Kementerian PPPA Ungkap Tantangan Perempuan di Masa Pandemi Covid-19

Kementerian PPPA tetap melakukan peningkatan program kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan di masa pandemi dengan pendekatan yang disesuaikan.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Sep 2021, 16:00 WIB
Asisten Deputi Perumusan Kebijakan Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kementerian PPPA, Muhammad Ihsan dalam acara virtual. (Ist)

Liputan6.com, Jakarta - Situasi pandemi covid-19 menghambat pencapaian pembangunan yang telah direncanakan di beberapa sektor dalam beberapa dekade terakhir. Termasuk pemberdayaan perempuan, baik sebagai pengelola usaha, maupun dalam menjalankan fungsinya sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Karena itu, pemerintah selalu memastikan peran sentral perempuan pada masa pandemi, utamanya dalam upaya pembangunan dan pemberdayaan.

Asisten Deputi Perumusan Kebijakan Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), Muhammad Ihsan mengatakan, kesetaraan gender antara pria dan wanita telah menunjukkan celah (gap) yang makin mengecil. Namun selama pandemi isu kesetaraan gender kembali dianggap terdistraksi.

“Banyak hal yang menjadi tantangan yang dihadapi perempuan di masa pandemi, antara lain meningkatnya beban perempuan dalam melaksanakan tugas domestik, naiknya KDRT, pemutusan hubungan kerja, angka perceraian meningkat, penurunan pendapatan keluarga khususnya bagi perempuan pelaku usaha. Hal ini sedikit mengubah arah pembangunan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan di Indonesia,” tutur Ihsan dalam Dialog Virtual Kabar Kamis Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) - KPCPEN, Kamis 9 September 2021.

Meski demikian, Ihsan menekankan, Kementerian PPPA tetap melakukan peningkatan program kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan di masa pandemi dengan pendekatan yang disesuaikan.

“Pertemuan fisik dibatasi, sehingga sosialisasi kesetaraan gender di masyarakat, instansi pemerintah dan pelosok daerah lebih banyak dilakukan secara virtual,” jelasnya.

Khusus bagi perempuan pelaku usaha yang terdampak pandemi, KPPPA tetap melakukan sosialisasi dan pendampingan.

“Dilakukan khususnya di perempuan kelompok rentan, dengan melakukan pelatihan kewirausahaan secara daring bekerja dengan kelompok masyarakat dan start up sebagai bekal agar mereka bisa beradaptasi dengan menggunakan teknologi informasi sehingga meningkatkan kapasitas dan siap bersaing di situasi sulit selama pandemi,” terang Ihsan.

Ihsan menandaskan, sesuai arahan Presiden, prioritas selama pandemi adalah peningkatan pemberdayaan perempuan dalam sektor usaha berperspektif gender.

“Dari arahan Presiden, fokusnya bukan kepada semua perempuan, namun dikhususkan pada perempuan kategori rentan, seperti kepala keluarga, penyintas bencana, penyintas kekerasan dan perempuan terpinggirkan. Latihan kewirausahaan difokuskan kepada perempuan dalam kelompok tersebut,” ujarnya.

Di sisi lain, Ihsan menambahkan, Kementerian PPPA juga mengupayakan kerja sama dengan berbagai pihak misalnya provider dalam melakukan pelatihan daring. “Kunci keberhasilan di masa pandemi adalah sinergi dan kolaborasi, dalam melakukan upaya agar pandemi tidak berikan dampak berkepanjangan kepada perempuan dan anak,” tuturnya.

sementara itu, Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI), Nita Yudi, menyoroti isu krusial yang dihadapi perempuan yaitu masih banyak yang belum melek digital.

“Kami di IWAPI memiliki tanggung jawab untuk bisa memberikan edukasi dan pelatihan kepada mereka sehingga no one left behind (tidak ada yang tertinggal, red),” ujarnya.

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap 3m #vaksinmelindungikitasemua


Pelatihan Digital

Nita menuturkan, sejak 2014 IWAPI sudah menjalin kolaborasi dengan Microsoft, disusul Google, Facebook dan Kominfo untuk pelatihan digitalisasi. “Dari 30 ribu perempuan pengusaha anggota IWAPI yang tersebar di 34 provinsi memang belum semuanya mendapat pelatihan digitalisasi. Namun akan kita kejar. Mudah-mudahan dengan melakukan kegiatan pelatihan semacam ini perempuan bisabangkit dan tampil di masa pandemi,” ujar Nita.

Tujuan utama IWAPI adalah agar perempuan bisa mandiri secara ekonomi. “Pada krisis 1998 UMKM terbukti jadi tulang punggung perekonomian. Namun di masa pandemi, 98% anggota IWAPI adalah UMKM paling terdampak,” ujarnya.

Untuk itu, Nita berbagi tips bagi perempuan di masa pandemi agar bisa bertahan, antara lain, jangan panik, lakukan konsolidasi serta berpikir cerdik melihat hal yang bisa dikolaborasikan, menyaring informasi, hijrah ke digitalisasi.

Selain itu inovatif dan kreatif dalam menangkap peluang pasar, terhubungdengan ekosistem digital, dan pandai dalam mengakses informasi misalnya terkait stimulus yang diberikan pemerintah di masa pandemi untuk UMKM.Nita menekankan, modal utama menjadi pengusaha bukanlah pada modal.

“Modal memang perlu namun bukan di nomor satu. Yang utama adalah mengenal potensi diri, cerdas melihat peluang, melek teknologi, baru urusan modal,” ujarnya. “Jangan pesimis, ayo optimis. Saat pandemi selesai, bisnis bisa jalan kembali,” tandasnya.

Di kesempatan sama, desainer fashion Indonesia, Anne Avantie mengatakan, pandemi bukan hal yang bisa dilawan, sehingga penting bagi setiap orang untuk beradaptasi. “Selama pandemi berdamai dengan diri sendiri itu perlu, juga dengan waktu dan keadaan, dan ada kehidupan baru yang mesti disyukuri,” ujarnya.

Anne mengatakan, cerdik dan dan cerdas melihat peluang di masa pandemi bisa membuat pelaku industri kreatif selamat melewati masa sulit. “Berikan prioritas. Mata rantai subsidi sangat diperlukan di Indonesia. Itulah pentingnya melakukan kolaborasi,” tutur Anne yang juga mengembangkan matarantai kebaikan dengan menjadi ibu asuh dan payung bagi UMKM.

Dia menyatakan, membeli produk UMKM menjadi hal yang perlu dilakukan. Karena hal itu yang dibutuhkan agar pelaku usaha bisa bertahan. “Berikan ordernya, juga membeli produknya. Di saat pandemi hal itu dibutuhkan. Perempuan dan pandemi harus bersahabat. Pandemi bukan kiamat kecil. Ini adalah kesempatan bagaimana kita mengubah sudut pandang yang berbeda dan bermanfaat bagi orang banyak,” terang Anne.

Dokter dan juga influencer, dr. Alexandra Clarin Hayes, mengatakan di sisi kesehatan, perempuan harus mampu menjadi teladan (role model) bagi teman dan lingkungan terdekatnya. “Prokes 5M tidak boleh dilupakan sama sekali. Pakai masker di luar rumah, atau di rumah jika ada gejala atau sakitsakit,” ujarnya.

Bila di keluarga ada yang terkonfirmasi positif COVID-19 berdasarkan pemeriksaan PCR, Clarin menyarankan sejumlah tips berikut:

1. Jangan panik. Pisahkan anggota keluarga yang sehat dan sakit.

2. Jika rumah memiliki lebih dari satu lantai, pisahkan yang positif di lantai berbeda. Namun jika tidak, berikan kamar isolasi khusus.

3. Pisahkan alat mandi dan alat makan.

4. Tes anggota keluarga lain terutama mengingat varian Delta lebih gampang menular.

5. Anggota keluarga yang sakit usahakan memakai masker ganda.

6. Hubungi petugas kesehatan di wilayah terkait. Isoman harus tetap dipantau petugas, sehingga jika ada perburukan bisa diketahui dengan segera.

7. Siapkan alat pengukur suhu, tekanan darah dan pulse oximetry untuk mengukur saturasi oksigen.

8. Untuk obat-obatan yang dikonsumsi harus dikonsultasikan ke petugas kesehatan, karena kondisi setiap orang berbeda, apalagi jika memiliki komorbid dan harus konsumsi obat khusus.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya