Liputan6.com, Jakarta Sebelum resmi bekerja di sebuah perusahaan, sudah menjadi kewajiban bagi pelamar kerja untuk melakukan wawancara terlebih dahulu. Salah satu tujuan dari wawancara adalah ingin mengetahui secara langsung bagaimana etiket dan kompetensi dari sang pelamar.
Meskipun sekarang peralihan di lakukan di rumah, pelamar tetap saja tidak bisa terlepas dari tahapan wawancara. Hanya saja kali ini dilakukan dengan medium yang berbeda, berbasis digital. Mata sang perekrut kali ini digantikan dengan kamera yang ada di depan layar Anda.
Advertisement
Perasaan gugup, tegang, bingung pun dirasakan setiap pelamar menjelang kegiatan wawancara. Sementara itu, akan menjadi lebih sulit bagi perekrut mencari pelamar yang ideal karena tidak ada pertemuan tatap muka secara langsung.
Mengutip laman Forbes, Minggu (5/9/2021), transisi yang dilakukan secara virtual masih belum terasa biasa oleh sebagian besar pelamar. Perusahaan perekrut dan pemberdayaan manusia bernama Zenefits melakukan survei terhadap 1000 manajer perekrut dan pemilik usaha kecil.
Ternyata ditemukan masih terdapat banyak kesalahan yang dilakukan pelamar selama melakukan wawancara virtual. Oleh karena itu, untuk menghindari kesalahan yang membuat Anda justru gagal menerima pekerjaan, simak 6 kesalahan yang sering dilakukan di bawah ini.
6 Kesalahan yang Harus Dihindari
1. Mengkritik Majikan Sebelumnya
Harus dipahami oleh seluruh pelamar bahwa karyawan yang mencari peluang baru dalam bekerja seringkali bergesekan dengan atasan mereka sendiri saat ini. Merasa kesal dengan atasan akan kerjakan yang diberikan tentunya mengesalkan bagi sebagian orang.
Namun, harus ditekankan bahwa wawancara melamar kerja bukan menjadi sesi curhat/terapi bagi Anda untukl membicarakan atasan Anda. Hal seperti itu adalah sebuah kesalahan.
Mungkin wajar mengeluh karena memiliki atasan yang tidak sesuai, tetapi hal tersebut haruslah dihindari.
“Itu tidak berarti pekerja lain harus berbohong, hanya saja ubah bahasa untuk mengatakan hal seperti ‘Budaya perusahaan tidak cocok dengan saya’ atau 'Saya yakin saya bisa lebih cocok berada di tempat lain’ menjadi alternatif yang terkesan lebih sopan untuk membahas hal tersebut,” demikian yang tertulis dalam laporan.
2. Menggunakan Kata Kunci Tak Bermakna
Memiliki kata-kata atau jargon yang mengunggah mungkin bisa terlihat hebat atau mengesankan, tetapi hasil survei menunjukkan bahwa manajer perekrut benar-benar menganggap hal tersebut bukanlah sesuatu yang keren.
“Kata-kata seperti ‘termotivasi, ‘inovatif’, ‘dapat dipercaya’ adalah hal yang umum dan terdengar berlebihan bahkan hanya lewat di telinga saja,” ujar Zenefits. Tidak ada contoh spesifik untuk solusi ini, tetapi hindari hal-hal seperti itu.
3. Makan/Minum Selama Wawancara
Mungkin aturan ini sudah diketahui oleh sebagian besar pelamar bahwa pada dasarnya saat melakukan wawancara, kegiatan makan/minum itu tidak diperbolehkan.
Namun, mengingat sekarang semuanya serba di rumah, mungkin pelamar terbawa suasana untuk melakukan wawancara secara informal karena sedang berada di rumah sendiri.
Hal ini perlu diperhatikan untuk tetap mempertahankan formalitas wawancara, misalnya dengan sedikit menunggu jam makan siang yang tertunda akibat melakukan wawancara terlebih dahulu.
Survei yang ditemukan menggarisbawahi bahwa orang yang diwawancarai tidak ingin dikenang sebagai orang yang menumpahkan kopinya sendiri. Artinya, jangan sampai permasalahan makan/minum membuat Anda gagal diterima.
Advertisement
4. Tidak Berbagi Keterampilan yang Dimiliki
Studi mengungkapkan bahwa soft skill atau keterampilan yang dimiliki adalah penting. Pengusaha seringkali hanya mendengarkan penjelasan seputar hard skill, seperti posisi jabatan yang dipilih.
Peran dari keterampilan ini menjadi terabaikan karena pelamar hanya berfokus pada posisi jabatan yang ingin diduduki. Ingat saja bahwa manajer/tim perekrut ingin mengetahui kemampuan khusus yang dimiliki kandidat.
Jadi, penting untuk menghidupkan keterampilan yang dimiliki dengan menyoroti bahwa Anda memahami penggunaan perangkat keras atau perangkat lunak.
5. Tidak Memiliki Pengalaman Digital
Masa-masa pandemi, setiap profesi dalam pekerjaan telah berusaha menentukan bagaimana aturan yang tepat untuk diterapkan selama proses wawancara virtual. Lagi-lagi mengacu pada hasil survei, ditemukan memperkuat latar belakang digital adalah penting.
Tidak harus sempurna dalam memiliki latar belakang, kuncinya adalah pelamar harus mampu menarik perhatian tim pelamar untuk hanya berfokus pada diri Anda.
6. Tidak Menjelaskan Kesenjangan dalam Bekerja
Manajer perekrutan menganggap kesenjangan yang tidak dapat dijelaskan dalam pekerjaan sebagai salah langkah yang jelas, terutama saat pandemi global.
Kesenjangan antara satu pekerja dan yang lainnya memunculkan kemungkinan menghadapi calon-calon karyawan yang memiliki banyak celah. Oleh karena itu, sampaikan pesan Anda sehingga tidak memunculkan kesenjangan baru antara pelamar dan perekrut.
Jelaskan saja apa saja hambatan yang dialami dan apa faktor yang menyebabkan hambatan itu ada.
Wawancara secara virtual memang menimbulkan kecemasan, tetapi jelas ada cara untuk melakukannya dengan baik. Dengan mampu menghindari 6 kesalahan di atas, akan membuat Anda menjadi pelamar yang bisa lebih menarik dibandingkan yang lainnya.
Tidak lupa untuk mengatur emosi dan kepercayaan Anda untuk tampil dengan percaya diri. Pastikan bahwa perekrut memahami apa yang ingin Anda cari dan pesan apa yang ingin disampaikan. Kedua, jaga energi antusias yang Anda agar perekrut tahu bahwa Anda benar-benar serius menginginkan pekerjaan yang Anda pilih.
Reporter: Caroline Saskia