Ngeri, Krisis Ekonomi Akibat Pandemi Covid-19 Disebut Terburuk Dalam Sejarah

Krisis ekonomi global akibat pandemi Covid-19 menjadi salah satu yang terburuk dalam sejarah.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Sep 2021, 11:20 WIB
Ilustrasi Krisis Ekonomi.Dok Unsplash

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, Krisis ekonomi global akibat pandemi Covid-19 menjadi salah satu yang terburuk dalam sejarah. Mengingat, beratnya beban yang harus dipikul masing-masing negara dalam mencari solusi jitu.

Adapun, solusi yang dimaksud itu berupa titik keseimbangan yang diharapkan mampu memutus mata rantai penularan virus corona jenis baru tersebut sekaligus mampu menjaga proses pemulihan ekonomi. Akibatnya, proses pemulihan ekonomi global berlangsung lambat dan disertai ketidakpastian.

"Kami tidak pernah melihat tantangan sekompleks (pandemi Covid-19) ini dalam sejarah," dalam acara Konferensi Internasional Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan ke-15, Kamis (2/9).

Bahkan, imbuh Perry, krisis ekonomi yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19 lebih buruk dari berbagai pandemi yang pernah menjangkit dunia. Khususnya yang berkaitan dengan flu.

"Seperti Flu Hong Kong ((1968-1969) hingga Flu Spanyol (1918-1920)," tutupnya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Pentingnya Kolaborasi

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RGD) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (19/12/2019). RDG tersebut, BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 5 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Oleh karena itu, dia menekankan, pentingnya kolaborasi seluruh pihak untuk menekan angka penularan Covid-19 sekaligus meminimalisir tingkat kerugian ekonomi yang ditimbulkan akibat penyebaran virus corona jenis baru tersebut.

"Termasuk juga dari semua masyarakat untuk tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan, dan para akademisi untuk inovasi dalam kebijakan," tukasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya