Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyebut strategi COVID-19 bisa digunakan untuk penurunan angka tuberkulosis (TBC). Strategi yang dimaksud yakni protokol kesehatan, 3T (testing, tracing, treatment), vaksinasi, dan terapeutik dari panduan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Jika penanganan TBC dapat dilakukan menggunakan dengan strategi COVID-19, Budi Gunadi meyakini, angka TBC di Indonesia dapat menurun. Apalagi Indonesia menempati peringkat ke-2 global dengan penderita TBC terbanyak di dunia.
Baca Juga
Advertisement
"TBC ini menjadi menarik karena it's actually close with COVID-19 (sebenarnya dekat dengan COVID-19). Kalau saya belajar, fatality rate-nya (rata-rata kematian) tinggi," terang Budi Gunadi saat memberikan sambutan acara Peran Kesehatan Respirasi Selama 76 Tahun Indonesia Merdeka pada Kamis, 9 September 2021.
"Saya lihat dari sisi WHO Guidelance for flattering COVID-19. Pertama health protocol (protokol kesehatan), kedua testing, tracing, treatment-nya, ketiga vaccination (vaksinasi), keempat therapeutic (terapeutik). Itu exactly can be use (tepat dapat digunakan) untuk TBC dan banyak platformnya."
Yang juga menjadi fokus, penanganan TBC akan menjadi lebih baik bila dilakukan secara terpusat sebagaimana COVID-19. Penanganan TBC juga perlu dilihat secara utuh keseluruhan.
"Saya melihat kinerja penanganan TBC, di puskesmas ada 115 apliaksi yang mesti diisi. Masing-masing direktur punya aplikasi sendiri, yang ada jadi bingung. Kita enggak pernah put our patient first (mengutamakan pasien) dan semua sentralnya diisi pasien."
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua
Kejar Testing TBC
Dalam penanganan TBC, Budi Gunadi Sadikin melanjutkan, pemeriksaan (testing) harus dikejar. Perihal testing dapat menggunakan infrastruktur COVID-19.
"Kita lihat fungsi testing dan isolasi rendah. Deteksi TBC masih jauh dari yang seharusnya. Kita bisa saja kejar. We have been doing this for many many years (kita melakukan ini selama bertahun-tahun) dibandingkan dengan yang kita tahu, setiap hari berapa tes TBC sebenarnya," lanjutnya.
"Tapi itu kita estimate setiap tahun. Bedanya kan kalau COVID-19 setiap hari datanya. Kalau bisa TBC jadi setiap hari (laporan deteksi). Kita punya sekarang infrastruktur, saya sudah bilang ke teman-teman, bagaimana cara kita integrasikan TBC dari sisi testing, tracing, dan karantina bisa seragamkan dengan COVID-19."
Artinya, Indonesia bisa menggunakan infrastruktur testing yang sama dan sumber daya manusia yang sama untuk testing TBC. Penggunaan sistem pelaporan pun sama.
Advertisement
Deteksi Dini TBC
Kementerian Kesehatan tengah bekerja sama dengan Google untuk Geotagging. Dalam hal ini, setiap kali orang yang kena COVID-19 akan terdeteksi, sehingga pemerintah pusat dapat melihat di daerah mana yang positif COVID-19.
"Bisa kelihatan dengan Google Map. Bayangkan kalau infrastruktur yang sama kita bisa kasih buat pake buat TBC juga, karena kalau yang saya dengar, TBC banyak yang telat testing-nya. Akibatnya, one family (satu keluarga) ketularan semua," jelas Budi Gunadi Sadikin.
"Padahal, kalau kita testing-nya bagus, begitu ada satu orang yang kena, di familiy itu kita bisa detect (deteksi), lalu bisa terus diapproach (tangani). Kemudian kita bisa lakukan treatment (perawatan) yang baik, termasuk memberikan obat-obatan ke teman-teman TBC."
Baca Juga
Infografis 5 Posisi Proning, Bantu Pernapasan Pasien Isolasi Mandiri Covid-19
Advertisement