Liputan6.com, Jakarta Kepala Stasiun Klimatologi Malang Anung Suprayitno menjelaskan, 46,7 persen ZOM (Zona Musim) wilayah di Jawa Timur akan masuk musim hujan pada Oktober. Sementara 48,3 persen wilayah Jatim memasuki musim hujan pada November.
"Jawa Timur di wilayah utara sedikit mundur terjadi November daerah tapal kuda awal musimnya terlambat dibanding lainnya," ujar Anung, Kamis (2/9/2021), dikutp dari TimesIndonesia.
Advertisement
Anung mengatakan, 55 persen wilayah Jatim musim hujan lebih awal dibanding tahun sebelumnya. Sementara 33.3 persennya sama seperti tahun sebelumnya.
"Dibanding tahun-tahun sebelumnya curah hujan di musim hujan 2021-2022 kami prakiraan normal hingga atas normal," jelasnya.
Anung menyampaikan, puncak musim hujan akan terjadi pada Januari hingga Februari. Hal ini perlu menjadi antisipasi semua pihak dalam kesiap siagakan banjir bandang, banjir genangan maupun banjir kiriman.
"Curah hujan selama musim hujan sebagaian besar di Jatim 1000-2000 mm, ini Menggembirakan bagi yang berada di DAS Bengawan Solo, Das Berantas dan lainnya karena kewaspadaan kecil," jelasnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Rekomendasi
BMKG pun merekomendasikan hal ini. Pertama perlu untuk mewaspadai cuaca ekstrem pada peralihan musim hingga awal musim hujan 2021-2022 yang berpontensi menimbulkan banjir bandang, longsor, sedimentasi waduk dan perlu kesiapan inspeksi struktur bangunan dan jaringan.
"Periode musim hujan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menambah luas tanam, melakukan panen air hujan dan mengisi waduk atau danau, atau embung yang berguna untuk musim kemarau," ucapnya.
Selain itu, BMKG juga merekomendasikan agar pemerintah daerah maupun stakeholder untuk bisa meningkatkan kerjasama antar daerah agar bisa mengurangi resiko bencana iklim batas Kabupaten dan Provinsi.
Advertisement