Buru Tahanan Palestina Kabur, Israel Perpanjang Masa Penutupan Tepi Barat dan Gaza

Penutupan yang semula direncanakan berakhir pada Rabu (8/9) tengah malam, sekarang akan berlanjut hingga Sabtu malam.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 09 Sep 2021, 13:32 WIB
Warga Palestina berlindung dari pasukan Israel saat bentrok di Khan Yunis, Jalur Gaza, Jumat (13/9/2019). Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan 55 warganya terluka oleh peluru tajam dan bom gas air mata pasukan Israel. (SAID KHATIB/AFP)

Liputan6.com, Gaza - Tentara Israel pada Rabu (8/9) memperpanjang penutupan di Tepi Barat dan Gaza karena perburuan enam Palestina yang melarikan diri. 

Dikutip dari laman Xinhua, Kamis (9/9/2021), mereka diduga membuat terowongan untuk keluar dari penjara menggunakan sendok berkarat..

"Dalam upaya untuk menemukan tahanan yang melarikan diri, telah diputuskan untuk memperpanjang penutupan umum," kata seorang juru bicara militer Israel dalam sebuah pernyataan.

Dikatakan penutupan yang semula direncanakan berakhir pada Rabu (8/9) tengah malam, sekarang akan berlanjut hingga Sabtu malam.

Mencabut penutupan akan "tergantung pada penilaian situasional," bunyi pernyataan itu.

Penyeberangan untuk transfer barang ke Jalur Gaza dan Tepi Barat akan dibuka sesuai rencana pada Rabu.

Namun, semua penyeberangan lainnya akan tetap ditutup dan warga Palestina hanya dapat melewatinya "dalam keadaan khusus atau kebutuhan medis dan atas dasar kemanusiaan."

Penutupan tersebut telah diberlakukan pada Senin sore, tepat sebelum Tahun Baru Yahudi.

Israel menganggap hari libur utama Yahudi rentan terhadap serangan oleh Palestina dan secara teratur menutup wilayah pendudukan selama masa-masa ini.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


PM Palestina Minta Pemerintah Israel Wujudkan Kesepakatan Solusi Dua Negara

Sebuah bola api membubung setelah serangan udara di Khan Yunis, Jalur Gaza, Palestina, 23 Agustus 2021. Militer Israel menolak berkomentar ketika dihubungi oleh AFP. (SAID KHATIB/AFP)

Sebelumnya, Perdana Menteri Mohammed Ishtaye pada Senin (6/9) meminta pemerintah Israel untuk menyajikan program perdamaian kepada rakyat Palestina untuk mewujudkan "solusi dua negara".

Ada sebuah rencana yang diusulkan oleh Perdana Menteri Israel Naftali Bennett untuk membatasi konflik.

"Kami yakin bahwa baik Amerika Serikat maupun Eropa tidak akan membeli rencana Bennett," kata Ishtaye.

Ia juga mengatakan bahwa "mengurangi konflik adalah rencana yang bertujuan untuk mengurangi tanah Palestina dan memposisikan kembali pendudukan Israel di wilayah Palestina."

"Langkah-langkah untuk mengurangi ketegangan dengan Palestina akan diambil, meskipun tidak ada terobosan politik," dan "semua orang menyadari bahwa kami tidak mengharapkan terobosan politik dengan Palestina dalam waktu dekat," kata Bennett seperti dikutip media Israel.

Ishtaye mengatakan, pada rapat kabinet mingguan bahwa "mengurangi ketegangan dengan Palestina adalah melalui penghentian permukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur dan mengakhiri pendudukan Israel."

"Selain itu, tetap dalam bentuk dan tidak menyentuh esensi konflik, yang terkait dengan penghentian pendudukan, penghentian pemukiman dan pencarian solusi yang adil atas pertanyaan pengungsi Palestina," tambahnya.

Israel menduduki Tepi Barat dan Yerusalem Timur, yang diklaim oleh Palestina, dalam perang Timur Tengah 1967 dan telah mengendalikannya sejak saat itu.

Permukiman Yahudi dianggap sebagai pelanggaran hukum internasional oleh sebagian besar masyarakat internasional.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya