Liputan6.com, Jakarta Sehubungan dengan banyak pertanyaan tentang kapan status endemi COVID-19 akan dicapai oleh suatu negara, maka ada beberapa hal yang dapat disampaikan.
Yang jelas, dewasa ini COVID-19 di dunia masih tetap menjadi masalah kesehatan dunia. Direktur Jenderal WHO sudah menyatakan COVID-19 sebagai “Public Health Emergency of International Concern (PHEIC)” pada 31 Januari 2020, sesusai rekomendasi dari “Emergency Committee” sejalan dengan aturan pada International Health Regulation (IHR-2005). Kemudian Direktur Jenderal WHO pada 11 Maret 2020 menyatakan bahwa COVID-19 adalah pandemi.
Baca Juga
Advertisement
Dalam hal ini kita tahu bahwa ada evaluasi yang menilai bahwa penetapan PHEIC dan juga pandemi harusnya bisa lebih awal lagi. Nanti kalau situasi epidemiologi dunia sudah terkendali maka Direktur Jenderal WHO juga yang akan menyatakan dunia sudah sampai pada situasi Post Pandemi, sesudah kembali mendengar pertimbangan “Emergency Committee”, seperti pernah terjadi pada waktu penghentian pandemi H1N1-2009 pada 15 Agustus 2010 yang lalu.
Bagaimana dan kapan pandemi akan berakhir
Tentang bagaimana dan kapan pandemi akan berakhir maka akan sangat bergantung setidaknya pada beberapa hal.
Pertama, Bagaimana virusnya, adakah mutasi dan varian baru, bagaimana dampak varian baru terhadap lima hal:
- Penularan,
- Berat ringannya penyakit
- Kemungkinan infeksi ulang
- Dampak pada diagnosis serta dampaknya pada efektifitas vaksin.
Kedua, status pandemi dan atau epidemi / endemi juga akan amat bergantung pada perilaku kita semua menerapkan protokol kesehatan (3M dll.) dan juga kebijakan pembatasan sosial seperti PPKM dll.
Ketiga, tentu akan amat berdampak bagi situasi endemi / epidemi kalau 3 T dan juga vaksinasi dapat lakukan dengan maksimal.
Keempat, yang juga penting adalah bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan yang juga tentu akan berpengaruh, misalnya kalau ada tehnik diagnosis baru, atau obat dan tehnik pengobatan baru, atau vaksin baru dll.).
Kelima, karena pandemi ini mendunia maka pengendaliannya juga harus melibatkan kerjasama internasional, dan karena aspeknya sudah bukan hanya kesehatan maka peran sektor lain jadi amat penting pula.
Advertisement
Indikator status epidemiologi
Tentang indikator-indikator yang dapat jadi pertimbangan untuk status epidemiologi ke depan antara lain adalah dapat merupakan kombinasi dari:
- angka reproduksi (“reproductive number”) yang tentu sebaiknya dibawah 1
- jumlah kasus dan kematian dapat ditekan amat rendah
- pelayanan kesehatan dapat menanggulangi kasus-kasus yang ada
- jumlah yang divaksinasi sudah memadai. Singapura pernah mengemukakan angka cakupan vaksinasi 80% di negaranya, sementara DirJen WHO pada pembukaan Olimpiade Tokyo menyebutkan angka cakupan vaksinasi 70% di setiap negara.
- beberapa indikator spesifik lain, seperti angka kepositifan (“positivity rate”), jumlah tes dan telusur yang dilakukan, ketersediaan tenaga kesehatan yang terampil, dll.
Semua indikator ini tentu harus bertahan dalam waktu cukup lama, katakanlah dalam hitungan bulan. Kalau dicapai baru hanya dalam beberapa hari maka tentu masih mungkin akan berubah.
Di sisi lain, pergerakan ke arah terjadinya endemi harus dilakukan secara amat bertahap dan kemudian di monitor secara ketat dari waktu ke waktu.
Singapura misalnya yang kasusnya sudah amat rendah dan penularan juga terbatas, menetapkan empat tahapan untuk hidup bersama COVID (“four stage plan to live with COVID-19”).
Pertama, persiapan yang dimulai sejak hari Kemerdekaan Singapura 10 Agustus 2021 sampai September. Lalu, kalau cakupan vaksinasi sudah 80%, kasus dapat dikendalikan dan pelayanan kesehatan dapat berfungsi optimal maka mereka masuk ke fase transisi A (“transition stage A”) sejak September.
Singapura sejak awal belum menentukan kapan akan masuk ke fase berikutnya yaitu fase transisi B (“transition stage B”) dan “COVID resilient nation”, tentu karena waktu pencapaiannya akan bergantung dari perkembangan keadaan epidemiologik dari waktu ke waktu.
Kita seyogyanya demikian pula !
Penulis adalah Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/ Guru Besar FKUI, Mantan Direktur WHO Asia Tenggara dan Mantan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes
Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19
Advertisement