[Kolom Pakar] Prof Tjandra Yoga Aditama: Maksimalkan Vaksinasi COVID-19

Kita perlu juga ingat lima hal tentang vaksin yang sekarang kita pakai di negara kita.

oleh Prof Tjandra Yoga Aditama diperbarui 02 Sep 2021, 23:00 WIB
Prof Tjandra Yoga Aditama Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/ Guru Besar FKUI Mantan Direktur WHO Asia Tenggara dan Mantan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes

Liputan6.com, Jakarta Tentu kita bersyukur bahwa sudah 100 juta dosis vaksin COVID-19 disuntikkan ke warga kita, sesuai berita di media pada 1 September 2021 kemarin. Hanya saja kita perlu juga ingat lima hal tentang vaksin yang sekarang kita pakai di negara kita.

Pertama, vaksin-vaksin ini sudah selesai uji klinik fase 3 interim dan mendapat angka efikasi untuk sesudah dua kali suntik.

Kedua, vaksin-vaksin ini diproduksi memang untuk diberikan 2 dosis pada manusia.

Ketiga, izin “Emergency Use of Listing (EUL)” dari WHO juga diberikan untuk pemberian dua kali suntik dari vaksin-vaksin ini di dunia.

Keempat, izin “Emergency Use of Authorization (EUA)” dari BPOM kita juga menyebutkan bahwa vaksin-vaksin ini disuntikkan dua kali dengan jarak interval waktu tertentu.

Kelima, sudah banyak data yg menyebutkan bahwa kalau hanya 1 kali suntik maka efek proteksi belum memadai, harus dua kali dosis baru efeknya optimal, sesuai aturan pakainya.

 


Suntikan lengkap

Karena itu tentu akan baik bahwa sambil mensyukuri 100 juta dosis suntik sudah tercapai maka kita juga melihat bahwa yang mendapat suntikan lengkap dua dosis belum sampai 20% penduduk yg ditargetkan, baru sekitar 17%.

Artinya, masih ada lebih dari 80% rakyat kita , suatu jumlah yang besar, belum mendapat proteksi memadai lewat vaksinasi COVID-19 karena belum mendapat suntikan dua kali. Karena itu maka cakupan vaksin masih harus amat ditingkatkan lagi secara maksimal.

Sementara itu, jumlah lanjut usia yang sudah dapat vaksin juga belum sampai 20%, padahal lansia adalah kelompok pertama yang dapat prioritas bersama tenaga kesehatan. Kita tahu bahwa cakupan vaksinasi tenaga kesehatan bahkan sudah lebih dari 100%, sementara Lansia baru sekitar 17% yang sudah divaksinasi dua kali.

Kelompok masyarakat lain yang juga dalam program vaksinasi adalam para mereka yang ada ko-morbid, masyarakat yang tinggal di daerah terpencil dan atau sulit transportasi dll. (“hard to reach population”) dan masyarakat umum lainnya. Tentunya juga perlu diberi perhatian khusus pada anggota masyarakat yang belum bersedia di vaksin (“vaccine hesitancy”) untuk dilakukan pendekatan yang tepat.


Bersyukur

Saya bersyukur bahwa sebagai lansia yang akan berumur 66 tahun besok maka saya sudah mendapat vaksinasi lengkap. Semoga lebih 80% lansia di Indonesia sisanya segera divaksin lengkap juga.

Kita juga bersyukur bahwa jumlah kasus sudah menurun, walaupun harus tetap waspada tentang kemungkinan gelombang berikutnya, mudah-mudahan tidak ada atau tidak terlalu berat. Mumpung kasus sedang turun maka baik kalau sekarang dimaksimalkan upaya vaksinasi di semua Puskesmas dan RS yg total mungkin 10 ribuan di Indonesia, sehingga masyarakat (termasuk Lansia) lebih mudah dan nyaman mendapat vaksin.

Vaksinasi di stadion dan tempat umum lain memang dapat mencakup jumlah besar dalam satu waktu, tetapi ada juga risiko kerumunan orang, belum lagi mungkin harus antri yang kadang2 cukup lama pula.

India sudah berhasil memvaksinasi 10 juta penduduknya dalam satu hari. Kalau penduduk kita seperempat penduduk India maka angkanya tentu menjadi 2,5 juta sehari. Semoga cakupan vaksinasi lengkap kita dapat terus meningkat di waktu2 mendatang ini secara maksimal.

 

Penulis adalah Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/ Guru Besar FKUI, Mantan Direktur WHO Asia Tenggara dan Mantan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes


Infografis Ayo Jangan Ragu, Vaksin Covid-19 Dipastikan Aman

Infografis Ayo Jangan Ragu, Vaksin Covid-19 Dipastikan Aman. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya