PTM Harus Taat Prokes, Satgas Covid-19 Bandung: Kalau Bandel, Kembali Belajar Online

Para pendidik dan tenaga kependidikan diwanti-wanti agar dapat memberikan contoh yang baik kepada peserta didik, seperti mematuhi protokol kesehatan.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 09 Sep 2021, 08:00 WIB
Sekda Kota Bandung Ema Sumarna meninjau simulasi pembelajaran tatap muka (PTM) di SD Santo Yusup 2, Kota Bandung, Senin (7/6/2021). (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung - Sebanyak 330 sekolah di Kota Bandung telah diizinkan menggelar Pembelajaran Tatap Muka (PTM) secara terbatas mulai hari ini, Rabu (8/9/2021). Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kota Bandung meminta komitmen dan disiplin protokol kesehatan pihak sekolah tetap terjaga.

"Kalau ada pelanggaran, pertama kita beri peringatan. Kalau membandel pelanggaran kedua atau ketiga kita eksekusi dengan kebijakan bisa tutup lagi (pelaksanaan PTM-nya) kembali ke PJJ," kata Ema di saat meninjau pelaksanaan PTM di SMP-SMA PGII Kota Bandung, Rabu (8/9/2021).

Ema mewanti-wanti para pendidik dan tenaga kependidikan agar dapat memberikan contoh yang baik kepada peserta didik, seperti mematuhi protokol kesehatan.

"Jangan sampai gurunya tidak sadar seperti mengobrol dengan bergerombol atau berkerumun. Satgas juga harus mobile setiap sudut melakukan pengecekan," ujarnya.

Dari hasil pantauan, Ema menilai secara keseluruhan, pelaksanaan PTM di sekolah tersebut sudah sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis. Siswa yang diizinkan mengikuti PTM diatur secara terbatas 20-50 persen dari kapasitas kelas. Sarana dan prasarana atau fasilitas daya dukung kesehatan dalam rangka PTM di masa pandemi pun telah dipenuhi.

"Rata-rata 30-40 persen dari ruang kapasitas kelas yang dipergunakan. Kemudian dalam waktu yang bersamaan yang masih melaksanakan PJJ (pembelajaran jarak jauh) juga terakomodasi secara maksimal. Rata-rata (di PGII) ada 16 orang 1 kelas dari 32 orang, sisanya melalui daring," katanya.

Ema mengakui masih ada orangtua dari peserta didik yang belum mengizinkan untuk PTM. Namun, ia berpesan kepada sekolah, hak peserta didik tersebut harus dipenuhi 100 persen, sehingga kualitas pembelajaran harus sama.

"Berbicara substansi dan kualitas mata pelajaran yang diserahkan itu harus sama. Mereka besoknya bergiliran (mengikuti PTM), kecuali yang orangtuanya belum setuju, itu juga menjadi hak mereka. Kita hargai karena tidak ada unsur pemaksaan," tuturnya.

Seperti diketahui, 330 sekolah dari semua jenjang pendidikan di Kota Bandung dinyatakan lolos verifikasi dan bisa melakukan PTM yang dimulai pada 8 September 2021 dengan kapasitas yang masih terbatas atau dilakukan secara hybrid (PTM dan PJJ).

Sedangkan, untuk sekolah yang belum melaksanakan PTM, Ema masih menunggu hasil dari tim verifikator yang saat ini masih memverifikasi 1.692 sekolah lainnya.

"Saya punya keyakinan (sekolah yang melaksanakan PTM) pasti bertambah. Dalam waktu yang bersamaan sebetulnya satgas yang lain, kemudian Satgas di kecamatan itu bergerak. Bahkan, kemarin kami sudah sepakat bahwa nanti semua SKPD ini komandannya Pak Kadisdik yang mengoordinasikan," kata Ema.

 

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini


Kapasitas 30 Persen

Sementara itu, Kepala SMP PGII Kota Bandung Irwan Andriawan menuturkan, siswa yang mengikuti PTM di kelas berjumlah sekitar 30 persen dari kapasitas. Meski sudah diizinkan sampai 50 persen, tetapi pihaknya akan melakukan secara bertahap.

"Jadi kita bergilir agar semua merasakan proses PTM. Sesudah melihat kondisi, kita akan menghadirkan sesuai instruksi pemerintah 50 persen. Kita bergiliran dengan nomor absen misal 1-10, besoknya 11- 20," tuturnya.

Irwan mengungkapkan, 93 persen orangtua siswa telah menyetujui dan mendukung PTM. Hal itu terlihat dari 85 persen siswa SMP PGII yang telah melakukan vaksinasi Covid-19.

"Artinya, orangtua antusias mendukung pelaksanaan PTM. Kita lakukan 2 jam untuk proses pembelajaran. Jadwal siswa yang masuk dan pulang juga berbeda," katanya.

"Seperti kelas 7 masuk pukul 07.00 WIB, kelas 8 masuk 07.30 WIB, dan kelas 9 masuk pukul 08.00 WIB. Jadi pulangnya akan berbeda juga," ujar Irwan menambahkan. 

Selain itu, dia juga mengungkapkan berdasarkan hasil pendataan, sebagian besar siswa diantar-jemput.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya