6 Fakta Kabupaten Manggarai Barat, Lokasi Taman Nasional Komodo Berada

Di Manggarai Barat juga masih dilestarikan rumah adat yang dipercaya dibuat dengan kekuatan mistis.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Sep 2021, 08:30 WIB
Rumah Adat Pacar Pu’u, salah satu rumah adat orang Manggarai. (dok. wisata.manggaraibaratkab.go.id)

Liputan6.com, Jakarta - Berbicara tentang Manggarai Barat, tak bisa dilepaskan dari Labuan Bajo dan Taman Nasional Komodo. Dua destinasi ini menjadi favorit wisatawan dalam beberapa tahun belakangan, terutama setelah ditetapkan sebagai salah satu destinasi super prioritas.

Manggarai Barat terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Wilayahnya berbatasan dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat yang dipisahkan oleh Selat Sape di sebelah barat.

Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Manggarai. Luas wilayahnya 9.450 kilometer persegi yang terbagi atas wilayah daratan seluas 2.947,50 kilometer persegi dan wilayah lautan 7.052,97 kilometer persegi.

Kabupaten Manggarai Barat terbagi atas 12 kecamatan dengan jumlah penduduknya mencapai 256,317 ribu jiwa, pada 2020. Warga setempat tidak memiliki sapi perah dan domba, tetapi babi menjadi komoditas peternakan terbanyak di kabupaten ini.

Tidak hanya itu saja, masih banyak hal-hal menarik lainnya yang bisa digali dari kabupaten ini. Berikut enam fakta menarik yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.

1. Rumah Adat Mistis

Rumah adat di Kabupaten Manggarai Barat ini bernama Rumah Adat Pacar Pu’u yang eksistensinya terjaga sampai sekarang. Lokasinya berada di Kampung Pacar, Kecamatan Pacar, sekitar empat jam perjalanan dari Labuan Bajo.

Kampung ini merupakan desa tua dengan halaman berbentuk lingkaran yang dikelilingi susunan batu besar. Konon, susunan batu tersebut tidak disusun oleh manusia melainkan oleh kekuatan mistis, atau dalam bahasa lokal disebut darad.

Bentuk atap rumah adat ini menyerupai kerucut. Tidak jauh dari rumah adat ini terdapat tempat yang dulunya dijadikan sebagai benteng perang pahlawan Manggarai, Macang Pacar, yang melawan penjajahan Belanda. Benteng yang bernama Benteng Tinggil ini berupa gua dan lorong dari batu kapur. Beberapa senjata kuno peninggalan masa perang masih tersimpan di gua ini.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


2. Kampung Melo

Gua Batu Cermin, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (dok. Istimewa/Fairuz Fildzah)

Kampung ini merupakan desa adat yang lokasinya sekitar 40 menit perjalanan darat dari pusat kota. Posisinya tidak jauh dari jalan utama Trans Flores.

Posisi Kampung Melo berada di ketinggian, sekitar 624 meter di atas permukaan laut. Para pengunjung bakal dimanjakan pemandangan yang asri dengan suasana lebih sejuk dibandingkan dari kawasan di pantai. Para tamu bahkan disarankan untuk menyiapkan jaket khawatir bila kedinginan di sana.

Desa yang terletak di Kecamatan Mbeliling itu terkenal dengan kekayaan seni dan budaya serta keindahan alam. Sebagai desa wisata, pengunjung dapat melihat kegiatan keseharian Kampung Melo yaitu bercocok tanam dan membuat kerajinan tangan seperti tenun songket, keranjang, topi, dan kesetan. Mereka juga bisa menikmati tarian caci khas Manggarai.

3. Gua Batu Cermin

Gua Batu Cermin terletak di Desa Batu Cermin, Labuan Bajo. Gua ini pertama kali ditemukan pada 1951 oleh seorang misionaris dan arkeolog Belanda bernama Theodore Verhoven. Penamaan Gua Batu Cermin ini dikarenakan adanya biasan dari cahaya matahari yang dapat menembus bagian dalam gua.

Gua ini memiliki panjang 200 meter. Di sepanjang lorong terdapat berbagai macam stalagmit dan stalagtit. Pada beberapa bagian gua ini juga terdapat tempelan fosil, di antaranya terumbu karang dan biota laut, tetapi yang paling terkenal adalah fosil penyu.

4. Taka Makassar

Taka Makassar merupakan pulau berpasir putih yang hanya terlihat ketika air laut surut. Bentuk pulau ini seperti bulan sabit, ada pula yang mengatakan seperti angka 9.

Pulau kecil yang terletak di Taman Nasional Komodo ini menjadi lokasi pilihan wisatawan untuk menyelam. Berdasarkan situs Tripadvisor, Pulau Taka Makassar masuk dalam nominasi Travelers’ Choice tahun 2020.

 


4. Danau Sano Nggoang

Tari Caci yang dipentaskan di Kampung Cecer, Flores, Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Foto: Liputan6.com/Ahmad Ibo

Danau ini merupakan danau vulkanik yang juga danau terbesar di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Danau Sano Nggoang terletak di Desa Wae Sano, Kecamatan Sano Nggoang.

Danau berada di ketinggian 750 m dpl dengan kedalaman sekitar 600 meter. Kadar belerang pada danau ini tergolong cukup tinggi sehingga danau ini tidak diperuntukkan untuk mandi.

Danau Sano Nggoang berwarna air hijau jernih. Nama Sano Nggoang berasal dari Bahasa Kempo, Sano dan Nggoang. Sano berarti danau dan Nggoang adalah membara, sehingga jika digabungkan menjadi danau yang membara.

6. Tarian Daerah

Tarian daerah Manggarai Barat yaitu Tari Caci dan Tarian Ndundu Ndake. Tari Caci berasal dari Kampung Melo, tetapi juga dikenal di Manggarai. Tarian ini menjadi ajang bagi lelaki Manggarai untuk membuktikan ketangkasan dan kejantanan.

Pementasan tarian ini menggunakan kalus atau cambuk dan nggiling atau perisai yang terbuat dari kulit kerbau yang dikeringkan. Selain itu, menggunakan agang atau penangkis yang dibuat dari beberapa bambu kecil dan dilipat setengah lingkaran. Tarian ini hanya dilakukan oleh para lelaki.

Sementara, Tari Ndundu Ndake diperuntukkan untuk menyambut tamu-tamu terhormat dan pesta besar. Ndundu ndake dapat diartikan sebagai perempuan, sehingga biasanya dipentaskan oleh perempuan saja. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, para lelaki juga turut serta sebagai penari. (Gabriella Ajeng Larasati)


6 Board Game Klasik

Infografis 6 Board Game Klasik Bikin Libur Akhir Tahun Jadi Asyik (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya