Tidak Ada Vaksin yang Beri Kekebalan Sempurna Terhadap COVID-19

Tidak ada vaksin yang menunjukkan kekebalan sempurna terhadap COVID-19.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 05 Sep 2021, 11:01 WIB
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin covid-19 kepada seorang perempuan di Aula Masjid Cut Meutia, Jakarta, Sabtu (14/8/2021). Pemprov DKI berkolaborasi dengan Dewan Masjid Indonesia menggelar vaksinasi yang ditujukan untuk 400 orang jemaah dan warga sekitar masjid. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menegaskan, tidak ada vaksin yang menunjukkan kekebalan sempurna terhadap COVID-19. Hal itu melihat data dari efektivitas vaksin melawan virus Corona.

Salah satu contoh, vaksin AstraZeneca memiliki efektivitas lebih dari 50 persen. Terbukti mampu melawan varian original, Varian Alpha, Varian Beta, dan Varian Delta. Namun, untuk melawan varian Gamma membutuhkan studi lanjutan.

"Data menunjukkan, tidak ada vaksin yang menunjukkan Kekebalan sempurna terhadap COVID-19. Oleh karena itu, kita tidak bisa mengandalkan vaksin sebagai solusi tunggal di tengah dinamika COVID-19," ujar Wiku di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta pada Kamis, 2 September 2021.

"Apalagi sampai hari ini, kenaikan kasus COVID-19 masih terlihat, bahkan di negara-negara yang telah melakukan vaksinasi dengan cakupan di atas 60 persen, seperti di Israel dan Islandia."

Hal yang harus masyarakat lakukan meski vaksinasi dapat meredam dampak akibat kenaikan kasus, lanjut Wiku, harus disiplin protokol kesehatan.

"Proteksi yang paling ideal, yaitu menjalankan disiplin protokol kesehatan secara sempurna setelah divaksinasi dosis penuh dan menjalani upaya 3T (testing, tracing, treatment) secara antisipatif," lanjutnya.

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua


Efektivitas Vaksin di Atas 50 Persen

Petugas medis melakukan vaksinasi di vaksin keliling, Jakarta Timur, Minggu (31/07/2021). Bank DKI turut berkontribusi sebagai kolaborator pada 10 unit mobil vaksin keliling dalam program Mobil Vaksin Keliling guna menekan penyebaran Covid-19. (Liputan6.com/HO/Helmi)

Vaksin COVID-19 yang dikembangkan saat ini pada umumnya menggunakan virus original (Corona asal Wuhan, Tiongkok), sehingga munculnya varian baru Corona berpotensi menurunkan angka efikasi yang telah dikeluarkan.

Meski menurun, Wiku Adisasmito meminta masyarakat tidak perlu khawatir terhadap kemampuan vaksin COVID-19. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menegaskan, standar vaksin dengan kemampuan membentuk kekebalan yang baik ialah memiliki nilai efikasi atau efektivitas di atas 50 persen.

"Sikap yang tepat dengan adanya penurunan angka efektivitas vaksin setelah adanya varian Corona adalah tidak berpuas diri terhadap angka capaian vaksinasi. Bahkan baiknya melebihi 70 persen dari populasi agar menjamin kekebalan komunitas secara sempurna terbentuk," imbuhnya.


Vaksin yang Disuntikkan Tetap Beri Kekebalan

Paramedis menyuntikkan vaksin COVID-19 secara drive thru kepada pengendara mobil di GOR Pajajaran, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (17/3/2021). Kegiatan ini menargetkan 600 warga per hari dan berlangsung hingga tiga bulan ke depan. (merdeka.com/Arie Basuki)

Wiku Adisasmito menambahkan, ada beberapa faktor dapat memengaruhi keberhasilan strategi vaksinasi COVID-19. Kekebalan yang ditimbulkan oleh vaksin dapat terbentuk secara optimal apabila dosis yang diberikan sudah lengkap.

Hal ini disebabkan setelah dosis pertama kekebalan yang ditimbulkan akan turun, sehingga perlu dilakukan dosis kedua agar kekebalan dapat terbentuk dengan optimal dan bertahan dalam waktu yang lebih panjang.

"Vaksin yang telah disuntikkan masih tetap memberikan kemampuan pembentukan kekebalan yang tergolong baik atau mampu baik berdasarkan hasil uji laboratorium maupun pengujian di populasi terhadap varian baru secara global," tambah Wiku.

Walaupun kemampuan vaksin sudah teruji di populasi dengan angka efektivitas lebih dari 50 persen dan menghasilkan antibodi yang mampu mengikat virus berdasarkan berbagai metode penelitian di laboratorium maupun menunggu hasil studi, Wiku tegaskan, kita tidak bisa berpatokan terhadap hal tersebut.

"Ini seiring dengan pertambahan data. Bukan tidak mungkin nantinya, kita akan mampu meneliti kemampuan setiap jenis vaksin terhadap semua varian yang ada," pungkasnya.


Infografis Jangan Bebal, Kamu Tidak Kebal Covid-19

Infografis Jangan Bebal, Kamu Tidak Kebal Covid-19 (Liputan6.com/Niman)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya