Kain Tenun dan Langkah Indonesia Memimpin Tren Fesyen Ramah Lingkungan

Desainer Didiet Maulana menyebut bahwa Indonesia merupakan juara dalam pergerakan fesyen ramah lingkungan.

oleh Asnida Riani diperbarui 29 Apr 2022, 14:29 WIB
Romansa Tanimbar dengan mengusung tenun Tanimar yang merupakan koleksi Svarna by IKAT Indonesia. (dok. Svarna by IKAT Indonesia)

Liputan6.com, Jakarta - "Tidak ada keindahan di busana paling cantik sekali pun jika itu mengakibatkan kelaparan dan ketidakbahagiaan," begitu pernyataan Mahatma Gandhi yang dikutip CEO M Bloc Space Handoko Hendroyono ketika menghadiri webinar Pelestarian Budaya Tenun Melalui Bisnis Fesyen secara virtual, Selasa, 7 September 2021.

Dalam peringatan Hari Tenun Nasional yang jatuh setiap 7 September, Handoko mengungkap betapa relevannya salah satu wastra Indonesia itu dengan tren fesyen berkelanjutan yang tengah digaungkan industri mode dunia. "Berpikir sustainable, berarti berpikir dampak," katanya.

Kendati, tidak dipungkirinya bahwa solusi yang ditawarkan dalam praktik fesyen etis masih kalah cepat dengan pergerakan masalah. Namun, ia menyebut bahwa ada harapan melalui eksistensi kategori konsumen yang berkesadaran, tidak terkecuali dalam berbelanja mode.

"Memahami siapa yang membuat pakaian kita, dari mana sumber dayanya, itu jadi faktor-faktor penting," katanya.

Desainer Didiet Maulana pun setuju akan narasi tersebut, menyebut bahwa mengetahui pembuat busana yang dipakai membuat pakaian itu bisa lebih bermakna. Dalam konteks kain tenun, ini jadi kian sarat makna karena setiap corak wastra tersebut mengandung cerita.

"Ada sensasi lain setelah tahu ceritanya. Makanya di IKAT Indonesia (lini mode milik Didiet), kami selalu mengarahkan bagaimana para penenun bisa menyertakan cerita di balik setiap helai kain tenun buatan mereka," ucapnya.

Metode story telling, menurut desainer yang baru saja merayakan 10 tahun eksistensi labelnya Juli lalu ini, merupakan bagian dari budaya ramah-tamah orang Indonesia. Itu kemudian bisa digunakan sebagai medium untuk menggali cerita orisinal kain tenun dari masing-masing daerah.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Eksplorasi Penuh Kesadaran

Webinar Pelestarian Budaya Tenun Melalui Bisnis Fesyen secara virtual, 7 September 2021. (dok. tangkapan layar Zoom)

Eksplorasi produk kain tenun, Didiet mengatakan, harus dilakukan dengan penuh kesadaran. Prinsip utamanya adalah berkontribusi untuk kehidupan bersama, baik perajin, komunitas, maupun Bumi.

Metode pembuatan kain tenun sendiri secara otomatis mengurangi jejak karbon karena semua prosesnya dikerjakan langsung dengan tangan. "Bicara sustainability, Indonesia juaranya," kata Didiet.

Karena itu, tinggal bagaimana bisa menggelorakan pasar fesyen ramah lingkungan dengan sama-sama bertanggung jawab. Dari segi produsen, mempertahankan, bahkan menambah penggunaan bahan-bahan alami, sementara konsumen secara konsisten mendukung jejak pengerjaan yang etis.

Didiet menyebut bahwa Indonesia merupakan salah satu sumber fesyen berkelanjutan tertua di dunia, dan ini bisa ditelaah dari kultur lokal di berbagai daerah. Sumba misalnya, kata Didiet.

Ia mencatat bahwa rebusan kain tenun, karena diwarnai dari ragam rempah berkhasiat, biasanya akan diberikan pada anak yang demam. "Atau bisa juga (anak demam) dibalut kain tenun. Kalau dikembangkan, ini menarik sekali," katanya.

Handoko menyebut bahwa fesyen berkelanjutan juga tentang keberpihakan pada lokalitas. Artinya, mulai membeli dari komunitas sekitar. Dengan begitu, jejak karbon karena perjalanan bisa lebih dikurangi.


Bukti Cinta yang Nyata

Mama Adriana Rambuadji membuat kain tenun di Desa Adat Prailiu, Sumba Timur, NTT, Sabtu (15/12). Harga kain tenun Sumba tergantung tingkat kesulitan, waktu pembuatan, dan sejarahnya. (Liputan6.com/JohanTallo)

Di kesempatan yang sama, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menyebut bahwa sektor ekonomi kreatif, termasuk fesyen, didorong untuk terus berkontribusi dalam roda ekonomi nasional. Dorongan digitalisasi pun jadi salah satu caranya.

"Saya meyakini jika kita semua mampu mengembangkan konsep gotong-royong dan sinergitas, kain Indonesia akan semakin populer, khususnya tenun akan semakin dikenal," kata mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu.

Karena itu, Sandi menyebut bahwa publik seharusnya tidak hanya bangga pada produksi barang dalam negeri, namun juga turut berkontribusi secara aktif. Caranya adalah dengan membeli barang-barang lokal.

"Jangan jadi rohali, rombongan lihat-lihat enggak beli, tapi jadi rojali, rombongan jadi beli," katanya.


Infografis Teh Artisan Lokal Gaet Pasar Kekinian

Infografis teh artisan lokal gaet pasar kekinian. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya