Liputan6.com, Jakarta Adanya kemunculan varian Corona bernana Mu asal Kolombia membuat Pemerintah Indonesia terus mengawasi mobilitas. Varian Mu atau B.1621 tersebut sedang dalam pengamatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, sejak 30 Agustus 2021, Varian Mu telah ditetapkan menjadi tambahan varian yang masuk dalam kategori Varian of Interest (VoI) WHO.
Varian ini pertama kali ditemukan di Kolombia pada Januari 2021.
Baca Juga
Advertisement
"Saat ini, persebarannya sudah ditemukan di beberapa negara lain, yakni Amerika Selatan dan Eropa," kata Wiku di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta pada Kamis, 2 September 2021.
"Status VOI diberikan pada varian Corona yang sedang diamati untuk dapat memberikan kesimpulan. Bahwa varian ini bersifat lebih infeksius daripada varian originalnya (Corona asal Wuhan, Tiongkok)."
Melihat situasi di Indonesia, Pemerintah tetap berupaya mengawasi mobilitas, baik dalam dan luar negeri.
"Walaupun saat ini kondisi cenderung normal dan beberapa pembukaan sektor juga secara gradual dilakukan, Pemerintah terus berusaha mengawasi mobilitas dalam dan luar negeri dengan penuh kehati-hatian," imbuh Wiku.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua
Penyebaran Varian Mu Sporadis, Bisa Resisten Terhadap Vaksin
Sejak Varian Mu pertama kali diidentifikasi di Kolombia pada Januari 2021, penyebaran varian tersebut sporadis dan terdeteksi di beberapa negara.
"Di luar Amerika Selatan, kasus telah dilaporkan di Inggris, Eropa, Amerika Serikat, dan Hong Kong," demikian pernyataan WHO sebagaimana mengutip The Guardian.
"Sementara varian tersebut membuat kurang dari 0,1 persen dari infeksi COVID-19 secara global, itu mungkin mulai berkembang di Kolombia dan Ekuador, yang mana masing-masing menyumbang 39 persen dan 13 persen dari kasus COVID-19."
Sebanyak 32 kasus varian Mu di Inggris yang terdeteksi, dibawa oleh para pelancong. Dalam laporan Public Health England (PHE) pada Juli 2021, sebagian besar kasus Mu yang ditemukan di London terjadi pada mereka yang berusia 20-an tahun.
Lebih lanjut, WHO menyatakan, Varian Mu memiliki kemampuan yang menunjukkan dirinya bisa lebih tahan terhadap vaksin COVID-19, seperti halnya Varian Beta yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan.
"Varian Mu memiliki konstelasi mutasi yang menunjukkan sifat potensial untuk lolos dari kekebalan. Varian tersebut setidaknya sama resistennya dengan varian Beta terhadap kekebalan yang timbul dari vaksinasi," tulis WHO.
Menurut WHO dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menemukan bukti-bukti baru, apakah varian Mu memang benar kebal terhadap vaksin atau tidak.
Advertisement