Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan yang bergerak di bidang industri kimia anorganik gas, PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk berencana mencatatkan namanya di Bursa Efek Indonesia (BEI) atau IPO (Initial Public Offering) dalam waktu dekat. Hal ini sebagai bagian dari langkah perusahaan untuk menambah kapasitas produksinya.
Surya Biru Murni Acetylene akan melepas sebanyak 278.400.000 saham dengan harga penawaran sebesar Rp180 per lembarnya. Bertindak sebagai penjamin efek adalah PT KGI Sekuritas Indonesia.
Advertisement
Selain itu perseroan juga akan menerbitkan Waran Seri I sebanyak 46.400.000 lembar yang diberikan secara cuma-cuma kepada investor sebagai bentuk insentif. Sehingga setiap pemegang enam saham baru hasil IPO maka dia berhak mendapatkan satu Waran Seri I dimana setiap satu Waran Seri I memungkinkan pemegang saham membeli satu saham perusahaan yang dikeluarkan dalam portepel.
"Perusahaan berencana akan memanfaatkan dana yang diperoleh dari IPO untuk mendukung pengembangan usahanya," kata Direktur PT Surya Biru Murni Acetylene Iwan Sanyoto dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (7/9/2021).
Sekitar 49,01 persen dana yang didapatkan akan digunakan untuk pengadaan lahan untuk perluasan pabrik. Kemudian 37 persen bakal digunakan untuk peningkatan kapasitas produksi seiring dengan permintaan pasar yang besar. Sedangkan 13,99 persennya untuk modal usaha.
"Dengan dana IPO yang dikantongi, diyakini ke depan kinerja perusahaan akan semakin moncer. Rencananya pengembangan usaha akan terus dilakukan dengan menambah kapasitas produksi," lanjut dia.
Saat ini kapasitas produksi mencapai 2 juta liter per tahun dan akan dinaikkan hingga lebih dari 3,5 juta liter per tahun. Untuk itu akan dilakukan penambahan 3 unit lorry tank, 50 tabung vgl oxygen dan investasi 5.000 tabung.
Sehubungan dengan posisi Perseroan yang berada di Pulau Kalimantan dengan banyaknya industri di sana tentu sangat membutuhkan gas atau oksigen untuk proses produksinya. Termasuk diantaranya adalah kebutuhan oksigen medis yang saat ini jumlah permintaan sangat tinggi lantaran banyaknya pasien yang terpapar Covid-19.
Oleh sebab itu sebagai perusahaan yang juga mampu memproduksi oksigen dan produk kimia anorganik tentunya dapat memanfaatkan peluang pasar tersebut. Apalagi di Kalimantan sangat minim kompetitor lantaran jumlah industri yang memproduksi produk yang sama sangat terbatas.
Khusus untuk produk oksigen medis, diperkirakan hingga tahun 2025 kebutuhannya akan terus meningkat seiring dengan banyaknya rumah sakit baru yang berdiri.
"Perseroan memperkirakan pasar oksigen medis lebih dari Rp35 miliar per tahun. Pasar yang begitu besar ini akan digarap oleh perseroan dengan strategi penjualan produknya secara bulk size atau berupa liquid," ungkap Direktur & Corporate Secretary PT Surya Biru Murni Acetylene Cintia Kasmiranti.
Hal ini dilakukan perseroan untuk memudahkan perseroan melakukan penetrasi pasar pada daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau dengan kendaraan besar. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan perseroan juga akan mengembangkan pangsa pasar dalam bentuk liquid.
Sementara itu dengan memanfaatkan dana hasil IPO, perseroan juga berencana untuk terus terus membangun stasiun-stasiun distribusi berupa filling station dan distribution hub.
Hal ini diperlukan untuk memperluas area distribusi perseroan sehingga jumlah pelanggannya akan terus berkembang. Hingga saat ini, perseroan telah memiliki distribution hub di Samarinda, Berau, Bontang, Tarakan, Tanjung, Nunukan.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kinerja Perusahaan
Hingga 31 Mei 2021, PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp32,19 miliar (unaudited). Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan capaian di periode yang sama tahun 2020 sebesar Rp30,14 miliar.
Sementara itu laba operasi pada periode itu sebesar Rp2,78 miliar atau lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya sebesar Rp3,42 miliar. Sedangkan total aset perusahaan tercatat sebesar Rp199,17 miliar.
Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan total aset yang tercatat sepanjang tahun 2020 senilai Rp195,25 miliar. Kemudian liabilitas perseroan per 31 Mei 2021 adalah sebesar Rp 48,86 miliar atau lebih tinggi dibandingkan tahun 2020 sebesar Rp45,27 miliar.
Untuk ekuitas pada periode tersebut sebesar Rp150,25 miliar lebih tinggi dibandingkan tahun lalu sebesar Rp149,98 miliar.
Dengan memperhatikan ikhtisar kinerja perseroan tersebut, dapat diketahui bahwa perusahaan dalam kondisi sehat. Seiring dengan pertumbuhan bisnis dan juga pangsa pasar yang akan terus diperluas, diyakini kedepan kinerja keuangan perseroan akan semakin berkembang.
Manajemen optimis dengan sumber daya yang ada dan peluang pasar yang menjanjikan akan dipadukan untuk bisa meraih kinerja yang gemilang.
Advertisement