Liputan6.com, Jakarta Sebulan berlalu, dunia kesehatan Tanah Air berduka atas kepergian Dokter Tigor Silaban. Alm. Tigor meninggal dunia pada Jumat (6/8) setelah seminggu dinyatakan positif COVID-19.
Mengenang jasanya dalam dunia kesehatan, kepergiannya tersebut pun meninggalkan bekas bagi banyak orang. Hari ini, Keluarga Besar Fakultas Universitas Indonesia (FKUI) menggelar acara secara daring untuk mengenang kepergian dan memberikan penghargaan bagi Alm. Tigor.
Advertisement
"Kami keluarga banyak mempunyai kesan dengan papa. Papa adalah orang yang hebat, papa mendidik anak-anaknya dengan baik. Papa tidak pernah menentukan anak-anaknya untuk menjadi seorang dokter, untuk jadi seorang apapun," ujar putra pertama Tigor Silaban, Bonar Andrich Silaban dalam acara virtual Mengenang dr. Tigor Silaban: Tanamkan Asa di Salemba, Darmakan Bakti di Papua pada Kamis (9/9/21).
Andrich juga turut menyampaikan permohonan maaf dari pihak keluarga apabila ayahnya pernah memiliki kesalahan pada siapapun itu. Juga, pesan yang dititipkan Alm. Tigor pada anak-anaknya untuk membangun Papua.
"Marilah kita semua berlapang dada untuk memaafkan segala kesalahan alm. papa saya, yang selama ini jika dalam pergaulan sehari-hari beliau, baik dalam masa berdinas maupun di dalam masyarakat. Sebagai manusia biasa, alm. papa saya tidak luput dari segala kekhilafan dan kekeliruan, baik disengaja maupun tidak disengaja,"
"Pesan beliau cuma satu, salah satu anak papa harus bisa bekerja di pedalaman. Harus bisa membangun Papua, dari kami bertiga saya lah yang mengambil dunia kesehatan dan itu juga atas keinginan saya," ujar Andrich.
Janji kepada Tuhan yang ditepati
Alm. Tigor Silaban terkenal dengan suratnya yang berjudul Janji Kepada Tuhan. Surat tersebut ia tulis semasa menempuh pendidikan di FKUI pada tahun 1978. Berikut isi surat tersebut.
Kalau Tuhan meluluskan saya sebagai Dokter di FKUI, saya berjanji kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh dan dengan sepenuh hati dan akal budi saya bahwa:
1. Saya akan bekerja sebagai Dokter di tempat yang jauh sekali dari Jakarta, dan saya akan bekerja lebih banyak di daerah-daerah pedalaman;
2. Saya tidak akan pernah membuka praktek Dokter swasta/mandiri/partikelir;
3. Saya tidak akan pernah meminta uang jasa kepada masyarakat ataupun perorangan atas pekerjaan Dokter saya;
4. Saya hanya akan bekerja sebagai Dokter di institusi pemerintah atau swasta dan merekalah yang harus membayar saya sesuai dengan hak saya.
Demikianlah janji ini saya ucapkan pada hari Minggu tanggal 15 Januari 1978 jam 23.00 WIB di tepi pantai Ancol, dengan mempertaruhkan harga diri dan martabat saya, semoga kiranya Tuhan akan selalu menolong dan menguatkan saya dalam menjalankan janji ini.
Jakarta, 15 Januari 1978
Saya yang berjanji,
(==Tigor Silaban==)
Dalam surat tersebut, disampaikan empat poin yang menjadi janjinya saat lulus dunia perkuliahan. Sebuah janji yang benar-benar ditepati selama kurang lebih 42 tahun mengabdi di Papua.
Advertisement