Liputan6.com, Jakarta - Kenaikan harga batu bara bak pisau bermata dua. Bagi emiten yang bergerak di bidang penambangan maupun pengelolaan batu bara akan kecipratan untung. Sedangkan untuk emiten lain sebagai konsumen batu bara akan cukup tertekan, salah satunya emiten semen PT Semen Baturaja Tbk (SMBR).
Direktur Utama PT Semen Baturaja Tbk, Jobi Triananda Hasjim mengakui, batu bara menjadi kebutuhan yang signifikan untuk bahan bakar Perseroan. Namun, di tengah meningkatnya harga batu bara internasional, Perseroan masih mampu melakukan efisiensi.
Advertisement
"Batu bara yang kita pergunakan itu source-nya dari Sumatera bagian selatan. KebetulanSumatera Selatan kaya dengan batu bara. Jadi pemasoknya adalah PT Bukit Asam dan juga ada tambang-tambang swasta yang berada di sekitar Sumatera Selatan,” kata Jobi dalam press conference public expose live, Selasa (7/9/2021).
Jobi menambahkan, perkiraan volume kebutuhan batu bara Perseroan untuk tahun ini sekitar 250 ribu ton.
“Sedangkan GAR yang kita pakai berkisar 4.500 kilokalori per kilogram atau low kalori,” imbuhnya.
Jobi mengakui, harga batu bara memang sudah naik tinggi jika kita mengacu ke pasar internasional. Namun, Jobi mengatakan Perseroan mendapatkan pasokan batu bara dari tambang swasta di sekitar lokasi operasional Perseroan dengan harga yang kompetitif.
"Alhamdulillah, karena Semen Baturaja berada di Sumatera Selatan, selain membeli dari pemasok utama Bukit Asam, kita juga dapat pemasok lokal. Di mana harganya tidak rutin mengikuti dengan harga batu bara dunia,” kata dia.
"Mudah-mudahan harganya bisa kembali normal setelah terjadi kenaikan yang cukup signifikan yang sangat mengganggu operasional Perseroan,” harap Jobi.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Gerak Saham SMBR
Pada perdagangan Selasa, 7 September 2021 pukul 13.37 WIB, saham SMBR turun 4,41 persen ke posisi Rp 650 per saham. Saham SMBR dibuka naik 10 poin ke posisi Rp 690 per saham.
Saham SMBR berada di level tertinggi Rp 710 dan terendah Rp 640 per saham. Total frekuensi perdagangan 3.934 kali dengan volume perdagangan 247.857. Nilai transaksi Rp 16,7 miliar.
Advertisement