Faisal Basri: Cadangan Devisa Agustus 2021 Tertinggi Dalam Sejarah

Ekonom Senior Faisal Basri menanggapi lonjakan posisi cadangan devisa negara pada akhir Agustus 2021 sebesar USD 144,8 miliar.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Sep 2021, 11:38 WIB
Pengamat ekonomi Faisal Basri saat memaparkan tentang Holding BUMN Migas di Jakarta Selatan, Jumat (16/3). Menurutnya, saat ini Indonesia menghadapi defisit perdagangan di tiga sektor (tripple deficit). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Ekonom Senior Faisal Basri angka bicara soal lonjakan cadangan devisa negara pada akhir Agustus 2021 sebesar USD 144,8 miliar. Angka ini meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir Juli 2021 sebesar USD 137,3 miliar.

Menurut Faisal, realisasi cadangan devisa tersebut menjadi yang terbesar sepanjang sejarah.

"Cadangan devisa tertinggi sepanjang sejarah pada akhir Agustus 2021. Nilai tukar rupiah mendekati Rp14.000 per dolar AS," tulis Faisal Basri lewat akun Twitternya @FaisalBasri, dikutip Jumat (10/9).

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Kepala Departemen Internasional Bank Indonesia (BI), Doddy Zulverdi, mengungkapkan bahwa peningkatan cadangan devisa di akhir Agustus lalu tak lepas dari suntikan Dana Moneter Internasional (IMF) melalui alokasi Special Drawing Rights (SDR). SDR sendiri diberikan kepada seluruh negara anggota, tak hanya Indonesia.

"Ini adalah kebijakan IMF untuk mendukung ketahanan seluruh negara di dunia, bukan hanya Indonesia, dalam menghadapi dampak dari adanya Covid-19 ini," kata Doddy dalam taklimat media secara daring di Jakarta, Rabu (8/9).

Menurut dia, pemberian alokasi SDR tersebut dilakukan IMF sesuai kuota yang dimiliki negara masing-masing dan telah disetujui seluruh negara anggota.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Tambahan dari IMF

(Foto: aim.org)

Indonesia mendapatkan tambahan alokasi sebesar 4,46 miliar SDR atau setara USD 6,31 miliar dari IMF, sedangkan negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Eropa mendapatkan alokasi yang lebih besar lagi, sesuai kuota yang dimiliki masing-masing negara tersebut.

"Dengan demikian, alokasi ini memang diberikan IMF kepada seluruh negara anggota dan bukan atas permintaan Indonesia secara pribadi," kata Doddy.

Selain itu, dia menjelaskan bahwa alokasi SDR bukanlah utang, melainkan semacam dana yang bisa digunakan untuk cadangan devisa dan tidak ada batas waktu untuk dikembalikan, sehingga berbeda dengan pinjaman IMF pada krisis 1998.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya