Liputan6.com, Pekanbaru - Dua kali ledakan besar di langit Desa Rambah Muda, Kecamatan Rambah Hilir, Kabupaten Rokan Hulu, menimbulkan ragam spekulasi. Apalagi setelah warga sekitar mengaku melihat percikan cahaya di langit sebelum ada dentuman.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) mencoba memberikan analisis terkait ledakan besar pada Minggu petang itu, 5 September 2021. Apakah memang ledakan itu berasal dari fenomena alam seperti meteor yang masuk ke atmosfer bumi?
Baca Juga
Advertisement
Peneliti Astronomi dan Astrofisika Lapan, Andi Pangerang menjelaskan, benda yang disebut meteor dalam astronomis adalah lintasan atau jalur benda dari luar angkasa berukuran kurang dari 10 meter. Benda luar angkasa berupa bebatuan ini merupakan sisa-sisa pembentukan matahari ataupun planet.
Benda itu kemudian mengeras selanjutnya mengorbit di antara Merkurius dan Mars. Bebatuan kecil ini biasanya juga disebut sebagai debu antar planet di antariksa.
Terkait kejadian di Rokan Hulu, di mana pengakuan warga melihat percikan api kemudian diiringi dentuman, Andi menilai bisa saja itu benda diduga meteor. Jika benar, kategorinya masuk sebagai meteor sporadis.
"Karena meteor itu terbagi dua, ada hujan meteor dan ada sporadis," kata Andi, Senin siang, 6 September 2021.
Andi menerangkan, hujan meteor terjadi ketika benda luar angkasa yang disebut meteorit jatuh pada waktu dan tanggal tertentu dari arah yang sama. Misalnya, pada Oktober nanti akan ada hujan meteor orionet.
Hujan meteor ini muncul dari konstelasi orion. Kebanyakan bisa disaksikan pada malam hari, bisa juga pada siang jika cuaca cerah. Biasanya, hujan meteor yang terjadi pada cuaca cerah bisa menimbulkan pendaran.
Simak video pilihan berikut ini:
Meteor Sporadis
Selanjutnya, sambung Andi, ada meteor sporadis. Kejadiannya sama seperti hujan meteor tapi bisa datang dari mana saja alias tidak satu arah. Biasanya dalam satu jam saat terjadi bisa dua atau tiga, kemudian di jam berikutnya bisa lebih.
"Bisa juga lebih sedikit, intensitasnya tidak beraturan," kata Andi.
Andi menerangkan, meteor jika terbakar ketika masuk ke atmosfer bumi menimbulkan warna berbeda. Ini dipengaruhi dari reaksi kimia, tergantung zat yang dikandungnya.
Jika berpendar (percikan) kemerahan, biasanya disebabkan pengaruh oksigen dan nitrogen yang banyak terdapat di atmosfer. Jika berpendar kehijauan, biasanya meteor itu mengandung magnesium.
Menurut Andi, meteor yang berasal dari meteorit ukurannya antara 5 sampai 10 meter. Biasanya akan habis terbakar ketika menyentuh atmosfer bumi.
"Untuk kasus ini (Rokan Hulu), bisa jadi menimbulkan dentuman atau bahkan sisa meteor jatuh ke permukaan berupa batuan," kata Andi.
Batuan ini dalam istilah awam disebut sebagai batu meteor. Jika ada sisa ini, besar kemungkinan itu merupakan asteroid karena tidak habis terbakar ketika menyentuh atmosfer.
"Asteroid itu lebih dari 10 meter, biasanya jika berukuran 300 meter, akan menyisakan batuan kecil antara 10-20 centimeter," jelas Andi.
Dalam tiga puluh terakhir, Lapan memantau ada tiga asteroid yang jaraknya dekat dengan bumi, sekitar satu jarak bulan. Tiga asteroid ini melaju dengan kecepatan di atas 340 kilometer.
"Dimungkinkan yang jatuh terlihat saksi mata di Rokan Hulu," ucap Andi.
Di sisi lain, Andi juga menyebut pada September ini akan ada hujan meteor. Hujan ini bisa disaksikan sejak dini hari hingga sebelum matahari terbenam.
Advertisement