Gudang Garam Lirik Produksi Rokok Elektrik

Sekretaris Perusahaan Gudang Garam, Heru Budiman mengatakan, perseroan tengah memantau lebih dalam soal biaya produksi dan juga potensi pasar rokok elektrik ini.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Sep 2021, 17:49 WIB
Susilo Wonowidjojo, pemilik Gudang Garam sekaligus orang terkaya ke-2 di Indonesia

Liputan6.com, Jakarta - PT Gudang Garam Tbk (GGRM) tengah melirik potensi bisnis rokok elektrik. Perseroan telah membentuk perusahaan (PT) untuk pengembangan rokok elektrik ini.

Sekretaris Perusahaan Gudang Garam, Heru Budiman mengatakan, perseroan tengah memantau lebih dalam soal biaya produksi dan juga potensi pasar rokok elektrik ini.

Hasil pantauan perseroan, biaya produksinya lebih mahal dari pada rokok konvensional (biasa). Sementara dari sisi potensi pasar, hasil survey menunjukkan, perokok lebih menyukai rokok biasa. "Kami terus memonitor marketnya, tapi belum ada rencana produksi," kata dia.

Dalam kondisi pandemi COVID-19 saat ini, daya beli konsumen cenderung menurun. Karena itu dengan produksi yang lebih mahal tentu harga jual juga ikut menyesuaikan.

Heru menambahkan yang terjadi saat ini justru ada peralihan oleh konsumen ke rokok yang harganya lebih murah (down trading). Konsumen yang biasanya konsumsi rokok mild beralih ke full flavor. "Dari yang tadinya konsumsi 16 batang, jadi 12 batang. Dari full flavor bisa turun ke SKT (sigaret kretek tangan," kata dia.

Heru mengatakan, produsen rokok mendapat tantangan untuk tetap melakukan penyesuaian harga dengan daya beli konsumen dan juga besaran cukai dan kenaikan harga bahan mentah untuk produksi. "Kalau cukai naik, cost juga naik. Jadi harus dibarengi kenaikan harga,” kata dia.

Pemerintah berencana menaikkan target penerimaan cukai hasil tembakau (CHT) atau cukai rokok dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2022 sebesar Rp 203,92 miliar. Angka itu tumbuh 11,84 persen dari outlook penerimaan cukai APBN tahun 2021 sebesae Rp 182,2 triliun.

Hingga paruh pertama 2021, laba bersih Gudang Garam turun 39,5 persen menjadi Rp 2,3 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu. Padahal pendapatan perseroan tumbuh 12,9% menjadi Rp 60,6 triliun.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Gerak Saham GGRM

Layar sekuritas menunjukkan data-data saat kompetisi Trading Challenge 2017 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (7/12). Kompetisi Trading Challenge 2017 ini sebagai sarana untuk menciptakan investor pasar modal berkualitas. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pada penutupan perdagangan Kamis, 9 September 2021, saham GGRM naik 3,71 persen ke posisi Rp 33.550 per saham. Saham GGRM dibuka stagnan di posisi Rp 32.350.

Saham GGRM berada di level tertinggi Rp 33.550 dan terendah Rp 32.200. Total frekuensi perdagangan 1.364 kali dengan volume perdagangan 4.575. Nilai transaksi Rp 15 miliar.

 

Reporter: Elizabeth Brahmana

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya