Mendagri Tito Temukan Pemda yang Unggah Data Lama Terkait Covid-19

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian menemukan beberapa pemerintah daerah (pemda) yang mengunggah data lama kasus Covid-19.

oleh Yopi Makdori diperbarui 04 Sep 2021, 09:02 WIB
Mendagri Tito Karnavian menyampaikan penjelasan saat rapat kerja dengan Komisi II DPR di Gedung Nusantara, Jakarta, (13/7/2020). Tito meminta kepala daerah yang kembali maju pada Pilkada 2020 atau petahana tidak menggunakan dana Bansos untuk kepentingan pribadi. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian menemukan beberapa pemerintah daerah (pemda) yang mengunggah data lama kasus Covid-19. Dia pun mengingatkan pemda untuk terus memperbaiki dan memperbaharui input data Covid-19. 

Pasalnya, kerap kali ditemukan di beberapa pemda lonjakan kasus penularan Covid-19 justru diakibatkan oleh terinputnya data-data lama. 

"Mohon betul-betul dipelototin data, karena data yang kita temukan di beberapa daerah, data kasus positif atau data yang konfirmasi ternyata banyak yang diupload (diunggah) data-data yang sudah lama," kata Tito.

Dia pun menuturkan tentang temuan angka kematian atau fatality rate akibat Covid-19 di salah satu daerah yang melonjak tajam. Namun setelah ditelusuri angka tersebut merupakan akumulasi angka kematian dari minggu-minggu sebelumnya. 

"Setelah kita lihat, pelototin, ternyata angka kematiannya akumulasi dari beberapa minggu sebelumnya, bukan yang riil minggu itu," tutur Tito.

 


Fatal

Tito meminta setiap pemda untuk melakukan rapat koordinasi mengenai sistem penginputan data Covid-19. Input data ini, kata Tito, sangat menentukan arah kebijakan dan penentuan sikap pemerintah ke depannya. Bila proses inputnya keliru, tentu akan berakibat fatal. 

Misalnya saja, lanjut Tito dengan angka kematian dan kasus positif yang meningkat akibat penggabungan dengan data sebelumnya, tentu akan berisiko terhadap penerapan level kebijakan PPKM dan zona wilayahnya.

“Kalau dimasukkan data yang lama, nanti pengambilan kebijakannya salah, jumlah kasus aktif dimasukin yang 3 minggu-4 minggu lalu itu membuat kasus aktif banyak, sehingga akhirnya mau ditarik ke isoter (isolasi terpusat) semua, padahal mungkin jumlahnya tidak segitu,” urai Tito.

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya