKK Migas dan KKKS tetap bisa mengawal onstream tiga proyek sekaligus.

"Tiga proyek ini adalah bagian dari 12 proyek hulu migas yang memang direncanakan beroperasi pada tahun 2021. Yang membanggakan ini terjadi di bulan Agustus 2021 sehingga menjadi salah satu kado kemerdekaan bagi bangsa Indonesia,” kata Julius, di Jakarta, Rabu (1/9/2021).

Ketiga proyek tersebut adalah Proyek Fasilitas Produksi Stasiun Pengumpul Bangadua (SP-BDA) yang dilaksanakan oleh PT Pertamina EP, Proyek WB-NAG Compression and Condensate Pumping System yang dilaksanakan oleh PetroChina International Jabung LTD (PCJL), dan Proyek Pembangunan Fasilitas Produksi Lepas Pantai Lapangan Sidayu yang dilaksanakan oleh Saka Indonesia Pangkah Limited (SIPL).

Julius merinci, proyek Saka di Sidayu dilakukan untuk mendukung peningkatan produksi, sedangkan proyek pembangunan fasilitas produksi SP-BDA oleh PT Pertamina EP dan Fasilitas Produksi WB-NAG Petrochina dimaksudkan untuk menahan laju penurunan produksi.

PT Pertamina EP berhasil menyelesaikan kegiatan proyek pembangunan fasilitas produksi SP-BDA dengan investasi USD 6,5 juta. Kapasitas produksi gross liquid sebesar 3000 BLPD dan gas 10 MMscfd.

Commissioning dan pengaliran hidrokarbon melalui fasilitas produksi baru tersebut telah direalisasi pada 13 Agustus 2021. Dengan beroperasinya fasilitas produksi SP-BDA, maka Pertamina EP dapat mempertahankan produksi.

Fasilitas Produksi WB-NAG Compression and Condensate Pumping System telah berhasil mengalirkan hidrokarbon pertama pada 18 Agustus 2021. Penyelesaian proyek oleh PetroChina International Jabung LTD (PCJL) ditandai dengan keberhasilan pengaliran non associated gas dari Lapangan West Betara (WB) sebesar 30.5 MMscfd yang bermanfaat untuk menjaga pasokan gas domestik.

Gas dari lapangan ini lalu diproses lebih lanjut dan dikirimkan sebagai sales gas untuk pemenuhan kebutuhan industri domestik yaitu PLN Batam dan Tanjung Jabung Power. Investasi untuk pemasangan fasilitas produksi ini sekitar USD 12 juta.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Selanjutnya

Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Saka Indonesia Pangkah Limited (SIPL) pada Agustus ini juga menyelesaikan proyek pembangunan fasilitas produksi lepas pantai, terdiri dari dua anjungan kepala sumur (wellhead platform) dan dua pipeline dasar laut untuk produksi dan penyalur gas lift dengan kapasitas produksi sebesar 6.793 barel per hari minyak dan 4,2 MMscfd gas. Investasi dari pembangunan fasilitas ini sekitar USD 47,8 juta. Final commissioning diselesaikan dengan ditandai serah terima dari tim proyek kepada tim operasi.

Sumur pertama Sidayu SID-4V telah secara penuh berproduksi dan terhubung ke existing fasilitas CPP/AUP Pangkah pada 24 Agustus 2021. Kegiatan drilling saat ini masih diteruskan untuk sumur – sumur berikutnya.

Dengan selesainya 3 proyek tersebut, maka sampai akhir Agustus 2021 jumlah proyek yang sudah beroperasi sebanyak 10 proyek atau sudah mencapai 83,3 persen dari keseluruhan target proyek di 2021. Dia pun yakin pada akhir 2021 nanti jumlah proyek yang beroperasi dapat melebihi dari target yang diharapkan.

“Kami bekerjasama dengan KKKS untuk mengawal capaian ini, sehingga dapat memberikan kontribuasi tambahan produksi minyak dan gas di akhir tahun, sehingga menjadi modal level entry yang baik saat memasuki tahun 2022. Sinergi dan kolaborasi ini diharapkan akan menjadi salah satu langkah pencapaian visi produksi 1 juta bph dan 12 BSCFD di tahun 2030, demi mendukung Indonesia yang lebih baik,” pungkas Julius.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya