Liputan6.com, Jakarta - Self-diagnose adalah tindakan yang dapat berpengaruh buruk pada kesehatan mental.
Self-diagnose atau mendiagnosa kesehatan diri sendiri adalah tindakan mencari penyebab keluhan tubuh di internet atau sumber lain kemudian menyimpulkan suatu penyakit tanpa periksa ke ahli.
Misal, ketika merasa pusing dan tidak enak badan, seseorang berani melakukan self-diagnose padahal dia hanya sebatas mencari tahu gejala serupa di internet.
Baca Juga
Advertisement
Ada banyak penyakit yang memiliki gejala tersebut, tapi orang itu meyakini bahwa penyakit yang dia derita adalah kanker tanpa verifikasi ke dokter.
“Self-diagnose merupakan istilah yang digunakan ketika seseorang mendiagnosis penyakit yang sedang dialami berdasarkan pencarian informasi secara mandiri,” ujar konselor dari Riliv, Prita Yulia Maharani dikutip dari keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Jumat, 3 September 2021.
Self-diagnose pada Kesehatan Mental
Prita menambahkan, self-diagnose juga banyak dilakukan untuk memeriksa kesehatan mental.
"Banyak orang yang mencari tahu gejala kesehatan mental di internet, lalu percaya mentah-mentah bahwa mereka sedang mengalaminya. Padahal, apa yang ada di internet belum tentu sesuai dengan mereka," katanya.
Ia menambahkan, sebenarnya kegiatan mencari tahu gejala kesehatan mental di internet tidak selalu salah.
"Sebenarnya tidak apa-apa kok mencari tahu gejala gangguan mental di Google. Tapi, jangan lupa cross-check. Caranya ya dengan mendatangi psikolog atau psikiater profesional untuk tahu lebih lanjut masalah kesehatan mental yang sedang dialami," ujarnya.
Pengecekan ulang kepada ahli dapat membantu pasien dalam menentukan langkah tepat yang bisa diambil selanjutnya.
Advertisement
Bisa Bikin Panik
Di sisi lain, self-diagnose terkait kesehatan mental memiliki bahaya yang tidak disadari seperti bisa membuat panik.
“Manusia memiliki naluri untuk cenderung memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa menimpanya. Itulah mengapa lebih mudah untuk mengasumsikan hal-hal buruk ketika melakukan self-diagnose.”
Pada akhirnya, self-diagnose hanya akan membuat pasien mengalami kepanikan yang tidak seharusnya terjadi. Jika pasien lebih memilih berkonsultasi ke psikolog, maka pasien tidak akan merasa panik.
“Sebab psikolog profesional bisa menjelaskan kondisi dengan baik tanpa menimbulkan kepanikan dan kecemasan,” pungkas Prita.
Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi COVID-19
Advertisement