Tindakan Keras China Bakal Picu Dana Investor Asing Masuk Indonesia

Ada sejumlah hal penting yang ditunggu investor asing untuk masuk pasar saham Indonesia.

oleh Agustina Melani diperbarui 06 Sep 2021, 06:47 WIB
Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Tindakan keras China terhadap perusahaan seperti perusahaan teknologi menjadi sorotan. Langkah pemerintah China dinilai mendorong perputaran dana investor asing untuk masuk ke negara ASEAN.

Dalam laporan PT Ashmore Asset Management Indonesia, perputaran uang tersebut sudah terlihat. Indonesia, salah satu negara di ASEAN yang menjadi sasaran selain Vietnam dan Singapura.

Pandemi COVID-19 meski mempengaruhi mobilitas dan pembatasan, sepertinya Indonesia tetap menjadi pertimbangan bagi banyak investor asing yang sudah lama memiliki posisi underweight di pasar Indonesia.

Mengutip berbagai sumber, underweight termasuk salah satu rekomendasi. Ini artinya kondisi cenderung membawa harga saham tertentu menjadi di bawah harga wajar. Lantaran situasi tertentu, saham underweight dianggap terlalu rendah.

“Seperti yang telah kita lihat, posisi rendah ini telah digantikan oleh investor ritel domestik yang mendominasi duluan pada semester I 2021,” tulis laporan Ashmore Asset Management Indonesia yang dikutip Senin (6/9/2021).

Akan tetapi, disparitas valuasi antara saham unggulan dan kapitalisasi kecil serta likuid untuk investor asing telah menjadi fokus dan dicatat investor yang sudah mulai masuk 21 Juli 2021.

Investor terima USD 126 juta atau sekitar Rp 1,79 triliun (asumsi kurs Rp 14.260 per dolar AS) pada Juli 2021. Angka ini di atas perolehan dana di bidang teknologi sepanjang 2021.

Penggalangan dana ini yang diyakini menunjukkan selera asli di luar sana. Dari 20 investor yang disurvei, 14 memberikan rekomendasi underweight dan enam overweight serta menunjukkan masih banyak aliran dana berpotensi masuk terutama beberapa saham teknologi lainnya yang kemungkinan diversifikasi saham Indonesia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Lalu Apa yang Menjadi Katalis?

Pekerja bercengkerama di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). IHSG ditutup naik 3,34 poin atau 0,05 persen ke 5.841,46. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara China menindak keras perusahaan teknologi kemungkinan mendorong sebagian dana global dari China. Ashmore Asset Management Indonesia melihat, ukuran Indonesia dan risiko makro ekonomi menjadi perhatian sehingga membutuhkan keyakinan kuat.

Oleh karena itu, ada sejumlah hal penting yang akan ditunggu investor asing antara lain penyesuaian indeks, aksi korporasi seperti rights issue, penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO), yang kemungkinan masih masuk pada semester II 2021. Hal ini dapat mendiversifikasi penawaran sektor saham di Indonesia.

“Keputusan tapering pada pertemuan the Fed pada September. Risiko tetap regulasi SPAC dapat menghambat investor untuk masuk ASEAN,” ujar dia.

Lalu bagaimana memposisikan dengan aliran dana investor asing yang masuk?

Ashmore Asset Magamenet Indonesia percaya posisi investor asing di Indonesia akan sangat berbeda dari lima tahun lalu. Mirip dengan tren global, pertumbuhan Indonesia akan dari sektor saham teknologi dan berkaitan dengan industri e-commerce yang menunjukkan menarik banyak dana private.

“Terpisah dari itu, bank-bank besar cenderung menjadi target mengingat memiliki populasi besar, dan kami menawarkan sejumlah strategi untuk masuk saham kapitalisasi besar melalui ADEN dan ASDN, dan tetap berinvestasi,” tulis Ashmore Asset Management.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya