Ketika Emosi Mendominasi, Perempuan pun Bisa Berperilaku Negatif

Pandangan psikolog terhadap beragam asumsi ketika melihat seorang perempuan melakukan tindak pidana seperti korupsi, manipulasi data, kebohongan publik hingga membuatnya harus berhadapan dengan hukum atas apa yang dilakukannya

oleh Mina Megawati diperbarui 11 Sep 2021, 20:00 WIB
Ilustrasi Pasangan Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Jakarta Beragam asumsi bermunculan ketika melihat seorang perempuan melakukan tindak pidana seperti korupsi, manipulasi data, kebohongan publik hingga membuatnya harus berhadapan dengan hukum atas apa yang dilakukannya itu.

Lalu, apa gerangan yang sedang terjadi pada mereka? Khilafkah atau terjadi sesuatu yang mengganggu kestabilan emosi dan logika berfikirnya?

Melalui bincang-bincang dengan Health Liputan6.com, Selasa (31/08/21), Psikolog Oktina Burlianti, mengatakan kondisi tersebut menggambarkan situasi di mana emosi perempuan mendominasi hingga menutup logika berfikirnya.

"Akal atau kewarasan diri letaknya pada logika, sedangkan emosi pada amigdala. Maka dari itu, ketika melihat ada hal yang salah dari seorang perempuan, penting untuk kita mengetahui apa motif yang menyebabkan terganggunya kestabilan emosi yang membuatnya berperilaku di luar norma," katanya.

Seperti contoh, seorang perempuan yang melakukan tindak korupsi, motifnya bisa saja karena didorong rasa takut anak-anaknya kekurangan, kebutuhan untuk diterima, dianggap hebat, diakui oleh lingkungan sosial di mana dia berada, atau sekadar kebutuhan akan rasa dicintai. Informasi yang ditangkap oleh pancaindra akan disalurkan ke dua arah yaitu ke bagian pengatur emosi (limbik sistem) dan bagian berpikir (neocortex).

 


Terblokirnya logika

Menariknya, saat proses penyampaian informasi ke amigdala berlangsung lebih cepat dari proses ke neocortex. Area prefrontal cortex memiliki beberapa fungsi penting yaitu membantu kita saat melakukan perencanaan, mengkoordinasikan sesuatu, menimbang-nimbang perkara dan mengambil keputusan yang tepat, mengendalikan suasana hati (mood), menunda keputusan. Penundaan adalah kunci penting sebagai bentuk pengendalian diri.

“Saat pendistribusian informasi, mungkin saja terjadi Amigdala Hijack,” kata perempuan yang akrab disapa Ullie.

Amigdala hijack adalah kondisi terblokirnya logika yang mendorong manusia membuat keputusan hanya berdasarkan pertimbangan emosional.

Saat inilah dibutuhkan critical thinking, growth mindset, dan kematangan emosional (EQ) dapat membantu mengendalikan nafsu, dorongan emosional dalam melakukan pertimbangan. Di sini, tugas akal untuk memilih dan memilah respons terhadap kejadian di sekitar.

 


Fungsi akal dan pengendalian diri

Cara kerja otak perempuan berbeda dengan laki-laki. Perempuan cenderung menggunakan kedua sisi otaknya untuk memproses informasi, sedangkan laki-laki hanya lebih banyak menggunakan sisi kirinya.

Aliran darah di otak perempuan lebih besar, ini menyebabkan perempuan mampu melakukan berbagai macam pekerjaan dalam satu waktu, lebih berempati dan rentang mengalami kekhawatiran.

“Riset menunjukkan, mereka yang mampu menunda keputusan menggunakan otak rasional bukan emosional akan mencapai lebih banyak kesuksesan dalam hidup,” katanya menekankan.


Infografis Perempuan Arab Saudi Bebas dari Belenggu

Infografis Perempuan Arab Saudi Bebas dari Belenggu (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya