Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah negara di dunia tengah mengejar target net zero carbon emissions atau nol emisi karbon, termasuk Indonesia. Merespons itu, Bursa Efek Indonesia (BEI) mendorong perusahaan tercatat untuk andil dalam penerapan Environmental, Social, and Good Governance (ESG) atau tata kelola lingkungan, sosial, dan perusahaan.
Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi perusahaan sektor energi, seperti batu bara sebagai salah satu penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca.
Advertisement
Namun di sisi lain, Presiden Direktur Schroders Indonesia, Michael Tjandra Tjoajadi menilai, implementasi ESG ini, perusahaan dinilai lebih bersih dari sisi tata kelola. Dengan demikian akan mempengaruhi kepercayaan berbagai pihak.
Untuk itu, Schroders senantiasa mengimbau kepada perusahaan untuk yang saat ini memiliki kontribusi emisi yang besar, agar melakukan perubahan bisnis secara perlahan.
"Kita bicara pada mereka untuk lakukan investasi ke alternatif energi, renewable energy agar menjadi part of business,”kata Michael, ditulis Jumat (3/9/2021).
Ia menyadari, penerapan ESG ini tak bisa ditempuh dalam waktu yang singkat. Mengingat juga akan ada kemungkinan terjadi perubahan bisnis. Sehingga Michael mengatakan agar penerapan ESG ini dapat dilakukan perlahan tetapi tetap mengacu pada target yang telah disepakati.
"Kita ingin mereka lakukan perubahan terhadap bisnis mereka secara perlahan-lahan tentu ada timeline,” kata dia.
Sebagai negara yang telah meratifikasi Paris Agreement dan dituangkan dalam Nationally Determined Contributions (NDC), Indonesia berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca sampai 29 persen dengan usaha sendiri, dan 41 persen dengan dukungan internasional pada 2030.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Dana Kelolaan Investasi Berkelanjutan
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat peningkatan investasi berkelanjutan di pasar modal Indonesia. Total dana kelolaan atau Asset Under Management (AUM) mencapai Rp 3,06 triliun pada 2021. Total dana kelolaan sudah mencapai Rp 2,54 triliun hingga semester I 2021.
Direktur Pengembangan BEI, Hasan Fawzi mengatakan, ada berbagai green bonds yang sudah terbit. Indonesia masih jadi yang terdepan pada 2021.
“Di mana jumlah nilai outstanding dari green bonds kita itu melampaui nilai outstanding green bonds negara lain di ASEAN,” ujar Hasan, Selasa, 27 Juli 2021.
Hasan menuturkan, peningkatan juga terjadi pada aset yang underlinenya adalah emiten dengan praktik ESG yang baik. Jumlah reksadana dan ETF yang underline nya adalah indeks berbasis emiten ESG, juga meningkat tajam dalam tiga tahun belakangan.
Hasan mengatakan, saat ini, sekitar 15 pilihan reksa dana dan ETF dengan asset under management yang bahkan di akhir tahun lalu sempat melampaui angka Rp 3 triliun.
Hasan menuturkan, hal itu sebagai respons para penerbit reksa dana dan ETF dalam menjawab tuntutan investor terkait ESG. Hasan mengatakan, ESG mau tak mau sudah jadi tren yang mempengaruhi keputusan investasi investor.
"Para investor kita yang memang trennya semakin hari semakin menjadikan ESG sebagai pertimbangan tujuan investasinya,” ujar Hasan.
Advertisement