Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, menilai kehadiran Bendung Cikeusik di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat memiliki peran penting untuk sektor pertanian sejak zaman kolonial Belanda. Bendung Cikeusik sendiri saat ini telah berusia lebih dari 100 tahun.
Oleh karenanya, pemerintah melakukan rehabilitasi untuk mengembalikan kemampuan layanan pengairan daerah irigasi agar turut meningkatkan kesejahteraan petani di Kuningan.
Advertisement
"Untuk itu diperhatikan kualitasnya. Kerjakan yang benar, kualitas jangan dikurangi. Karena ini infrastruktur air untuk irigasi penting buat masyarakat. Apalagi ini umurnya sudah 100 tahun lebih," pesan Menteri Basuki dalam keterangan tertulis, Rabu (1/9/2021).
Menteri Basuki menginstruksikan agar mempercepat pengerjaan dengan menambah jumlah pekerja untuk mengantisipasi adanya hujan deras. "Tambah orang untuk pekerjanya agar lebih cepat selesainya mengantisipasi datangnya musim hujan dan risiko banjir," imbuhnya.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung Ditjen SDA Kementerian PUPR Ismail Widadi mengatakan, Bendung Cikeusik merupakan salah satu bendung tertua di Indonesia yang dibangun Pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1890.
"Bendung ini melengkapi daerah irigasi Cikeusik yang telah beroperasi beberapa tahun sebelumnya pada 1884. Dengan usia lebih dari 100 tahun tentu banyak terjadi kerusakan pada tubuh bendung maupun saluran irigasinya. Kegiatan rehabilitasi besar satu-satunya yang pernah dilakukan pada tahun 1978 lalu," terangnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Progres Rehabilitasi
Selanjutnya sejak 2012, Ismail menjelaskan, dilaksanakan pemeliharaan rutin dan berkala bendung yang dilaksanakan BBWS Cimanuk-Cisanggarung, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR.
"Kemudian pada tahun 2020 kami memulai rehabilitasi Bendung Cikeusik, yang diharapkan dapat mengoptimalkan layanan sesuai kapasitas awal seluas 6.899 ha dengan catatan tidak ada alih fungsi lahan sawah. Namun saat ini di lapangan tercatat bendung ini melayani daerah irigasi seluas 6.178 ha," paparnya.
Hingga saat ini, progres fisiknya sudah 79,55 persen dengan target rampung November 2021 sesuai kontrak senilai Rp 33,16 miliar yang dilaksanakan kontraktor PT Karya Kita Putra Pertiwi.
"Rehabilitasi terutama pada tubuh bendung, Kolam Olak, sayap hulu sayap hilir, perkuatan tanggul, perbaikan lantai jembatan dan perbaikan lanskap agar lebih indah. Tahun berikutnya akan dilanjutkan perbaikan saluran-saluran primer, sekunder, dan tersier," ujar Ismail.
Advertisement