Turunkan Kasus Tuberkulosis, Menkes Budi Sebut Bisa Pakai Strategi COVID-19

Menkes Budi Gunadi menyebut strategi COVID-19 bisa digunakan untuk penurunan tuberkulosis (TBC).

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 09 Sep 2021, 20:00 WIB
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin meninjau Fasilitas Isolasi Terpusat Bagi Penyintas COVID-19 di Malang Raya, Jumat, 13 Agustus 2021. (Dok Kementerian Kesehatan RI/Satria Loka Widjaya)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyebut strategi COVID-19 bisa digunakan untuk penurunan angka tuberkulosis (TBC). Strategi yang dimaksud yakni protokol kesehatan, 3T (testing, tracing, treatment), vaksinasi, dan terapeutik dari panduan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Jika penanganan TBC dapat dilakukan menggunakan dengan strategi COVID-19, Budi Gunadi meyakini, angka TBC di Indonesia dapat menurun. Apalagi Indonesia menempati peringkat ke-2 global dengan penderita TBC terbanyak di dunia.

"TBC ini menjadi menarik karena it's actually close with COVID-19 (sebenarnya dekat dengan COVID-19). Kalau saya belajar, fatality rate-nya (rata-rata kematian) tinggi," terang Budi Gunadi saat memberikan sambutan acara Peran Kesehatan Respirasi Selama 76 Tahun Indonesia Merdeka pada Kamis, 9 September 2021.

"Saya lihat dari sisi WHO Guidelance for flattering COVID-19. Pertama health protocol (protokol kesehatan), kedua testing, tracing, treatment-nya, ketiga vaccination (vaksinasi), keempat therapeutic (terapeutik). Itu exactly can be use (tepat dapat digunakan) untuk TBC dan banyak platformnya."

Yang juga menjadi fokus, penanganan TBC akan menjadi lebih baik bila dilakukan secara terpusat sebagaimana COVID-19. Penanganan TBC juga perlu dilihat secara utuh keseluruhan.

"Saya melihat kinerja penanganan TBC, di puskesmas ada 115 apliaksi yang mesti diisi. Masing-masing direktur punya aplikasi sendiri, yang ada jadi bingung. Kita enggak pernah put our patient first (mengutamakan pasien) dan semua sentralnya diisi pasien."

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua


Kejar Testing TBC

Paramedis saat melakukan kegiatan testing PCR kepada warga yang pernah berhubungan dengan pasien positif COVID-19 di Puskesmas Cinere, Depok, Jawa Barat, Kamis (10/6/2021). Testing setelah tracing dilakukan kepada puluhan warga untuk meminimalisir penyebaran COVID-19. (merdeka.com/Arie Basuki)

Dalam penanganan TBC, Budi Gunadi Sadikin melanjutkan, pemeriksaan (testing) harus dikejar. Perihal testing dapat menggunakan infrastruktur COVID-19.

"Kita lihat fungsi testing dan isolasi rendah. Deteksi TBC masih jauh dari yang seharusnya. Kita bisa saja kejar. We have been doing this for many many years (kita melakukan ini selama bertahun-tahun) dibandingkan dengan yang kita tahu, setiap hari berapa tes TBC sebenarnya," lanjutnya.

"Tapi itu kita estimate setiap tahun. Bedanya kan kalau COVID-19 setiap hari datanya. Kalau bisa TBC jadi setiap hari (laporan deteksi). Kita punya sekarang infrastruktur, saya sudah bilang ke teman-teman, bagaimana cara kita integrasikan TBC dari sisi testing, tracing, dan karantina bisa seragamkan dengan COVID-19."

Artinya, Indonesia bisa menggunakan infrastruktur testing yang sama dan sumber daya manusia yang sama untuk testing TBC. Penggunaan sistem pelaporan pun sama.


Deteksi Dini TBC

Petugas medis menguji sampel pada alat tes usap antigen di pusat perbelanjaan kawasan Cikarang, Kabupaten Bekasi, Kamis (27/05/2021). Pasca libur lebaran, Forkopimda Kabupaten Bekasi melakukan swab tes antigen kepada 202 pedagang guna mencegah penyebaran COVID-19. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Kementerian Kesehatan tengah bekerja sama dengan Google untuk Geotagging. Dalam hal ini, setiap kali orang yang kena COVID-19 akan terdeteksi, sehingga pemerintah pusat dapat melihat di daerah mana yang positif COVID-19.

"Bisa kelihatan dengan Google Map. Bayangkan kalau infrastruktur yang sama kita bisa kasih buat pake buat TBC juga, karena kalau yang saya dengar, TBC banyak yang telat testing-nya. Akibatnya, one family (satu keluarga) ketularan semua," jelas Budi Gunadi Sadikin.

"Padahal, kalau kita testing-nya bagus, begitu ada satu orang yang kena, di familiy itu kita bisa detect (deteksi), lalu bisa terus diapproach (tangani). Kemudian kita bisa lakukan treatment (perawatan) yang baik, termasuk memberikan obat-obatan ke teman-teman TBC."


Infografis 5 Posisi Proning, Bantu Pernapasan Pasien Isolasi Mandiri Covid-19

Infografis 5 Posisi Proning, Bantu Pernapasan Pasien Isolasi Mandiri Covid-19. (Liputan6.com/Niman)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya