Liputan6.com, Jakarta - Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, menginginkan Indonesia menjadi salah satu negara produsen terbesar baterai mobil. Sebab, 20 persen cadangan nikel di dunia berada di Indonesia.
“Cadangan nikel di dunia, 20 persen ada di Indonesia. Alhamdulillah kita ingin Indonesia menjadi salah satu negara produsen terbesar untuk pembangunan baterai mobil,” kata Bahlil dalam sambutannya di webinar Indef, Rabu (8/9/2021).
Advertisement
Impian tersebut dilatarbelakangi karena saat ini dunia sudah mulai meninggalkan fosil sebagai bahan bakar dan beralih ke energi baru terbarukan. Kebetulan, Indonesia memiliki cadangan nikel sebanyak 20 persen, tentu peluang ini bisa dimanfaatkan.
“Secara kebetulan dunia sekarang sudah menuju meninggalkan fosil dan beralih ke energi baru terbarukan. Sekarang yang lagi dibutuhkan dunia itu adalah nikel,” imbuhnya.
Menurutnya, sumber daya Nikel merupakan anugrah yang diberikan Tuhan kepada Indonesia, yang bisa dijadikan sebagai bahan baku untuk membangun baterai mobil.
“Nikel ini ternyata Ini adalah sebuah anugrah dari Allah yang diberikan ke Indonesia yang dijadikan bahan baku untuk membangun baterai mobil,” ujarnya.
Indonesia memang kaya dengan sumber daya alamnya, seperti tambang emas, kayu, perikanan dan sebagainya. Namun, dalam pengelolaanya masih belum banyak perusahaan besar yang masuk menjadi pemain untuk berinvestasi.
“Kita pernah punya masa kejayaan sumber daya alam kayu log, kayu kita luar biasa tapi tidak pernah perusahaan besar yang masuk menjadi pemain dunia untuk mebel. Kita pernah punya masa kejayaan juga adalah tambang emas tapi sampai sekarang hilirasasinya masih seperti itu,” ujarnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Sumber Daya Nikel
Kendati demikian, pihaknya kini optimis dengan sumber daya nikel yang ada di Indonesia bisa dikelola dengan baik. Hal itu ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) dengan LG Energy Solution di Seoul, Korea Selatan pada 18 Desember 2020.
MoU tersebut berisi tentang kerjasama proyek investasi raksasa dan strategis di bidang industri sel baterai kendaraan listrik terintegrasi dengan pertambangan, peleburan (smelter), pemurnian (refining) serta industri prekursor dan katoda dengan nilai rencana investasi mencapai USD 9,8 miliar atau setara Rp 142 triliun.
Advertisement